NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5

"Kalea bukan?" GS akhirnya bertanya pada gadis yang sedari tadi diam mematung menatapnya. Melihat diamnya gadis itu mengalihkan pandangan Gabriel pada pergelangan tangannya yang memerah.

"Ikut gue."

Gabriel menarik lengan gadis tersebut, membawanya menuju kantin tempat biasa mereka nongkrong, yang tak jauh dari tempat mereka saat ini.

"Siapa itu cewek? Gue baru lihat," ujar Bobby yang berjalan di belakang Gabriel dan gadis asing itu.

"Mana lah gue tahu. Dia kelihatan manis bangat..." sambung Haris membuat Bobby dan Adit menganga.

"Lo lagi sadar kan ngomong begituan?" ujar Adit. Haris malah diam seolah ia tidak sadar mengatakan kalimat bahaya itu di depan kedua temannya.

"Lo berdua gak ngerasa aneh sama itu cewek. Kayak pernah kenal tapi siapa ya... Gue kayak ngga asing sama mukanya," ujar Adit.

"Dih! sejak kapan lo kenal cewek. Lo kan takut sama Miranda kalau lo dekat-dekat sama cewek lain," tutur Bobby.

"Gue gak takut yae lah, gue gak mau ajah cari ribut aja. Tau sendiri gimana Miranda kalau ngamuk, habis gue digebukin."

***

Bunyi bel sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu tapi Gabriel dan ketiga rekannya malah asik bersantai ria di kantin bersama gadis asing itu.

Kalea duduk disebelah Gabriel sementara Adit, Bobby dan Haris duduk tepat di depan keduanya. Mereka dipisahkan meja panjang yang rapi.

"Jadi lo adiknya Zion.." kata Adit seraya memutar gelas kosong ditangannya. Kalea hanya mengangguk tanda ia mengiyakan.

Manik mata hitam pekat milik Kalea membuat Bobby senyum-senyum sendiri menatapnya dan sama sekali tidak membuat Kalea risih atau sebaliknya.

"Terus kenapa bisa pindah sekolah kesini?" Adit bertanya lagi membuat GS mendengus kesal mendengarnya.

"Itu—"

"Berisik lo, Dit! Nanti deh lo nanya-nanya," potong GS begitu saja. Adit seketika diam karena tatapan tajam laki-laki itu.

"Mang Kumis! nasi gorengnya satu ya, gak pake lama. Cacing gue dah pada demo ini," teriak Adit ke arah dapur kantin.

"Minumnya kayak biasa, teh hangat," lanjutnya dan langsung dibalas Mbah Kumis dari belakang.

"Mana tangan lo sini gue lihat dulu."

GS mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Kalea. Ia menarik napas saat jemari panjang laki-laki itu menyentuh permukaan kulitnya.

"Modus itu modus..." celetuk Adit lalu mendapat tatapan tajam kesekian kalinya. "Sori, sori. Masih pagi udah mau makan orang ajah."

Gabriel sesekali mencuri pandang ke arah gadis yang duduk tenang di depannya. Jarak mereka juga hanya beberapa jengkal saja membuat GS bisa mengharum aroma tubuh Kalea.

"Kenapa cowok tadi bisa gangguin lo, secara lo masih baru di sekolah ini.."

Reyhan berkata dengan perlahan sambil mengobati tangan Kalea yang memerah. Tak hanya cowok itu yang serius menunggu jawaban Kalea, Haris yang bermain game candy kesukaannya pun tak luput memperhatikan gadis itu. Begitu juga dengan Adit yang mengunyah makannya sambil menatap Kalea sesekali. Bobby juga demikian.

"Itu karena gue gak mau kasih tau nama gue siapa. Segala cara dia coba buat maksa dan itu hal yang gak gue suka," jelas Kalea sekali tarikan napas.

"Dia cowok gak beres biar lo tau. Untung kita datang tepat waktu dan lo gak kenapa-napa, cuman luka ringan doang," kata Adit.

"Makasih banyak," jawab Kalea tersenyum tipis membuat Adit tersipu malu.

"Jangan senyum Dek, jantung gue panas dingin nih," ujar Adit menyentuh dadanya.

"Woi, anak ayam!!" lontar Bobby melihat tingkah Adit barusan. Adit baru saja melakukan hal alay pada Bobby membuat Bobby bergidik geli.

Adit yang merasa malu refleks memiting leher Bobby membuat Bobby meronta karena kesusahan napas.

"Lo bisa diam gak sih, dari tadi nyinyir gue mulu. Bosan hidup lo!"

"Asem banget ketek lo, busett dahh," beo Bobby cemplos di depan Kalea membuat Adit langsung melepaskannya.

"Tau rasa lo, syukurin! Gue udah dua hari gak mandi, gimana enaknya menikmati baunya," kata Adit tertawa ngakak.

Melihat kelakukan seniornya yang baru ia kenal Kalea terbawa ringan dan sontak membuat Gs yang masih menyentuh tangan gadis itu terpana melihat lesung pipi Kalea begitu dalam.

Manis, ucap Gabriel dalam hati.

"KALEAAA!!"

Zion berteriak berdiri dekat pintu membuat mereka yang ada di kantin sontak menoleh ke arah pintu. Zion spontan duduk disebelah kiri Kalea membuat Kalea refleks menjauhkan tangannya dari pegangan cowok bernama Gabriel.

"Mana yang sakit, mana?!" ujar Zion heboh sendiri.

"Kelamaan lo. Udah keburu diobatin si bos dari tadi," kata Haris membenarkan.

"Siapa yang lakuin ini hah? Mampus gue kalau Papa tau lo kenapa-napa. Baru juga kakak tinggal satu jam udah kenapa-kenapa ajah."

Zion mengangkat pergelangan tangan Kalea ke atas meja kemudian menatap tangan gadis itu masih memerah.

"Gak papa kok Kak, untung teman kakak nolongin Lea. Lea juga gak kenal siapa cowok tadi."

"Bian orangnya. Dia yang buat tangan adik lo terluka." Gabriel langsung mencelos cepat mengatakan pelakunya pada Zion membuat raut wajah Zion seketika mengetat.

"Santai ajah itu muka. Gue udah kasih pelajaran juga buat dia."

"Gue kali bukan lo," celetuk Bobby.

"Sama ajah udah, gak usah diributin segala," kata GS melirik Bobby.

"Thanks ya kalau gitu. Kalau gak ada lo mungkin adik gue bakal kenapa-napa." GS berdehem lalu menatap layar ponselnya.

Kalea menarik lengan seragam Zion, hal itu tidak luput dari pandangan Adit. Memang ya Adit ini matanya selalu kemana mana.

"Jam pertama udah mau habis, Lea belum ketemu Kepala sekolah," ujar Lea pelan. GS begitu nyaman mendengar suara merdu Kalea. Seakan gadis ini mengingatkannya pada orang yang pernah ia cintai.

Sementara Zion, cowok itu justru menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Melihat gelagat kakaknya, Kalea menautkan kedua alisnya dan melepaskan pegangannya pada lengan cowok itu.

"Kakak gak mau anterin Lea ke ruang Kepsek, iya?"

"Bukan gitu, Kakak ada urusan sebentar. Lo diantar teman kakak ajah ya. Dia ini cowok baik kok," kata Zion menepuk pundak Gabriel.

Kalea melirik sebentar lalu menatap Zion dengan lekat. "Lea ngga mau. Kakak udah janji temani Lea ketemu kepala sekolah. Lea—"

"Anterin adik gue iya," kata Zion bangkit. "Gue cuman sebentar doang, sekalian antar ke kelasnya juga."

Kalea menatap nanar. Ia menatap punggung kakak nya keluar dari kantin bersama dua orang yang menolong dirinya tadi. Melihat punggung kakaknya menjauh Kalea diam tak berkutik sampai ia merasakan pergerakan laki-laki disebelahnya.

"Ayo, gue antar ke ruang kepala sekolah," ujar Gabriel membuat Kalea langsung berdiri dan berjalan mengikuti langkah cowok di depannya. Namun kepalanya menoleh pada Haris yang masih duduk di kursi panjang.

"Tunggu, Kak..." Gabriel berhenti dan berbalik badan.

"Kakak gak ikut anterin Kalea?" Gabriel menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar ucapan adik dari temannya.

Haris yang saat itu melihat Kalea mendadak bingung. Pada siapa gadis itu bertanya, gumam Haris dalam hati.

"Lo ngomong sama gue?" telunjuk Haris mengarah pada hidungnya.

"Iya Kak." Entah setan apa merasuki Haris membuat cowok itu bangkit dari duduknya dan berjalan di samping Kalea. Haris melirik GS dan cowok itu hanya menggelengkan kepala.

Kalea berdiri diantara keduanya. Ia menjadi objek yang murid-murid lain lihat sewaktu berjalan di koridor sekolah. Hingga Gabriel berhenti di depan ruangan bertuliskan Ruang Kepala Sekolah.

Kalea menoleh pada Gabriel. "Lo bisa masuk sekarang. Kita bakalan nungguin lo disini."

"Tapi—"

"Masuk!"

***

"Pak Bagas selaku orangtuamu sudah memberitahukan Bapak bahwa putrinya akan masuk hari ini. Jadi benar, kamu Kalea Ludovica," tanya Pak Muklis, nametag di dada kanan beliau memperjelas.

"Iya, Pak. Saya Kalea Ludovica."

"Baiklah Kalea. Kelas kamu ada di sebelas IPS satu dan selamat bergabung di SMA Bintang. Bapak harap kamu bisa memberikan yang terbaik di sekolah tercinta kita ini."

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin Pak. Terimakasih."

Kalea keluar dari ruangan. Ia mengira kedua cowok tadi akan meninggalkannya tapi ternyata mereka masih anteng berdiri di depan ruangan kepala sekolah.

Mendengar pintu terbuka, Gabriel memutar badan menghadap Kalea. Setelah ia mengatakan ruangan kelasnya dengan jelas, Kalea kembali mengayunkan kedua kakinya berjalan bersama kedua cowok itu.

"Permisi..."

GS berseru tanpa mengetok pintu kelas lebih dulu. Guru wanita itu tetap tidak menoleh padanya. Sementara seisi kelas termasuk kaum perempuan mulai menatap kedatangan dirinya berdiri di ambang pintu kelas.

"Eh, lihat tuh, ada Bang GS di depan kelas..."

"Ngapain dia ke kelas kita?"

"Mana gue tau bego!"

"Eh, siapa tuh cewek!"

"Kelas kita kedatangan murid baru ya?"

Blablablabla

"Permisi Bu... Budeg atau gimana!" seru Gabriel kedua kalinya membuat Kalea disampingnya menganga mendengar. Guru wanita itu menoleh kemudian membelalakkan mata melotot kepada Gabriel.

"Tidak bisakah kamu lebih sopan sedikit, Gabriel? Ketuk pintunya atau ucapkan salam, kan bisa..." kata Bu Salma guru sosiologi yang paling ia benci.

Walau pun Bu Salma tidak mengajar dalam kelasnya tetap saja ia tidak suka melihat keberadaan guru tersebut.

"Terserah. Gue cuman antar ini cewek ke kelasnya dengan keadaan selamat. Permisi..." Gabriel berlalu dari sana diikuti Haris dari belakang.

Bu Salma mengembuskan napas berat. Untung saja Gabriel bukan anak muridnya kalau sampai itu terjadi Bu Salma akan tiap hari bertengkar dengannya.

Bu salma dibenci oleh GS karena beliaulah sumber masalahnya selama ini. Mentang-mentang guru BK beliau seenak jidat menghukum mereka saat itu, membuat Bu Salma mau tidak mau menerima kebencian Gabriel dan Gabriel sendiri memasukkan Bu salma dalam daftar hitamnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!