Mencintai Perjodohan

rania menuruni anak tangga sambil mengibas ngibaskan, rambut nya yang basah.

terlihat adik iparnya hera dan mertuanya ros sedang memperhatikan ya di sofa.

" selamat pagi menantu."

" iyah bu.."

" anting mu cantik sekali..dan perhiasan mu juga banyak. yah? apakah orang tua mu yang memberikan ya...bisakah ibu saja yang menyimpannya?" ucap ros. sambil memegang lengan. rania

" iyah..tapi ku rasa. tidak perlu bu. aku bisa menyimpan ya sendiri."

" sudahlah kaka ipar sejak kapan orang di rumah ini. melawan permintaan ibu." sambung hera.

" tapi aku tidak suka peraturan dan aku akan membuat peraturan pada. Diri ku. sendiri " teriak rania.

hinga sampai syam turun dari tanga untuk bersiap ke kantor.

" ada apa pagi-pagi sudah ribut? "

" lihatlah menantu baru di keluarga ini bang..bisa-bisanya. melawan orang tertua

di keluarga kita "

" iyah..ibu hanya. ingin menyimpan perhiasan rania. namun ia membentak ibu syam...ibu takut sekali dengan menantu baru ini. " ujarnya mengadu pad syam.

" aku tidak bermaksud. apa-apa..syam, aku rasa juga aku tak perlu mena'ati peraturan ini." ucap. Rania kesal dan langsung pergi ke kamar nya.

" sudah yah bu..saya akan membujuk rania."

" baik syam. kamu adalah anak yang baik." ucap bu ros sambil melirik hana.

di kamar nya. rania merajuk kesal. sebab baru beberapa hari menjadi menantu saja sifat ibu syam, sudah keterlaluan.

" rania.." bujuk syam

" ada ap..kamu juga mau se enaknya?." ucap rania begitu dingin.

" rania maafkan ibu. tapi saya mohon berikan saja perhiasan itu. jika kamu mau aku bisa membelinya yang lebih untuk mu." ucap syam dengan lembut.

" tidak bisakah kamu belikan saja untuk ibu mu."

" rania saya mohon. mengertilah "

dengan berat hati akhirnya Rania memberikan perhiasannya dan di antar oleh syam menunju kamar mertuanya.

" terima kasih menantu." ucap bu ros, tersenyum licik.

setelah. syam berangkat ke kantor nya. rania mengamuk membereskan pakainya kedalam koper..ia berniat ingin kembali ke indonesia.

namun Art yang biasa menyiapkan sarapan rania menghalangi Rania pergi.

" noni mau kemana? "

" saya akan pulang ke indonesia. saya sudah tak tahan lagi disini."

" noni saya mohon. jangan tinggalkan tuan syam. karna nono tidak tahu kan? apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini. ayo ikuti

" ayo noni ayo."

raidah..langsung mengandeng tangan rania. dan menguping pembicaraan mertua dan adik ipar nya.

" syam...itu memang bodoh sekali yah mom. ia tidak tau kita hanyalah memanfaatkan nya."

" biarkan saja..hera kita manfaatkan terus syam."

Rania semakin kesal dan mengajak raidah langsung pergi dari tempat itu.

" ko jahat banget mulutnya nya yah? " Tanya-

Rania pada raidah.

" nyonya ros itu.nyonya sambung nya tuan syam noni."

Rania teramat kaget. dan ia berniat melaporkan kejadian ini. pada syam agar syam lebih tegas pada ibu dan adik tiri nya.

Rania mondar mandir. menunggu kedatangan syam pulang dari kantor nya.

" padahal sudah jam sepuluh mengapa belum pulang juga? " batin rania.

selang beberapa detik terdengar suara membuka pintu. terlihat rania sedang duduk di sofa dan menampilkan rasa kesalnya. pada syam.

" ada apa Rania..apa masih marah? "

" hmmm..kamu tahu syam apa yang ada dalam. fikiran adik sambung dan ibu sambung mu?..merek itu sangatlah membenci mu, bahkan mereka. menganggap kou bodoh syam. apa kou tidak tahu itu syam? "

" aku tahu Rania. aku Tahu itu sudah lama. namun aku tidak ingin membalas keburukan dengan keburukan kembali. aku akan tetap menghargainya. Rania jadi maafkan aku " ucap syam.

rania terdiam. ia menyadari hati syam ternyata begitu tulus. tak ada dendam!

atu kebencian di hatinya. meskipun bertahun tahun. syam terus hidup berdampingan dengan orang yang manipulatif.

malam itu syam dan Rania sholat berjamaah untuk yang pertama kalinya.

setelah selesai shalat Rania dan syam duduk di teras balkon.

" Rania besok kan.hari jadi pernikahan kita yang ke satu bulan yah?.

" iyah syam "

" besok kita jalan..jalan yah..saya ada tempat wisata di singapura ini. yang belum pernah saya kunjungi juga.mumpung esok kan libur "

Rania mengangguk, bibirnya tersenyum simpul tidak terasa pernikahannya sudah memasuki bulan pertama.

dan entah harus berapa purnama lagi yang akan ia lalui untuk bisa yakin dengan perjodohan ini dan ikhlas menyerahkan hak serta kewajiban nya. sebagai seorang istri.

" Rania apakah kamu sudah ngantuk? tidurlah saya akan menyusul nanti." ucap syam.

Rania langsung masuk. kamar dan membaringkan dirinya di kasur.

" apa aku Izinin aja yah? syam tidur di kasur. kasian juga sih dia harus tidur di sofa " batin Rania.

namun ingatan gila nya. kambuh lagi? ia takut jika nanti syam terlewat batasan dan melakukan ya.

" aduh kenapa harus memikirkan hal ini.." Rania menggerutu pada dirinya sendiri.

" lah kok belum tidur? " ucap syam kaget saat melihat RAnia masih duduk.

Rania melihat syam yang menghampiri dirinya di kasur. " jangan lakuin ini sekarang Aku mohon.." rengek Rania.

syam terlihat kebingungan padahal dirinya hanya mengambil bad cover nya, yang di duduki oleh Rania " saya cuman mau mengambil bad cover saya Rania tenang lah."

" oh..iyah ini maaf."

" tidurlah sudah larut malam." ujar syam.sambil dirinya menuju sofa.

rania mematikan lampu kamar tidur nya.

" kalau lagi tidur syam manis juga..meskipun kadang menyebalkan ".

entahlah ini perasaan apa? meskipun ia pernah jatuh cinta dengan Dimas tapi perasaanya ke syam. seperti lebih berbeda rasa kasihan dan sayang yg ia rasakan.

apa lagi selama sebulan ini ia selalu bersama syam. melakukan aktifitas lainya bersama. hanya bukan lah selayaknya suami istri.

" apa nanti aku akan memberikan hati ku untuk syam? apa nanti nya aku biasa melupakan Dimas." batin Rania. rasa sakit tiba-tiba muncul di uluh hat88