Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Aisha mengguncang pelan tubuh sang putri. Tenyata dia tak sadarkan diri. Wanita itu berlari ke luar dari kamar, dan mencari Ghibran.
Ghibran yang sedang duduk dekat pengantin, terkejut melihat Aisha yang berlari mendekat. Semua mata tertuju pada wanita itu.
"Mas, Anin ...," ucap Aisha terputus karena mengatur napasnya.
"Kenapa dengan Anin, Bu?" tanya Shabir dengan suara bergetar karena kuatir. Wajah Aisha sudah menyiratkan jika terjadi sesuatu dengan gadis itu.
"Anin pingsan, Mas," ucap Aisha.
Ghibran langsung berdiri dan berlari menuju kamar sang putri. Tanpa di duga, Shabir juga melakukan hal yang sama. Setengah berlari mengikuti langkah Ghibran dan meninggalkan Hana, sang pengantin.
Kedua orang tua Shabir terkejut melihat reaksi sang putra, begitu juga Hana. Sikap suaminya sungguh di luar nalarnya.
Ghibran masuk dengan tergesa dan langsung menggendong sang putri. Dia membawa lari menuju mobil dan lagi-lagi Shabir mengikuti dari belakang.
"Pak Ghibran biar saya yang menyetir, Bapak bisa memangku Anin di kursi belakang," ucap Shabir.
"Biar saja supir kami, Shabir. Kamu itu pengantin. Tidak mungkin pergi, apa kata keluarga dan para tamu jika kamu tidak ada," ucap Ghibran.
Shabir langsung mengucapkan istighfar. Dia baru tersadar jika dirinya baru saja mengucapkan ijab kabul. Tidak semestinya dia mengkuatirkan wanita lain seperti ini.
Gus Shabir lalu menyerahkan kunci mobil itu pada supir keluarga. Hana yang berdiri di belakang suaminya memandang dengan heran dengan sikap pria itu.
"Mas Shabir, tamu undangan masih banyak. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke pelaminan. Setelah semua tamu pulang, kita akan menyusul ke rumah sakit," ucap Hana dengan suara pelan.
Tanpa menjawab ucapan Hana, pria itu berjalan menuju pelaminan. Dari gerakan tubuhnya, terlihat dia sangat gelisah. Hana terus saja melihat gestur tubuh sang suami.
Sebagai perwakilan keluarga mereka hanya ada Annisa dan Ikhbar. Ibu Nur saat ini telah tiada dan telah menyusul kepergian sang suami tiga tahun lalu.
Syifa tampak gelisah mengetahui sang adik yang pingsan dan harus di rawat. Dia ingin menyusul tapi anaknya yang masih kecil tidak bisa ditinggali. Saat ini anaknya telah memasuki usia dua tahun.
Di rumah sakit Ghibran dan Aisha, duduk menemani sang putri yang sedang berbaring dengan selang infus berada di tangan. Saat ini Anin telah sadar, tapi keduanya tidak ingin mengajak sang anak bicara, agar dia bisa beristirahat.
"Sebenarnya putri kita kenapa, Mas?" tanya Aisha. Dia masih tidak mengerti kenapa putrinya tiba-tiba pingsan.
"Dokter mengatakan jika Anin mengalami Gangguan psikosomatis. Semua karena emosi yang tidak tersalurkan, atau kesedihan yang dipendam," jawab Ghibran.
"Jika memang begitu, apa yang membuat Anin mengalami ini? Apa Anin ada masalah dan tidak ingin berbagi dengan kita, Mas?" tanya Aisha lagi.
"Entahlah, Sayang. Aku juga tak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Anin saat ini. Dia seperti kamu, suka menyimpan masalah tanpa mau berbagi. Saat hamil dulu kamu juga mengalaminya," jawab Ghibran.
Mereka berdua sama-sama berpikir, apa gerangan yang membuat sang putri tertekan. Satu jam berlalu, Anin membuka matanya. Dia tersenyum dengan kedua orang tuanya.
"Mami, Papi ...."
"Sayang, apa yang sakit, Nak?" tanya Aisha dengan kuatir. Anin menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Hatiku, Mi. Hatiku terasa sakit melihat pria yang aku cintai bersanding dengan wanita lain. Aku sadar ini teguran dari Allah karena aku terlalu mencintai mahluk ciptaan-Nya," gumam Anin dalam hatinya.
Seperti bunyi salah satu hadist, Cintailah orang yang kamu cinta dengan sewajarnya, bisa jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta. Segala sesuatu yang kita cinta melebihi batas, disitulah kita akan diuji oleh Allah SWT. Berlebih-lebihan mencintai anak kita, disitu bakal diuji oleh Allah SWT. Begitu juga jika kita mencintai lawan jenis secara berlebihan, Allah akan menguji dengan memisahkan kita.
"Pasti kamu belum makan dari pagi, Sayang? Dokter mengatakan asam lambung kamu juga naik," ucap Ghibran. Dia naik ke ranjang dan memeluk sang putri. Membawa ke dalam dekapan dadanya.
"Sayang, jika ada yang sedang mengganggu pikiranmu, jangan di pendam sendiri. Katakan sama mami, Nak. Masalah itu akan menjadi kecil jika kita membaginya dengan orang lain," kata Aisha.
"Mami, aku hanya pusing. Mungkin efek mabuk perjalanan. Di tambah belum makan," balas Anin.
"Mami harap juga begitu, Nak. Ingatlah, keluarga adalah tempat kita berbagi. Jangan pernah menyembunyikan masalah sekecil apa pun itu," ucap Aisha. Anin menganggukan kepalanya tanda setuju.
Ghibran menyuapi putri kesayangannya itu dengan telaten. Saat Anin sedang makan, pintu kamar rawatnya diketuk. Aisha mempersilakan masuk.
Tampak berjalan masuk Shabir dan Hana. Kedua pengantin baru itu masuk diikuti dengan Syifa dan suaminya. Hana langsung menghampiri sang ponakan. Memeluknya erat.
"Kamu jahat banget, Anin. Di hari bahagiaku kamu sakit. Tidak ada foto-foto kita bersama," ucap Hana masih dengan memeluk tubuh ponakannya.
"Aunty ini lucu, bukannya prihatin lihat aku sakit. Aku ini sedang sedih, saat foto siap, tidak ada aku di antara pengantin. Apa masih bisa diulang nggak pestanya?" Anin berusaha bersikap wajar dengan becanda.
"Enak aja di ulang. Nanti fotonya saat kamu nikah saja," jawab Hana. Dia lalu melepaskan pelukannya.
Semua mengobrol sambil becanda, kecuali Shabir. Dia hanya diam dengan sesekali mencuri pandang ke arah Anin.
"Kamu tahu, Anin, Mas Shabir begitu kuatir ketika tahu kamu pingsan. Hampir saja dia meninggalkan aku sendirian dan mengantar kamu ke rumah sakit. Jika itu sampai terjadi, aku tak akan memaafkan kamu, karena telah merusak pestaku," ucap Hana dengan tertawa kecil.
Mungkin bagi Hana ucapannya itu hanya lah gurauan, berbeda dengan Anin. Dia menjadi heran dan terkejut mengetahui jika Gus Shabir begitu mengkuatirkan dirinya. Bukan saja Anin yang heran, Syifa juga merasakan keanehan.
"Kenapa Gus Shabir begitu mengkuatirkan Anin dan hampir saja meninggalkan pesta pernikahannya? Ada hubungan apa antara keduanya?" tanya Syifa dalam hatinya.
...----------------...
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃