Algara, Posesif Badboy

Al dkk terkejut begitu juga dengan siswa yang juga jadi penonton, Aini sendiri semakin kesal karena adik laknatnya itu memanggilnya kakak. Dia tidak ingin terlihat mencolok di sekolah karena keluarganya keluarga terpandang.

"Si Nayla panggil anak baru itu kak? Berarti dia anaknya keluarga Wijaya, dong" celetuk salah satu siswi.

"Gila, si Al aja udah tajir melintir bersanding dengan Aini yang juga tajir"

"Makin serasi"

"Sekarang nambah, tadinya sama sama bad-bad, kini di tambah sama-sama kaya"

"Pantas aja agak mirip sih, mukanya sama si Nayla"

"Tapi gak mirip-mirip banget, sama-sama cantik tapi gak terlalu mirip"

Banyak pujian atau apalah itu terhadap Aini yang ternyata anak salah satu orang kaya dan di segani di kota itu. Mereka berpikir kalau Aini hanya anak biasa saja. 

Para siswi yang hampir saja ingin membuly Aini karena dianggap gatal sama Al dkk langsung mengurungkan niatnya.

Siapa yang berani pada keluarga Wijaya? Tuan Felix Wijaya sendiri merupakan salah satu donatur terbesar di SMA Gevandra High School. Itu sebabnya tidak ada yang pernah berani membuly Nayla selama ini yang menyandang marga Wijaya.

Para siswi yang hampir saja mengusik Aini menghela nafas lega karena tidak sempat mengusik gadis itu yang ternyata anak dari keluarga kaya. Tapi tidak berlaku pada Naira cs, situkang bully itu. Mereka tidak peduli Aini siapa, yang pasti dia akan membully setiap cewek lemah dan cewek yang dekat dengan Al.

"Lo ngapain, bangke" ketus Aini.

"Aelah, Lo makan aja harus dibujuk gitu. Lo udah gede, kak. Malu sama umur" sinis Nayla.

"Adik tai lu, mending sono pesanin gue bakso" titah Aini.

"Gak! enak aja Lo, kak. Tuh, udah di suapin kak Al malah sok sok an Lo jual mahal. Gue tau  sebenarnya Lo tuh suka sama kak Al, tapi sok gengsi" cebir Nayla.

Al tersenyum tipis sedangkan Aini mendelik sinis pada adiknya itu. 

"Diam Lo, bocah edan" kesal Aini.

"Gue cuman mau bilang Lo makan kak, nanti mag Lo kambuh lagi. Gue balik" Nayla langsung kembali ke mejanya sedangkan Al sedikit terkejut mendengar ucapan adik gadisnya itu.

Al semakin yakin jika Aini, gadisnya itu jarang makan.

Keempat sahabat Al menatap cengo Nayla yang malah kabur setelah mengejek Aini, Aini sendiri hanya bisa mengeram kesal. Ingin membalas tapi adiknya sudah ngacir duluan.

"Dia adek Lo, buk bos?" Tanya Gean.

"Gak tau, anak pungut itu" sungut Aini.

"Lah" ketiganya melongo melihat Aini yang malah bersungut-sungut.

"Sekarang Lo, makan" titah Al lalu kembali menyodorkan nasi ke mulut Aini.

Aini menoleh dan memerhatikan sendok berisi nasi goreng itu yang berada tepat di depan mulutnya.

Keempat sahabat Al menatap cengo Aini yang malah menatap lekat sendok itu sedangkan Al ingin mengumpati pacarnya itu yang malah diam dan tidak mau membuka mulutnya. Sangat menyebalkan!!!!

"Buka mulut lo, anjir. Malah diem Lo" kesal Al.

Aini beralih menatap wajah Al yang dibalas menatap gemas gadisnya itu, lagi keempat sahabat Al menatap cengo keduanya malah saling menatap satu sama lain.

"Ngapain, dah" ucap Rafa cengo.

"Malah pandang-pandangan" timpal Regan geleng-geleng kepala.

"Pasangan gak jelas" cibir Gean.

"Pasangan gila" sinis Arjuna, kata pertama yang keluar dari mulut pemuda itu sedari tiba di sekolah.

Kembali lagi ke Aini dan Al yang saling tatap, masih seperti tadi. Keduanya menatap satu sama lain, entah tatapan apa author juga gak tau wkwk.

"Lo mau buka mulut sendiri atau gue paksa, hm?" Tekan Al.

Para siswa-siswi menahan tawa melihat tingkah kedua remaja itu lebih tepatnya Aini yang susah di bujuk, Nayla sendiri hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakak laknatnya itu.

"Tapi gue mau bakso" ucap Aini pelan.

Tidak lagi ketus dan congkak, mungkin dia sedang berusaha melembutkan suaranya agar Al luluh dan mau membelinya bakso pedes.

Al menghela nafas, entah kenapa gadisnya itu malah ingin makan bakso pedas. Padahal dia sangat yakin jika gadisnya itu tidak makan pagi, makanya dia memaksa Aini memakan nasi sekarang.

"Nanti kita beli, tapi sekarang Lo makan dulu, yah. Gak bagus loh makan bakso kalau sedari pagi Lo gak makan nasi" suara Al melembut.

Keempat sahabat Al melongo mendengar nada bicara Al yang lembut selembut kapas, baru kali ini seorang Al berbicara dengan lembut pada gadis tengil seperti Aini. Di depan mereka lagi, ini langka.

"Lo kadang bisa lembut juga ternyata" ejek Aini.

Al mengeram kesal dengan gadis itu, lembut salah ketus salah datar salah, Aini anjing'

"Lo kek anjing banget ya, cepat buka mulut lo" jengah Al.

"Tadi aja lembut sekarang udah kayak bangke tu mulut" cibir Aini.

Astagah Anggrainiii, makan sesuap nasi saja Lo susah banget anjir, malah menggerutu CK.

"Lo gak mau makan,hm?" Tanya Al dingin.

"Mau" Aini langsung membuka mulutnya menerima suapan Al.

Al tersenyum tipis karena gadisnya itu tidak lagi membantah dan mau disuapi olehnya. Sedangkan keempat curut Al melongo plus cengo, pada akhirnya Aini mau disuapi oleh al tetapi kenapa sedari tadi tidak mau dan menolak? Cewek menyebalkan memang.

"Dari tadi kek" cebir Al sembari menyuapi gadisnya itu.

Para siswi menatap iri sekaligus gemas dengan pasangan itu, Al yang sabarnya seluas lautan hijau eh lautan biru maksudnya dan si Aini sipaling anjing dan suka memancing emosi serta erosi, hah.

"Udah ah, udah siap gue" Aini langsung menutup mulutnya.

"Masih banyak, makan lagi" Al kembali menyuapi Aini.

"Gue udah kenyang, gak bisa lagi" tolak Aini.

"Kenyang apanya, baru dikit anjir. Perut Lo juga masih rata gitu" cibir Al.

"Gue yang tau perut gue bego, gue udah kenyang" kesal Aini.

"Hm, yaudah. Nih minum dulu" Al akhirnya pasrah dan memberikan segelas air putih pada Aini.

Ap lalu memakan nasi goreng sisa Aini, karena masih banyak dan mubajir jika di buang. Nasi goreng miliknya tadi malah dia kasi ke Rafa karena milik Aini masih banyak dan itu cukup untuknya.

Rafa dan ketiga lainnya menatap cengo Al yang malah memakan sisa Aini. Padahal tadi ada nasi goreng miliknya tapi malah diberikan pada Rafa dan memakan sisa makanan Aini. 

"Lo ngapain makan sisa gue" tanya Aini menatap horor pada Al.

"Berisik lo, daripada di buang mubajir" sinis Al.

"Pak bos romantis, deh" goda Rafa.

"Bener, sisa buk bos aja dimakan lahap" timpal Regan.

"Suit-suit" goda Gean.

Arjuna? Gak usah ngarep tembok satu itu ikutan menggoda ketua mereka itu, Juna lebih betah diam dan diam jika omongannya tidak penting.

"Diam, Lo semua!" sentak Al.

"Lo kalau makan jangan sambil marah-marah, entar kesedak baru tau rasa" cibir Aini.

"Lo peduli sama gue?" Tanya Al tersenyum miring.

"Gak, gue gak peduli" bantah Aini merutuki ucapannya yang terlihat seperti peduli pada lelaki itu.

"Gengsi Lo tinggi banget, ya" cibir Al.

"Bawel Lo ahk, gue mau ke kelas duluan" Aini langsung bangun.

"Gak bisa, tungguin gue dulu" Al menahan Aini agar dia tidak beranjak.

"Lo bisa sama mereka, gue mau ke toilet" ucap Aini karena dia memang ingin ke toilet.

"Bentar" Al langsung menghabiskan makanannya dan meneguk minuman segelas.

"Ayok, gue temenin" Al memegang lengan Aini.

Keempat sahabat Al hanya menggelengkan kepala melihat Al yang tidak ingin pisah sebentar saja dari Aini, para siswa-siswi yang melihat itu iri dan gemas di waktu yang bersamaan.

"Lo ngapain nempelin gue mulu, sih" kesal Aini.

"Gue gak mau pisah sama Lo" jawab Al santai.

"Bacot. Lepasin tangan gue, bangke" jengah Aini.

"Bawel Lo, ahk. Jalan aja susah banget sih, lo" jengah Al.

"Kok jadi lo yang kesal" ketus Aini.

"Cepetan jalan, katanya mau ke toilet" kesal Al.

****