MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

"Seno!" pekik Keyra seraya menghampiri Seno.

"Aku nggak apa-apa Kei. Kamu tenang aja", sahut Seno dengan tersenyum. Lalu dia berusaha untuk berdiri.

"Haha.. Omong kosong! Jelas-jelas kamu sudah babak belur!" sela pria bertato dengan tertawa meremehkan.

Seno menghapus peluh yang masih menempel di dahinya. Lalu dia kembali menyerang tiga pria itu sekaligus. Sontak tiga pria itu pun jatuh bersamaan. Namun saat mereka akan menyerang balik, sirene polisi berhasil menghentikan niat mereka.

"Ada polisi, ayo cabut!" seru pria gondrong seraya berlari lebih dulu.

"Jangan bergerak!" seru pak polisi mencegah tiga pria jahat itu melarikan diri.

Akhirnya ketiga pria pengganggu itu berhasil di ringkus dan di bawa pergi oleh pihak berwajib.

Uhh

Seno merintih kesakitan kala memegang bagian perutnya.

Keyra bergegas menghampiri Seno. "Bagaimana keadaanmu Sen?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Tidak apa-apa Kei", jawab Seno. Dia berusaha menutupi rasa sakitnya tersebut dari Keyra.

"Kita ke dokter ya. Aku khawatir ada luka dalam di bagian perutmu."

"Tidak perlu Kei! Lagipula kita harus pergi ke kantor polisi."

"Jangan membantah! Aku tidak mau terjadi apa-apa pada penyelamatku!" tegas Keyra.

Seno pun pasrah kala Keyra menuntunnya masuk ke dalam mobil.

"Berikan kunci mobilmu!"

Lagi-lagi Seno terpaksa menuruti ucapan Keyra. Dia pun tersenyum bahagia kala melihat wanita yang sangat dia cintai itu sangat peduli padanya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu kembali?" tanya Keyra seraya menjalankan mobil Seno.

"Aku khawatir terjadi sesuatu padamu jadi aku langsung memutar balik", terang Seno kala mengingat bagaimana dia memikirkan Keyra sepanjang perjalanan.

"Lalu, bagaimana dengan obat mamamu?"

Seno tersenyum melihat Keyra mengkhawatirkan ibunya. "Mamaku sedikit pelupa. Ternyata obatnya sudah di beli papa kemaren malam."

"Oh, syukurlah!" sahut Keyra bernafas lega, namun netranya tetap fokus menatap jalanan sepi.

Sementara senyuman di wajah Seno belum juga hilang. Dia terbuai oleh lamunannya sendiri. Dalam benaknya dia membayangkan bahwa Keyra adalah istrinya yang tengah khawatir padanya.

"Ada apa?" tanya Keyra kala Seno tertangkap basah sedang menatapnya dengan tersenyum.

"Tidak apa-apa", jawab Seno seraya buru-buru membuang pandangannya. Dia belum berani untuk mengutarakan rasa sukanya pada Keyra.

"Terimakasih Sen! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku, jika kamu tidak berfikir untuk putar balik", ucap Keyra dengan raut wajah serius.

"Tidak perlu berterimakasih Kei! Aku - "

Ucapan Seno terputus kala mendengar suara dering ponsel Keyra. Sontak Keyra melirik ponselnya yang terletak di dashboard mobil.

"Kenapa tidak di angkat Kei?" tanya Seno kala melihat Keyra meletakkan kembali ponselnya.

"Nanti saja! Saat ini aku sedang menyetir", sahut Keyra seraya melirik Seno sekilas. "Tadi kamu mau ngomong apa?"

"Oh, itu nggak penting", jawabnya dengan senyum dipaksakan.

*-*

Setelah urusan Keyra di rumah sakit dan kantor polisi selesai, dia gegas pulang ke rumah kediaman Albian.

"Kei!" sapa sang mertua kala Keyra baru saja melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

Sontak Keyra menoleh ke arah Diana. "Iya, ma", jawabnya dengan senyum dipaksakan.

"Kamu dari mana saja sayang? Dari tadi Albian menghubungimu dengan frustasi, katanya kamu nggak bisa di hubungi."

Sontak raut wajah Keyra berubah murung kala nama Albian di sebut. "Maaf ma. Kei sedikit lelah. Nanti saja Kei cerita ke mama ya", sahutnya lesu.

Melihat ekspresi wajah Keyra, Diana pun curiga sesuatu telah terjadi pada hubungan Keyra dan Albian. Namun dia ingin memberikan kesempatan pada mereka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.. "Oke, sayang. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu", ucap Diana dengan lembut.

Keyra gegas melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dan Albian.

"Semoga mereka dapat menyelesaikan masalah mereka dengan cepat", gumam Diana kala menatap punggung Keyra yang semakin menjauh.

*-*

Saat Keyra sudah berada di dalam kamar. Dia langsung di cecar banyak pertanyaan oleh Albian.

"Kau dari mana saja Ke? Kenapa telponku tidak di angkat? Apa ada masalah?"

Keyra membalas Albian dengan tersenyum miring. "Aku lelah", katanya seraya berjalan menuju kamar mandi.

Sementara Albian melongo kala melihat sikap aneh Keyra. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Keyra kelihatannya marah padaku? Batin Albian. Lalu dia menghampiri pintu kamar mandi dan mengetuknya. "Kei, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Albian dengan berhati-hati.

Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Bahkan suara guyuran air pun tidak terdengar sama sekali.

"Kei, aku mohon bicaralah!" mohon Albian dengan mengetuk-ngetuk pintu. Lagi-lagi tidak terdengar suara apapun dari dalam sana. Albian mulai panik dan bersiap untuk mendobrak pintu. "Kei, jawab aku! Jika tidak, aku akan mendobrak pintu ini dalam hitungan ketiga. Satu, dua, ti- "

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka lebar. Keyra muncul dari dalam sana dengan raut wajah kesal.

"Kei, ayo bicaralah!" mohon Albian lirih. Hatinya sedih, karena sang istri mengacuhkannya. "Kei, lihatlah aku sebentar saja. Aku ingin meluruskan masalah kita ini."

"Bi, aku lelah! Tolong jangan mengikutiku terus!" ujar Keyra dengan tatapan tajam.

Tanpa aba-aba, Albian telah menarik tangan Keyra dan membawa sang istri masuk dalam pelukannya. "Maafkan aku! Meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku tetap salah karena telah membiarkan kamu menunggu di tempat sunyi itu", sesal Albian.

Keyra langsung menyentak tubuh Albian dengan kasar. "Apa kamu nggak dengar? Aku bilang kalau aku lelah!" ucap Keyra dengan penuh penekanan.

Albian tersentak kaget melihat perubahan sikap sang istri. "Oke! Aku tidak akan mengganggumu lagi", jawab Albian seraya menjauhi Keyra. Dia berjalan menuju balkon kamarnya dengan kesal.

*-*

Malam terasa begitu panjang bagi Albian dan Keyra, karena mata mereka sama-sama sulit terpejam kala memikirkan sikap pasangan mereka. Namun Albian tidak dapat melihatnya, karena Keyra tidur dengan memunggunginya.

"Kei! Andai saja kita tidak merahasiakan pernikahan kita ini, mungkin kau tidak perlu menunggu di tempat sunyi itu! Kau bisa mendatangi kelasku dengan bebas, begitu pula sebaliknya", ucap Albian bermonolog. Lalu dia menoleh ke sisi kirinya, walau dia hanya bisa menatap punggung Keyra.

Sementara Keyra masih mempertahankan posisi tidurnya seperti itu, agar Albian tidak mengetahui kalau dia juga tidak tidur.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang membuatmu sangat marah padaku, hingga kau tidak mau bicara lagi denganku. Padahal aku berulang kali mencoba menghubungimu, tapi kau tidak mengangkatnya. Bahkan satu panggilan telepon darimu tidak ada!" lanjut Albian.

Keyra mendelik kala mendengar pengakuan Albian, namun sesaat kemudian dia kembali memejamkan matanya dan mengabaikan ucapan Albian tersebut.

"Sepertinya aku terlalu berharap banyak. Aku pikir kamu hanya berpura-pura tidur dan mendengar semua perkataanku. Tapi ternyata kamu dapat tertidur dengan lelap!" ucap Albian lirih. Lalu dia mencoba untuk memejamkan matanya.