19+
Pertemuan mereka tidak pernah direncanakan, kejadiannya terlalu cepat memicu permusuhan juga Entahlah apa yang salah dia tak mengingat nya sama sekali. Yang terakhir kalinya antara mereka.
Berbagai konflik terjadi saling menyakiti dan rasa bersalah, serta cinta tersimpan dalam hati. Akankah mereka bersama atau akan berpisah.
Ini kisahnya mohon di skip aja jika tak suka jika suka di like aja.. author tak mau banyak komentar tapi terimakasih sudah mampir dan like juga vote and gift.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sumi Yati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Kesepakatan
"Bisa kau kembalikan dompet dan ponselku?" Andita bertanya dengan meletakkan buket bunga ditangannya di meja depan Afrizal yang tengah duduk di sofa begitu asyik dengan ponselnya. Hening sejenak suasana di ruang tengah. "Bisakah kau tersenyum jika di dekatku walaupun itu berpura-pura?" Balik Afrizal bertanya, menaruh ponselnya di saku celananya.
"Mengapa kau yang protes? Ingatlah kau yang membawaku? Kau yang mengurung ku?" Andita membalikan pertanyaan ke Afrizal. Lelaki itu berdecak.
"Ikuti aku!" Afrizal berjalan menuju ruang kerjanya yang terletak di samping ruang makan. Lelaki itu menekan lukisan besar di belakang kursi kerjanya. Lukisan itu terbuka dan terlihat brankas besi yang besar.
Ada tumpukan uang, map, kotak-kotak ada juga senjata api. Andita melihatnya dengan jelas tas kecilnya di sana. Afrizal menutup pintu brankasnya lalu meletakkan tas di meja kerjanya.
Lelaki itu duduk bersandar dengan santai menatap Andita yang berwajah masam. Andita bermaksud untuk mengambilnya namun di geser oleh Afrizal.
"Berikan aku penghargaan, kau akan ku ijinkan melakukan aktivitas mu seperti semula. Tapi kau harus pulang ke sini." Titah Afrizal memberikannya kode menunjuk pipinya.
"Ck. Dasar mesum akut!" Maki Andita berdecak sebal, tak urung juga dia berjalan mendekati nya. Sekali sentakan Andita jatuh terduduk dalam pangkuannya Afrizal.
Lelaki itu membelai pipinya Andita juga rambutnya yang panjang. "Kau sangat cantik dan mempesona tanpa riasan tebal mu itu." Bahkan Afrizal membelai bibirnya Andita dengan tatapan berkabut hasratnya.
Andita mencium pipi nya sekilas, Afrizal tersenyum kecil. "Tunjukkan niatmu sayang. Bersikaplah manis di depan ku." Rayu Afrizal ditelinga Andita.
Wanita itu menggeliat karena desir nafasnya Afrizal, lelaki itu tersenyum karena menemukan titik sensitif tubuh nya.
Andita menatapnya tajam, sedetik kemudian ia mencium bibir nya. Bertumpu pada pundak nya yang bidang Andita bermaksud melepaskan diri. Namun itu sia-sia saja.
Afrizal menekan kepala Andita memperdalam ciuman mereka. Sedangkan tangannya memegang pinggangnya. Mereka melepaskan diri setelah kehabisan pasokan udara.
"Aku menyukainya sayang. Aku menginginkan nya." Bisik Afrizal dan ia pun mulai mengendus rahangnya Andita dan turun ke tulang selangka nya meninggalkan jejaknya.
Andita mencengkeram rambutnya Afrizal, lelaki itu membuat posisi Andita mengangkang di pangkuannya setelah nya ia melepaskan celananya.
Bersamaan dengan membaringkan tubuhnya di meja kerjanya Afrizal menyatukan tubuh mereka. Andita tersentak karena sakit menjalar di tubuhnya. Setelah berdiam sejenak, Afrizal pun menggerakkan pinggulnya.
Hingga keduanya secara bersamaan mendapatkan kenikmatan surgawi. Andita masih mencengkeram rambut Afrizal karena pelepasannya. Lelaki itu asyik menciumi dadanya Andita seraya mengusap perutnya yang datar.
Wanita itu menatap dengan sayu, "Aku akan membersihkan nya. " Afrizal mengecup bibir nya sekilas. Andita terlentang di atas meja masih mengangkang di tubuh Afrizal.
Dengan santai ia membersihkan diri dengan tisu lalu ke selangkangannya Andita. Sesekali ia menjilati hingga keterusan yang menyerap cairan itu dan lalu ia melakukannya lagi. Andita tersentak sekali lagi, hanya pasrah atas tingkahnya.
Setelah puas Afrizal menggendong nya membawanya ke kamarnya. Mandi bersama membersihkan diri dari jejak sisa percintaan mereka.
"Lakukan semuanya sesuai keinginan mu, di tas mu ada kartu bisa kau gunakan belanja, selain itu jangan genit dengan lelaki lain! Kau milikku, ingat!' Afrizal memperingatkan Andita tentang hubungan mereka.
"Kodenya hari pertama kita bersama. Kapan pun dimana pun kau harus membalas pesanku!" Afrizal memperingatkan Andita.
Andita hanya terdiam sambil mengeringkan rambut nya dengan hair dryer. Memperhatikan Afrizal lewat pantulan cermin. Lelaki sudah menegaskan keinginan nya.
"Baik, aku boleh bekerja dan pergi kemana pun? " Tanya Andita. Lelaki itu menatap wajah cantiknya dan mengangguk mengiyakan.
"Aku minta semuanya, barang-barang ku. Aku harus melapor ke atasan ku. Kau sudah membuat kacau jadwal kerjaku. " Umpat Andita sambil meletakkan alatnya.
"Aku akan mengambilnya dan sore aku keluar sebentar. " Pamitnya. Afrizal menariknya. " Tidak untuk hari ini. Kau bersama ku. Untuk hati ini temani aku," Afrizal menariknya ke naik ke atas ranjangnya.
Dia tiduran di pangkuannya Andita. Sedangkan tangannya memegang remote TV. Menatap siaran berita dan bursa saham. "Apa yang menarik dari informasi itu?" Batin Andita kesal.
Wanita itu duduk bersandar menahan kesal. Afrizal memberikan tablet, " Kau bisa menggunakan ini jika bosan." Perintah nya.
Andita hanya terdiam, tangannya asyik bermain dengan benda kotak persegi itu. Pertama ia menulis laporan ke pimpinan nya. "Bisa dapat SP aku gara-gara dia." Batin Andita.
Sudah semingguan dia terkurung di dalam rumah itu. Mau bagaimana lagi, nasibnya tak bisa ia rubah. Mendadak jadi istrinya, dan berakhir di sini.
Bahkan Om nya juga tak pernah menanyakan keberadaan nya. Sungguh miris, harta bisa membuat nya jauh dari mereka. "Aku juga tak memilih memiliki orang tua yang memiliki warisan banyak. Aku juga tak meminta hidup seperti ini." Batin Andita.
Keesokan harinya Andita hanya terdiam berdiri di hadapannya Tama Samudera. Lelaki itu marah karena operasi mereka terancam gagal. Penyelidikan sudah setengah jalan, mendadak Andita hilang tak ada jejaknya. Sekarang alasan-alasan yang dikemukakan Andita tak masuk akal. Karena patah hati nya ia mengurung diri di kamar. Mematikan sambungan telepon, juga tak keluar rumah.
Makan dengan grab. Tak mandi hanya tidur, makan, menangis karena patah hati. Pasalnya Andita terlihat bugar, juga kulit wajah semakin cantik. Sangat berbeda dengan alasan yang dikatakannya.
"Kali ini aku menganggap kau cuti! Tapi ingat kasus yang kita tangani!" Tama menegaskan. Andita mengangguk dan memberikan hormat.
"Siap pak! Saya akan mengerjakan tugas sebaiknya!" Jawab Andita.
"Pergilah!" Tama memijat pelipisnya karena ia merasa anak buahnya ini menyembunyikan sesuatu, dan tak mau berbagi kisahnya.
Tama sudah tertarik pada bawahan nya sejak pertama kali Andita bergabung dengan nya di kesatuan. Wanita itu memilih kerja di lapangan dari pada di balik meja.
Rambut nya terlihat lembut dengan potongan pendek itu ia terlihat sangat cantik. "Kamu habis potong rambut dimana? Bagus sekali." Puji Bima. Saat hendak menyentuh nya Andita sudah menahannya.
"Maaf bukan barang pajangan untuk di sentuh." Ucapnya ketus dengan tersenyum. Bima meringis sambil tersenyum. " Maaf abisnya gemes kakak sama kamu." Ucap Bima dengan manja.
Sena yang duduk i seberang Andita hanya tertawa kecil. "Dasar genit kurang belaian jadi gitu!" Celetuk Sena.
Andita hanya tersenyum sepintas lalu ia melihat pantulan cermin di ruangan mereka, Rambutnya Memang halus saat menyentuhnya pertama kali. Dan parahnya Afrizal mengiyakan saja saat ia menggesekkan kartu itu. Sore itu setelah kemanjaan Afrizal membawakan jalan-jalan ke mall sorenya. Masuk ke butik dan perlengkapan kosmetik. Di sanalah ia melihat wig rambut nya. Dan ia pun membelinya sebagai properti penyamaran untuk keperluan tugasnya.
amalan nya apa..end nya siapa
mungkin mak kau pun murahan 🤣🤣🤣
xada rasa penyesalan selepas merogol anak dara org yg ternyata masih bervirgin