NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Cerai / Penyesalan Suami / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Kisah ini mengisahkan kehidupan rumah tangga yang tidak lazim, di mana sang istri yang bernama Rani justru menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, Budi, adalah seorang pria pemalas yang enggan bekerja dan mencari nafkah.

Rani bekerja keras setiap hari sebagai pegawai kantoran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara itu, Budi hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti menonton TV atau bergaul dengan teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Keadaan ini sering memicu pertengkaran hebat antara Rani dan Budi. Rani merasa lelah harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga seorang diri. Namun, Budi sepertinya tidak pernah peduli dan tetap bermalas-malasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 5 kebutuhan sehari-hari

Berbulan-bulan berlalu sejak Budi memulai perjuangannya memperbaiki diri dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Pekerjaan berat mengangkut material bangunan yang awalnya begitu menguras tenaga, perlahan mulai bisa ditanganinya dengan stamina yang meningkat. Budi seperti menemukan kekuatan baru dalam dirinya yang dulu tak pernah terbayangkan.

Namun di balik semangat kerjanya yang membara, Budi mulai tersadar satu hal. Betapapun kerasnya usahanya bekerja sekarang, tetap saja penghasilannya belum cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup layaknya seorang kepala keluarga. Upahnya hanya cukup untuk menyambung hidup sebagai diri sendiri saja.

Teringat akan tanggung jawabnya di masa lalu yang selalu diabaikan, Budi merasa semakin tertampar oleh kenyataan. Benar kata Rani dulu, dia sama sekali belum layak disebut sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab. Bagaimana mungkin ia bisa menghidupi kebutuhan Rani dan keluarga mereka suatu hari nanti kalau hanya bergantung pada upah kuli bangunan?

"Aku harus mencari pekerjaan lain yang lebih baik dan berkelas," gumam Budi di sela-sela waktu istirahatnya. "Dengan begitu, aku bisa mengumpulkan uang yang cukup untuk membina keluarga impianku dengan Rani nanti."

Tekadnya sudah bulat. Budi harus meningkatkan kehidupannya, mencari pekerjaan yang lebih berkelas agar bisa menghidupi kebutuhan rumah tangga seperti yang diharapkan seorang istri dari suaminya. Meski ia sangat bersyukur atas pekerjaan kuli bangunannya sekarang, karena berkat itulah ia bisa menapaki jalan untuk berubah dari kebiasaan pemalas masa lalunya.

Senja itu, Budi kembali merenung sendirian menatap pigura foto pernikahannya bersama Rani. Betapa ia sangat merindukan kehangatan kebersamaan mereka dulu, sebelum semuanya hancur karena kelalaian Budi sebagai seorang suami.

"Lihat aku sekarang, Ran... Tubuhku memang sudah berubah menjadi lebih kuat untuk bekerja keras. Tapi aku belum bisa menghidupimu seperti dulu, belum bisa mencukupi semua kebutuhanmu sebagaimana layaknya seorang istri," gumam Budi sembari mengusap pigura foto itu.

"Tapi aku berjanji, cepat atau lambat, aku pasti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan mengumpulkan uang yang cukup untuk kita hidup bahagia bersama lagi, Ran..."

Air mata Budi menetes menyadari betapa besarnya pengorbanan Rani untuk menghidupinya selama ini. Betapa masih jauh usahanya untuk bisa menebus semua kebaikan istrinya dengan langkah-langkah kecil yang ditempuhnya sekarang.

Namun seberkas rasa optimis tetap terpancar dari wajahnya yang dulu selalu diliputi aura kemalasan dan ketidakberdayaan. Budi tahu perjalanannya masih panjang, tapi ia telah memutuskan untuk tidak mundur lagi. Demi memperbaiki segalanya, demi bisa mencukupi kebutuhan Rani dan membahagiakannya seperti yang semestinya dilakukan seorang suami sejati.

Keesokan harinya, Budi kembali bekerja di proyek bangunan itu dengan semangat yang menggebu. Para rekan sekerjanya mulai menyadari ada yang berbeda dari tatapan matanya yang kini seperti membara penuh ambisi. Ambisi untuk segera naik kelas dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari keadaan sekarang.

"Hei, Bud! Ada apa denganmu hari ini? Kerja seperti dikejar setan saja!" canda Bayu yang mulai terbiasa mengamati perubahan Budi.

Budi hanya tersenyum kecil menanggapinya, "Ada banyak hal yang harus kulakukan, Bayu. Aku tidak bisa berhenti di sini saja untuk seterusnya."

Bayu mengangguk paham. Pria itu seakan bisa merasakan tekad kuat Budi yang ingin segera memperbaiki kehidupannya. Merengkuh kebahagiaannya kembali bersama sang istri yang sempat dibuatnya kecewa.

"Baiklah. Semoga tekadmu itu membawamu pada keberhasilan, Kawan," ujar Bayu memberi semangat.

Bagi Budi, ini baru awal perjuangannya yang sesungguhnya. Perjuangan tak hanya sekedar berubah dari kebiasaan pemalas masa lalunya, tapi juga untuk mencapai puncak keberhasilan yang hakiki - mencukupi segala kebutuhan rumah tangga seperti tanggung jawab seorang suami sejati. Langkahnya masih panjang, tapi ia telah membulatkan tekadnya untuk menempuh jalan itu sampai ke pemberhentian terakhir.

Malam itu seperti biasa, Budi kembali ke rumah sederhananya setelah bekerja keras seharian. Rasa letih memang masih menjalar di sekujur tubuh, namun semangat untuk terus memperbaiki diri tak pernah padam dalam benaknya.

Ia duduk termenung menatap pigura fotonya bersama Rani. Senyum bahagia mereka di hari pernikahan itu seperti mengejek ketidakmampuannya menjadi kepala rumah tangga yang baik saat ini. Budi merasa malu pada dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia begitu lalai hingga menyia-nyiakan kebahagiaan yang harusnya bisa diraihnya bersama Rani?

"Apakah aku bisa membahagiakanmu lagi seperti dulu, Ran? Dengan kemampuanku sekarang, aku belum bisa mencukupi semua kebutuhanmu sebagai seorang istri," gumam Budi pilu.

Pikirannya melayang, membayangkan betapa sulitnya Rani dulu mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga mereka. Mulai dari membayar tagihan bulanan, menyediakan makan untuk dirinya, bahkan hingga kebutuhan sekecil sabun mandi dan lain sebagainya. Semuanya ditanggung sendiri oleh Rani karena kelalaian Budi.

Betapa tidak bertanggung jawabnya ia sebagai seorang suami. Mengingat hal itu membuat Budi semakin bertekad untuk tak hanya sekedar berupaya memperbaiki diri, namun juga meningkatkan kemampuannya agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga kelak jika Rani kembali padanya.

Keesokan harinya, di sela-sela waktu istirahat kerja, Budi memutuskan untuk membicarakan tekadnya pada Bayu yang sudah dianggapnya seperti sahabat.

"Bayu, aku ingin mencari pekerjaan lain setelah ini. Yang lebih baik dan bisa menghasilkan uang lebih banyak," ujar Budi dengan pandangan serius.

Bayu mengerutkan keningnya bingung, "Tapi bukankah pekerjaanmu sekarang sudah cukup baik untukmu, Bud? Kau bisa memulai hidup barumu dari nol dengan gaji kuli bangunan seperti ini."

"Justru itu yang menjadi masalahku, Bayu. Aku tidak bisa hanya berhenti di sini saja dan puas dengan penghasilanku sekarang," sahut Budi dengan nada memohon pengertian.

"Kau tahu sendiri kisahku bagaimana. Aku berniat untuk menebus semua kesalahanku di masa lalu, membina keluarga bahagia bersama istriku seperti yang seharusnya. Tapi bagaimana bisa aku mencukupi semua kebutuhan rumah tangga dengan hanya menjadi kuli bangunan?"

Bayu terdiam, tampak mencerna maksud perkataan Budi. Pria itu benar, dengan menjadi kuli bangunan selamanya, mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan hidupnya nanti bersama Rani jika mereka benar-benar rukun kembali.

"Aku mengerti maksudmu, Bud. Lalu pekerjaan seperti apa yang kau inginkan nanti?" tanya Bayu kemudian.

Budi menghela napas panjang, "Entahlah. Yang jelas aku butuh pekerjaan yang tidak hanya menghasilkan uang lebih banyak, tapi juga menunjukkan kesungguhanku untuk betul-betul berubah total, tidak lagi seperti pemalas dulu."

"Aku siap menghadapi tantangan apa pun demi mencapai itu semua, Bayu. Demi menghidupi kebutuhan Rani dan keluarga kami kelak, seperti yang seharusnya dilakukan seorang suami sejati..."

Bayu mengangguk mengiyakan, kagum akan besarnya tekad Budi untuk benar-benar berubah. Tidak sia-sia selama ini ia melihat semangat luar biasa sahabatnya itu bekerja di proyek bangunan.

"Baiklah, Bud. Aku mendukung keputusanmu sepenuhnya. Aku yakin dengan usaha keras dan tekad bulatmu itu, kau pasti akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan bisa mewujudkan impianmu membina keluarga bahagia dengan istrimu," ujar Bayu sambil menepuk pundak Budi memberi semangat.

Senja itu, dengan keyakinan yang semakin membaja, Budi berjalan pulang dengan didamba-dambakan oleh bayang-bayang kebahagiaan masa depan yang mungkin menantinya. Ia bertekad untuk memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan meraih peluang kehidupan baru yang lebih baik. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga impiannya bersama Rani suatu hari nanti.

1
HRN_18
🔥🔥🔥🔥
Diamond
Jalan ceritanya keren abis.
Oralie
Author, kapan mau update lagi nih?
HRN_18: sabar ,😩
total 1 replies
SugaredLamp 007
Menghanyutkan banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!