NovelToon NovelToon
The Final Entity Never Regrets In Reality

The Final Entity Never Regrets In Reality

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Keluarga / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: RiesSa

"Namaku ya..."

Siapa nama dari tubuh gadis yang Kumasuki ini? Apa maksud dari semua mimpi buruk sebelum aku masuk ke tubuh ini? Lalu suara yang memanggilku Himena sebelumnya itu, apakah ada hubungannya denganku atau tubuh ini?

"Vıra...panggil saja aku Vıra." Jawabku tersenyum sedih karena membayangkan harus menerima kenyataan yang ada bahwa aku di sini. Benar, inilah Kenyataanku sekarang.

Semua tentangku, dia, dan tragedi pengkhianatan itu, akan terkuak satu-persatu. PASTI....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiesSa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidur Kemenangan

Langit tanpa hujan, jalan tanpa hambatan, syukurlah aku sekarang tidak perlu bersusah payah berjalan beratus-ratus kilometer lagi.

Dibarengi lima orang yang mengantarku dan Pak Looqe, perjalanan kami cukup mulus selama sebulan ini sampai tiba di perbatasan kekaisaran. Pemimpin rombongan adalah seorang laki-laki berinisial Nidhogg. Anggota lainnya ada dua orang perempuan berinisial Carberra & Illun, dan dua orang laki-laki berinisial Ratatoskr & Sovyar. Mereka berlima adalah utusan kekaisaran yang mengawal kami.

“Aku tak pernah menyangka ada hari di mana akan makan malam bersama para mystical knight.” Kata Pak Looqe yang membantuku menghidupkan api.

“Mystical knight?”

“Ya, merekalah kunci mengapa kekuasaan kekaisaran terus meluas tanpa terhentikan. Pasukan rahasia milik Kaisar Surtr. Loufrey yang kamu lawan malah salah satu dari Jenderal mereka.”

Keesokan harinya perjalanan kami kembali berlanjut. Nidhogg, Si pemimpin rombongan mengatakan kalau mulai dari sini mungkin kita secara tidak sengaja masuk ke dalam perang-perang kecil yang telah berlangsung cukup lama. Semua itu akibat dari perjanjian perdamaian yang dirusak oleh bawahan Pak Looqe dan saudara angkat Kaisar Surtr.

Selain itu masih ada kemungkinan dihadang oleh para bandit bekas prajurit perang, penyihir, atau bekas warga desa yang kehilangan tempat tinggal. Ksatria Illun yang bertugas sebagai pemantau perjalanan maju ke depan pertama-tama untuk memantau jalan. Berkatnya, beberapa kali kami bisa terhindar dari perang kecil dan markas bandit.

Hingga malam ketiga di tengah hutan, Nidhogg tiba-tiba menyuruh menghentikan kuda kami. Wajahnya kaku dan serius menoleh ke belakang. “Bandit.”

Illun yang berada di depan masih butuh waktu untuk kembali. Para bandit itu mungkin datang dari arah belakang karena lepas dari pantauan Illun. Tidak, atau mungkin mereka sudah membuntuti kami sejak keluar kota perbatasan?

“Nona Vira, Pak Looqe, mundurlah ke belakang kami. Jaga punggung dan kuda kita” Intruksi Nidhogg serius. Aku mengangguk menemani Pak Looqe ke belakang mereka.

Dari kegelapan pohon-pohon di depan, keluar orang-orang yang tersenyum sinis mengepung dari berbagai arah. Beberapa dari mereka bahkan ada yang menggunakan zirah yang bagus.

“Tiga puluh tiga orang. Jangan lupa gunakan vektor Mystical kalian.” Perintah Nidhogg ke teman-temannya.

“Hati-hati, ada enam orang bersembunyi di belakang para bandit itu. Salah satu dari mereka adalah perapal MANA.” Tambah Sovyar.

Glup…

Tidak kusangka kami akan bertemu secepat ini dengan perapal MANA atau sihir. Aku menarik tudung kepalaku mencoba bersembunyi. Bagaimana cara kami menghadapinya?

“Selamat malam kisanak, kalau boleh bertanya kalian mau ke mana?” Seseorang dengan zirah paling lengkap dan membawa pedang besar maju ke depan.

“Langsung saja ke intinya, apa mau kalian?” Tanya Nidhogg tegas.

Para bandit itu saling pandang satu sama lain, mereka tersenyum lebar senang. Pak Looqe langsung menunduk dan membisikkan sesuatu. “Vira, aku tidak akan menyalahkanmu apapun alasannya. Namun larilah bila kondisi semakin memburuk. Kamu harus hidup, mengerti?”

Lari? Pak Looqe berkata seakan situasi yang kami hadapi sekarang sangat berbahaya, Ia kemudian mengelus kepalaku seakan ini pertemuan terakhir kita. Apakah seberbahaya itu seorang perapal MANA?

“Baiklah.” Jawabku mencoba menurut. Setelah dia bilang seperti itu, tidak mungkin aku bisa meninggalkannya dan lari. Aku sudah berjanji untuk membantunya pulang. “Aku serahkan sisanya kepadamu, Pak Looqe.”

“Vira?”

Aku menutup mataku dan mulai memfokuskan pikiran ke satu titik, juga melambatkan jangka waktu pernafasan untuk masuk lebih dalam. Menghilangkan semua yang tidak penting di hati, dan menunggu perasaan kosong itu datang lagi. “…”

“Kalian bisa meninggalkan kuda beserta barang kalian ke kami, Ah! Sekalian juga dengan perempuan dan anak kecil itu. Mungkin kami bisa tutup mata melihat sisanya pergi.” Ucap pemimpin bandit.

“Tidak.” Tolak Nidhogg langsung.

“Baiklah, kalian yang memaksa. Oi! Majulah.” Perintah pemimpin bandit.

Para bandit itu berlari maju dibarengi tawa keras melengking, merasa sudah pasti menang. Di sisi lain Nidhogg dan ketiga temannya tetap siaga dan waspada untuk menunggu waktu hingga perapal MANA itu keluar.

“HORA-HORAAA…!!! KENAPA!!? APA KALIAN SUDAH PASRAH…!!!” Teriak bandit yang paling depan. “Hahahaakh-!!!”

Tawa para bandit itu pun terhenti…

Nidhogg dan semua orang tidak terkecuali bandit-bandit itu seketika terdiam. Mata terhenti dan melotot terkejut pada sosok di depan mereka. Tidak, lebih tepatnya mereka terpaku ke arah sosok kecil bertudung beruang yang berdiri membawa pedang pendek.

“A-apa yang terjadi?” Kata pemimpin bandit.

Kepala bandit di belakang sosok kecil itu terjatuh menggelinding di atas tanah dengan mata yang masih bisa melirik kaget, bersamaan dengan darahnya yang mengucur deras keluar baik dari leher atau kepala itu sendiri. Dia mati.

“…”

“Oiiii…!!!! Kenapa kalian diam saja, serang dia…!!! Perapal MANA dan pemanah di belakang keluarlah! Bantu kami!” Teriak pemimpin bandit.

Tersadar akan teriakan pemimpinnya yang murka, para bandit itu maju membabi-buta dari berbagai arah. Bersamaan juga dengan munculnya tiga orang pemanah dan satu orang membawa bola aneh bercahaya. Orang yang membawa bola cahaya itu berkomat-kamit mengucapkan sesuatu.

“Itu dia perapal MANAnya! Carberra dan Sovyar ikut aku, Ratetoskr bantu No-”

“Jangan Nidhogg, biarkan aku dan Vira yang menangani para bandit itu. Kalian lebih baik lawan perapal MANA itu karena dia lebih berbahaya.” Ucap Pak Looqe.

“Tapi nanti Nona…” Nada Nidhogg sedikit keberatan.

“Aku akan membantu Vira dari belakang. Lebih baik kalian tidak berada di dekatnya sekarang, dia tidak bisa membedakan siapa lawan dan kawan.” Saran Pak Looqe sambil membawa satu busur dan beberapa anak panah.

Nidhogg dan lainnya saling tukar pandang, lalu mengangguk dan pergi ke depan. “Gunakan vortex Mysticalnya.” Perintah Nidhogg sebelum pergi.

Mini-Vortex Mystical: Nidhogg aktif

Mini-Vortex Mystical: Carberra aktif

Mini-Vortex Mystical: Sovyar aktif

Mini-Vortex Mystical: Ratatoskr aktif

Suara misterius terdengar dari tubuh masing-masing ksatria Mystical itu, tubuh mereka tertutupi oleh zirah mengkilat raksasa yang bercahaya. Zirah itu setinggi belasan meter dengan bentuk berbeda-beda dan masing-masing dari mereka menggenggam senjata mirip laser.

“La C***rn** Ki**t!!!” Perapal MANA telah selesai dengan mantranya. Dari udara yang kosong berkumpul asap merah aneh, yang kemudian berhamburan meninggalkan sebuah sosok yang diselimuti lahar dan api. Sosok setinggi belasan meter dan sangat buruk rupa.

Di sisi lain, anak kecil bertudung itu masih bergerak lincah menari dan menebaskan pedangnya tanpa henti, mengambil satu-persatu nyawa bandit-bandit yang datang dalam lingkup tiga meter darinya. Tudung beruang anak kecil yang tak lain adalah aku terbuka. Mataku menatap kosong ke arah pemimpin bandit dan berlari ke arahnya.

 “Bagaimana bisa kalian kalah oleh satu anak kecil!!! Apa yang kalian perbuat?! Cepat habisi dia bersamaan!!!” Teriak pemimpin bandit marah.

Siapa aku?

Siapa kalian semua?

Di mana ini?

Apa yang kulakukan di tempat ini?

Kenapa kalian menyerangku? Apa salahku?

Bandit? Orang jahat?

Crash!!! Satu tumbang.

Slash!!! Satu lagi gugur.

“Argh…!!!” Teriak orang yang kutebas. Sebelum dia sempat lari aku menusuknya di bagian dada dan jatuh terkapar ke tanah.

Aku tidak tahu kenapa aku terus menyerang orang-orang ini, apa mereka jahat? Apa sebutan mereka tadi? Bandit? Entahlah… tubuhku terus bergerak dan semakin maju ke satu orang. Dia yang dari tadi teriak tidak jelas dan memakai zirah paling bagus.

Slash… Satu lagi tumbang, tinggal tiga lagi…

Dua…

Satu…

“T-tidak! T-tunggu maafk-” Krack! Orang di bawahku tak bergerak lagi setelah kepalanya terputar keras.

Habis? Aku melihat ke depan. Tidak? Masih ada satu lagi di sana.

Aku menatap orang yang sedari awal hanya teriak-teriak tidak jelas, perawakannya berotot, mukanya bengis dan kejam. Namun entah kenapa sekarang dia terlihat takut, kepadaku?

“Dasar kau bajingan kecil!!!” Teriaknya marah.

Aku berlari menghampirinya sambil memegang erat pedang pendek di tanganku, mengabaikan para bandit pemanah di belakangnya yang sedari tadi membidikku. Lagipula para pemanah itu tidak pernah tepat memanahku, anak panah mereka terasa lambat.

Di sisi lain, aku melihat orang-orang dengan zirah besar bertarung melawan sebuah makhluk api. Ifrit? Banaspati? Entahlah. Apa mereka target selanjutnya?

“Bajingan!!!” Teriak pria besar itu marah saat serangannya meleset.

Orang yang kulawan sekarang berbeda sekali dengan segerombolan orang-orang sebelumnya. Serangannya berat dan cepat hingga membuat pohon di belakangku terbelah terkena pedangnya.

‘Siapa dia? Kenapa dia menyerangku? Apa dia sama seperti orang-orang yang menyerangku sebelumnya? Bandit? Pemimpin? Bunuh…'

Tap! Tap! Tap!

Aku mengambil sedikit langkah mundur dan membuat ancang-ancang, badan menunduk dengan tangan kiri menyentuh tanah, dan satu lagi memegang pedang kecil di belakang punggung.

“JANGAN LARI KAU BOCAH!!!” Teriak pria lawanku marah dan berlari menghampiriku.

“Shukuchi…” Gumamku lirih.

“Bedebah!” Pemimpin bandit itu mengangkat pedangnya tinggi lalu menebaskannya keras.

 Namun pedangnya meleset sekian senti di samping kiriku, aku mengubah jalur tebasannya dengan tangan kiriku?

Selagi dia terkejut, aku segera menusukkan pedangku ke siku dalam lengannya. Hanya bagian itu yang tidak tertutup oleh zirah. Lalu kuangkat keras-keras sampai hampir putu-

DUAK!

“Aakh…!!!” Erangku kesakitan, dia menendangku sangat keras.

Aku gagal?

Tiba-tiba ada beberapa anak panah menancap di bahu bandit itu yang membuatnya mundur beberapa langkah. Wajah dia memerah dan menatapku geram. Namun kondisiku juga sangat buruk. Dada kiriku terasa sangat sakit dan nyeri sekali. Nafasku terasa berat.

‘Habisi dia segera, bunuh… sebelum aku ja-tuh…’ Semua terasa berat. Aku bertumpu pada pedang hanya untuk sekedar berdiri.

Pemimpin bandit itu kembali merengsek cepat dengan pedang besarnya. Bagai seekor banteng mengamuk, Ia menyeruduk dan menebas keras pedangnya membelah tanah!

“VIRA! LARI…!!!”

Siapa?

Loo…qe…? Pak… Loo…qe?

Satu momen kecil terbesit sekilas, satu ingatan yang sangat sepele sekali.

[“Tidak usah khawatir Pak Looqe, aku bisa menjadi temannya ketika kita sampai di rumahmu nanti. Akan kuajak dia bermain keluar hingga lelah. Ah! Akan kuajak Sith sekalian agar ikut kami.”

Pak Looqe menatapku dengan raut muka lega. “Vira... terima kasih.”

“Tidak apa-apa. Baiklah! Lebih baik kita segera makan saja sambil bercerita lebih jauh, Ok!” Aku segera berdiri dan segera membuat api unggun kecil.]

“…” Aku tersenyum simpul mengingat momen sederhana itu. Benar, bagaimana aku bisa lupa. Nama panggilanku adalah Vira, dialah yang memutuskan panggilanku seenaknya, teman pertamaku di dunia ini, dan aku masih punya janji yang harus ditepati.

Aku menarik nafas sedalam mungkin sambil menghunuskan pedang, tidak ada waktu untuk mengurus sakit di dada yang sangat perih. Aku harus bisa menyelesaikan apa yang sudah aku putuskan. Karena dia ada di sana, pemimpin bandit itu masih menebas pedangnya bagai orang gila yang barbar. Ia hanya fokus menyerangku tanpa berhenti dan acuh ke yang hal lain. Beradu kekuatan? Mustahil. Aku harus menunggu celah sebelum menyerangnya.

“JANGAN BERGERAK KE SANA KEMARI…! DIAMLAH KAU BOCAH!!!”

“Mana mungkin, dasar bodoh!” Ejekku langsung.

Hingga pria itu terlihat geram dan menebaskan pedangnya kuat dan keras, akhirnya kesempatan itu muncul! Pedangnya tertancap cukup dalam di tanah.

Sekarang!

“Shukuchi...”

Sekali lagi aku hilang dari hadapannya, lalu menendang keras lengan pemimpin bandit yang memegang pedang dan menusuk siku dalam lengannya. Menebas sekeras mungkin hingga hampir putus.

“ARGH…!!!” Ia hendak menendangku lagi ke atas.

Aku lempar pedangku dan menangkap kakinya agar mendapat momentum putaran. Lalu satu tangan menangkap pedang di udara, dan tangan lainnya mencengkram erat kepala pemimpin bandit. Aku menggunakan kepalanya sebagai poros untuk berputar ke belakang lalu menutup rapat matanya. Tanpa menunggu lama segera memotong setiap tali penghubung zirah dada hingga akhirnya zirahnya lepas. Lalu…

“Akh…arg…”

Pedangku menancap dalam ke dada kiri pemimpin bandit itu, mencabutnya dan kutusuk lagi di bawah jakunnya. Aku pastikan nyawanya pergi dulu sebelum rasa sakitnya datang.

Akhirnya… selesai…

“Vira!” Pak Looqe berlari menghampiriku. Dasar Pak tua itu, bagaimana kalau nanti lukanya terbuka karena lari?

Hihihiii… hatiku sedikit lega setelah mengalahkan pemimpin ban-

“Ukh! Uhuk-uhuk!! Ah… haaah…” Darah?

Telapak tanganku terciprat darah saat batuk. Semua berubah buram. Tenagaku yang aku kira tidak habis-habis menghilang drastis tiba-tiba. Sakit... dadaku sakit sekali. Aku merintih kesakitan menahan tangis.

“Vira…!” Pak Looqe menggendongku keluar dari area pertempuran yang masih belum selesai, menaruhku di bawah pohon dan mengacak-acak barang bawaan kami mencari sesuatu.

“Lupakan obatnya Pak Loo…qe, tolo-ng bantu aku li-hat luka-ku! Da…daku, sak-it seka…li…” Pintaku menahan rasa perih. Setiap aku bernafas selalu diikuti rasa sakit seperti ditusuk-tusuk.

Sreet…

“Vira…” Dia sepertinya tidak mampu mengatakan apa yang dilihatnya.

“Ha-ha-ha…. Sebu-ruk itukah kondi…si-ku?” Aku menunduk lemah dan melihat, dadaku lebam besar dan ada bagian yang terlihat patah parah. Kulit di tempat patah itu berwarna ungu dan beberapa bagian terlihat gelap.

Pendarahan dalam, dan yang lebih buruk lagi sepertinya tulang rusukku patah dan patahannya merobek besar paru-paru. Hanya ini diagnosis cepat dari apa yang kulihat.

“Ini... cu-kup bu…ruk jug-a ya. Ma-af Pak Loo…qe, sep-perti…nya a-aku tidak bis-a mene…pa…ti ja-jan…jiku.”

Pak Looqe menggeleng dan memegang lemas tanganku, mungkin Ia tidak sadar kalau sekarang dirinya juga ikut menangis.

 “Kenapa… kenapa kamu tidak lari! Aku sudah bilang larilah kalau kamu merasa bahaya. Vira...” Ia menangis menatapku seakan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

“Ini bu-kan salah…mu Pak Loo-qe, jadi… ja-ng….an se…dih. Senyum-lah, ki-ta me…nang Pak tu-a.” Aku membuat senyum lebar sebisaku.

Ah… tidak. Penglihatanku perlahan menghilang dan… ke mana mereka? Ke mana perginya suara-suara tadi? Kenapa semuanya tiba-tiba bisu?

Aku bahkan tidak tahu apa yang dikatakan Pak Looqe di depanku. Ia terlihat berteriak keras tanpa suara. Entahlah… udara sekitarku juga tak sedingin tadi. Akhirnya sakit di dadaku juga perlahan-lahan menghilang.

Tiba-tiba sekelebat bayangan muncul di belakang Pak Looqe. Mereka ada dua orang dan salah satunya memakai sebuah syal merah di lehernya.

 “V**A…!!! V*R****….!!!”

Sudah malam, aku harus tidur. Aku lelah dan ngantuk sekali…

Semua menghilang dan hitam tanpa satu pun suara terdengar.

1
RiesSa
Menyala gan
Hakim Zain
Menyala abangkuh!
Hakim Zain
Bagus thor
Hakim Zain
Nice
Linda Ika Widhiasrini
up gan
Linda Ika Widhiasrini
Doppelgangerkah? mirip banget
Linda Ika Widhiasrini
Up Thor
RiesSa: Siap, terima kasih
total 1 replies
Linda Ika Widhiasrini
lanjut thor
fayefae
penulisannya bagus thorr, aku mampir yaa, kalau berkenan boleh mampir balikk. semangat terusss
RiesSa
Terima kasih
👑Queen of tears👑
dalam bangettt ini thor /Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!