"Aku tidak menyangka kau begitu tega padaku. Di saat aku bertugas di luar kota, kau malah selingkuh di belakangku. Aku menyesal karena sudah menikahi wanita sepertimu!"
Devina ditalak dan dituduh telah berselingkuh dengan pria lain yang tak lain adalah sahabat dari mantan suaminya, Marcell. Hidupnya jadi menderita dan terlunta-lunta ketika berpisah dari suaminya. Fitnah keji itu membuat anak kembar yang dilahirkannya harus menanggung beban penderitaan karena keegoisan orang tua. Dalam keadaan serba kekurangan, Devina berdiri sendiri untuk menjadi ibu sekaligus Ayah buat kedua anaknya.
Mampukah Devina melewati segala cobaan yang datang silih berganti dalam hidupnya?
Mungkinkah dia bersatu kembali dengan mantan suami setelah tahu dia memiliki anak yang harus dijaga bersama?
Kisah Devina hanya ada di Noveltoon, dengan judul Bayi Kembar Presdir Tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Siapa Mereka?
"Ada apa ini?"
Suara bariton pria itu memasuki dapur dan membuat Devina maupun Kenzo refleks menoleh padanya. Devina terkejut ketika mendapati Marcell sudah ada di dapur rumah kontrakannya.
"Mom! Atut." Kenzo yang tidak pernah melihat pria itu langsung mengeratkan pelukannya pada Devina. Sedangkan Azalea menangis dengan hidungnya yang dipenuhi oleh darah segar.
"Bapak ngapain ke sini? Bapak ..,"
"Saya tanya, ada apa ini? Kenapa kalian menangis?"
Tidak menjawab pertanyaan dari Devina, Marcell bergegas mendekati Devina untuk melihat anak kecil yang menangis kesakitan.
"Darah? Vina! Ini kenapa? Cepat, ayo bawa ke rumah sakit!"
Marcell paling tidak bisa melihat anak kecil menangis apalagi dia dalam keadaan keadaan kesakitan. Ia tak peduli siapa anak kecil itu, yang terpenting baginya adalah menolongnya terlebih dahulu.
Devina mengangguk menurut. Dia langsung beranjak dengan menggendong Azalea mengikuti Marcell yang sudah keluar untuk menyiapkan mobilnya.
"Mom, tatut. Nggak ucah dibawa ke lumah catit."
Azalea takut jika saja ia harus disuntik oleh dokter. Dia menangis sejadi-jadinya.
"Sayang, kamu harus nurut ya? Nggak apa-apa kok, di rumah sakit, nggak akan disuntik. Nanti diobatin lukanya."
Kenzo hanya diam dengan memegangi baju Devina erat-erat. Dia sendiri juga takut melihat kehadiran orang yang masih belum pernah ditemuinya.
"Ayo lekas masuk!"
Devina langsung masuk duduk di belakang kemudi, diikuti oleh Kenzo, dengan raut wajahnya sangat ketakutan.
"Mommy, aku di lumah aja ya?" Dia kurang nyaman ikut bersama ibunya. Takut pria itu akan menculiknya.
"Enggak sayang, kamu ikut sama Mommy. Nggak boleh di rumah sendiri ya? Nggak papa kok, Om nggak jahat."
Devina membujuk kedua anaknya agar tidak takut pada Marcell. Kini dia pasrah walaupun Marcell akan mengintimidasinya, yang terpenting adalah anaknya bisa terselamatkan. Ia sangat yakin Marcell tidak akan membiarkan anaknya sendiri terluka.
"Vina, kalau boleh tahu mereka ini siapa kamu?" Pria itu bertanya dengan suara datar dengan tatapan tertuju ke jalanan karena ia sedang fokus menyetir mobil.
"Mereka ini anak-anakku."
Detak jantung Marcell seakan berhenti saat Devina menjelaskan bahwa kedua anak kecil itu adalah anaknya.
"Anak dari mana? Kamu bilang kamu masih sendiri? Kamu bilang masih nggak ada orang lain di hati kamu, terus kamu dapat anak dari mana? Kamu mengadopsi mereka? Vina, kau ..., -
Ingin marah, tapi waktunya tidak tepat. Ia pun memutuskan untuk diam dan mengemudikan mobilnya dengan cukup kencang menuju rumah sakit.
"Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang buruk padamu, nak? Maafin Mommy ya? Mommy belum bisa menjadi orang tua yang baik buat kalian. Mommy udah ninggalin kalian sampai membuat kalian celaka seperti ini. Mommy memang pantas untuk disalahkan, kalau saja Mommy memiliki banyak uang, mommy tidak akan ninggalin kalian buat bekerja."
Devina menangis dengan memeluk puterinya, sembari mengusap hidung yang dipenuhi oleh darah, namun sudah agak mengering.
"Mommy jangan belcedih. Ini cemua bukan calah Mommy, tapi adek tadi keplecet caat manjat meja. Kan tadi aku udah bilang jangan manjat meja, bial aku yang ambilin makanan, tapi adiknya tetep ngeyel, manjat meja dan akhilnya jatuh."
Kenzo menghapus air mata yang membasahi pipi Devina dengan penuh kasih sayang. Anak kecil itu sangatlah menyayangi ibunya karena semenjak mereka dilahirkan, mereka hanya melihat ibunya yang selalu ada stand by menemaninya.
Marcell melirik pada mereka dari kaca spion. Terlihat begitu dekat hubungan kedua bocah itu dengan Devina, hingga membuatnya iri.
"Enak sekali mereka bisa sedekat itu dengan Devina. Aku saja belum bisa aku juga gitu dengannya, sekarang bahkan untuk mendekatinya saja susah. Lantas mereka ini sebenarnya anaknya siapa? Kenapa Devina begitu dekat dengan mereka. Mana mungkin Devina punya anak? Dia bilang kan belum punya suami lagi setelah pisah dariku. Apa jangan-jangan mereka ini anaknya Devina dengan Leon?"
Pikiran Marcell seketika tidak bisa tenang, sebelum mendapatkan jawaban yang jujur dari mulut Devina.
"Alhamdulillah, kita sudah sampai sayang."
Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka kini tiba di rumah sakit. Deket Azalea menangis cukup kencang, dia takut akan disuntik atau dilakukan dengan buruk oleh dokter.
"Mommy, pulang, ayo pulang mom. Di cini doktelnya jahat!"
Tangan mungilnya memukul leher Devina sampai memerah.
"Sayang, kok jadi marah gini sih. Kan tadi mommy udah bilang, jangan nakal, nggak mungkin dokternya jahat, mana ada dokter jahat.
Setibanya di depan IGD, Marcell membantu Devina mengajak untuk segera masuk.
"Ayo kita masuk dan minta pertolongan, biar aku yang mendaftar."
Devina menoleh pada anak laki-lakinya yang kebingungan untuk mengikutinya keluar dari mobil.
"Pak Marcell, tolong jagain anak laki-laki saya ya? Saya takut dia ketinggalan, bisakah anda menggendongnya?"
Tidak tega melihat anak sekecil itu berjalan terlalu cepat, Marcell pun langsung mengangkat tubuh mungil Kenzo walaupun ada perasaan mendongkol di dadanya.
Marcell langsung mengajak masuk untuk meminta bantuan.
"Suster, tolong bantu kami!"
Seorang suster dengan berjalan tergopoh-gopoh menghampiri mereka, untuk memberikan pertolongan.
"Ada yang bisa kami bantu Pak, siapa yang sedang sakit?"
Dengan cepat Devina langsung menjawabnya. "Anak saya tadi mengeluarkan darah di hidungnya, sehabis jatuh. Saya mohon untuk diperiksa sus."
"Baik nyonya, mari silakan dibaringkan anaknya di sana, dan Saya minta untuk segera mendaftar terlebih dulu, agar lokasi tangani."
"Biar saya yang mendaftar, kamu di sini saja. Ini jaga juga anak kamu."
Marcell menurunkan Kenzo di dekat Devina dan langsung bergegas pergi keluar menuju ruang pendaftaran. Devina mengusap dada saat mendengar satu kata yang keluar dari Marcell yang mengatakan 'jaga anak kamu'
'Ya Tuhan dia sampai mengatakan semua ini karena tidak mengetahui bahwa anak yang bersamanya ini adalah anak kandungnya sendiri. Dia bahkan bermuka jutek menggendong anaknya sendiri.'
Devina merebahkan Azalea diberangkar kecil, di dalam ruang IGD yang dipenuhi oleh banyak pasien.
"Mommy, benelan kan? Nggak disuntik nanti? Pokoknya aku nggak mau kalau dicuntik. Aku akan gigit doktelnya kalau campai dicuntik."
Kenzo langsung melepas tawanya saat adiknya berniat ingin menggigit dokter saat dia akan disuntik.
"Iya dek, gigit aja doktelnya. Nanti Kakak bantuin kalau mau gigit."
"Eh,, kalian nggak boleh nakal ya? Kalau kalian gigi dokter, yang ada kalian malah dijewer. Mendingan ikutin saja apa yang diminta oleh dokter. Ini semua kan demi kebaikan Azalea juga. Azalea apa lebih senang sakit seperti ini?"
"Iya mom, itu hidungnya adik udah cepelti tomat melah."
Kenzo kembali berulah, membuat Azalea kesal pada kembarannya.
"Macaiya hidungku cepelti tomat, Mom? Apa hidungku belubah?"
Azalea meraba-raba hidungnya takut berubah mirip tomat seperti yang dikatakan oleh kembarannya."
kosa kata nya msh belepotan thort