Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa aku begitu kuat?
Vania hanya mampu menangis dalam diam dan memukul-mukul dadanya mengurangi rasa sesak di hatinya saat dia tahu jika dia tahu jika dia hanya terbaring sendiri di rumah sakit ini.
Bagaimana Vania tahu jika dia hanya sendiri di rumah sakit? Jelas pasti ada yang menunjukkan alasan itu karena Vania bukanlah orang yang mudah berprasangka. Vania sangat menjaga perasaannya dan juga perasaan orang lain.
Di samping nakas tempat dia berbaring ada sekeranjang kecil buah dan juga seteko air lengkap dengan gelas yang tertelungkup rapi. Di sampingnya ada sebuah note yang di tinggalkan di atas meja tempat buah dan air itu di letakkan.
Jika kau terbangun dan tidak ada orang di sisimu, segera hubungi aku! Jangan cemas aku sahabat suamimu dan juga Dokter tetap di rumah sakit ini. Jangan nekat pulang sendiri! Aku akan mengantar mu pulang.
0852xxxxxxxxxx ~ Jeremy
Setelah puas menangisi nasipnya yang snagat spesial dan sedikit berbeda dari yang lain. Vania memakan buah dan makanan yang tersimpan di sana. Vania memaksakan diri untuk mengisi perutnya, entqh mengapa tekatnya untuk pulang sendiri begitu kuat.
Setelah makan makanan yang ada dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim (Sholat) Vania mengistirahatkan tubuhnya untuk tidur.
Tepat jam 3.30 pagi Vania terbangun, dia berusaha bangkit dan juga merasa kondisi tubuhnya sedikit lebih baik. Ingat sedikit lebih baik! Bukan benar-benar baik!
Vania memaksakan sholat dalam keadaan duduk di kasur tempat dia berbaring. Setelah melaksanakan sholat tahajjud Vania berjalan keluar dengan perlahan-lahan. Bagaimanapun jika Bagas sampai membuangnya begitu saja ke Rumah Sakit, berarti Bagas juga yidak akan bertanggung jawab untuk biaya pengobatannya.
Meski masih lemah dan sedikit pusing Vania berusaha tetap berjalan ke lantai 1. Sekarang gadis manis kesayangan Aunty Yasmin dan Uncle Jovan itu menelisik sepinya jalan di dini hari sambil beristigfar. Meski takut tapi dia juga tidak ada pilihan selain pulang, naik kendaraan umum? Entah kenapa Vania memiliki firasat tidak enak perihal yang satu ini.
Semua kartu-kartu tabungan dan juga identitasnya di tahan oleh Mas Bagas. Bahkan barang yang paling di butuhkan setiap saatpun di sita oleh Mas Bagas, apa lagi? Tentu saja Handphone. Sebelum akad nikah di langsungkan Bagas meminta semua kartu identitas dan juga ATM yang di miliki oleh Vania di sertai oleh ponsel gadis itu.
Sekarang dia terbaring di Rumah Sakit dalam ke adaan demam Bagas entah dimana? Sesekali Vania tersenyum dalam tangisnya, dia tersenyum karena takdir begitu indah di gariskan untuknya. Apa selama ini Vania terlalu buruk, hingga... Sudah tidak usah di lanjutkan.
Beberapa kali Vania berhenti karena merasa kepalanya teramat sakit. Ya suhu tubuh Vania yang masih tinggi akan tetapi dia merasa tidak mungkin bertahan di rumah sakit. Apalagi yang membiayai perawatannya bukanlah sang suami melainkan orang yang teramat asing baginya.
Alhamdulillahnya Vania masih bisa mengingat dengan jelas ke arah mana dia harus pulang, tentu saja ke rumah sang mertua yang bahkan tidak menggapnya sebagai menantu.
Tidak terasa waktu sudah jam 6.30 pagi. Saat ini Vania sudah tiba di depan gerbang rumah mewah sang mertua. Satpam segera membuka pintu ketika melihat orang yang datang adalah istri muda tuan mudanya.
Satpam yang berumur itu menatap sendu Nona mudanya setelah melewati gerbang. Orang bodohpun tahu jika Vania tidak dalam keadaan baik-baik saja. Wajah yang pucat dan berjalan dengan sempoyongan menjadi bukti jika Nona mudanya masih dalam keadaan sakit. Yang lebih miris lagi Vania menggunakan taplak meja sebagai penutup kepalanya sebagai pengganti kerudung.
Bisa kau bayangkan? Istri pengusaha nomer 1 di negeri ini harus pulang dari rumah sakit sendirian dan harus mengenakan taplak meja sebagai pengganti kerudung. Sungguh mengagumkan bukan? Ada yang ingin tahu bagaimana rasanya? Atau mungkin ingin merasakannya secara langsung?
Di dalam rumah Nyonya Yuli berdebat sengit dengan Tuan David sedangkan Bagas menjadi penonton setia saja.
"Aku ngak peduli! Justru apa yang sudah Bagas lakukan adalah yang terbaik, Lon-te seperti itu tidak pantas di khawatirkan! Semalaman dia tidak pulang bisa jadi dia sedang menjajakan diri kepada para pria hidung belang! Kamu itu jangan mau ketipu sama tampang alim dari keluarga mereka!" teriak Mama Yuli dengan kesal pada Papa David.
"Mama, Mama juga perempuan..."
"Diam! Saya wanita terhormat ngak seperti ***-*** kecil itu! Kamu aja yang ngak tahu, ntah sudah berapa banyak orang yang dia perdaya," Sarkas Mama Yuli.
Terdengar suara bel nyating di bunyikan dan Bibi Lala berlari dari dapur untuk membukakan pintu.
"Siapa sih yang pagi-pagi datang bertamu? Dasar tidak tahu aturan!" sungut Mama Yuli yang selalu saja kesal jika sudah membahas Jihan dan anggota keluarganya. Dan sekarang Vania lah yang harus membayar hutang keluarganya.
"Siapa Bi?"Tanya Mama Yuli menatap tajam pada pembantunya.
Tanpa sebab Bi Lala menjawab Vania sudah muncul di hadapan Mama Yuli. Papa David menatap miris pada menantunya sedangkan Bagas merasakan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan. Tapi yang pasti bukan sedih maupun senang. Padahal dia berharap dengan menyiksa Vania maka rasa sakit hatinya pada Jihan bisa sedikit berkurang namun tidak dengan kenyataannya.
Plak
Plak
Mama Yuli yang spontan berlari kearah Vania dan segera menghadiahi gadis manis itu dengan sebuah tamparan di pipi pucatnya. Ingat tamparan! Bukan pelukan ya.
"Dari mana saja kamu? Sudah berapa banyak pria yang kamu layani hingga pulang pagi? Kamu sama kakak kamu itu memang ngak ada bedanya ya! Heran saya, kerudung kamu ini gunanya buat apa? Ngak ada! Pelacu-r kayak kamu ngak pantas pakai pakaian kayak gini!" Mama Yuli menoyor-noyor kepala Vania.
Vania hanya diam, bukan karena marah tapi dia berusaha menahan kepalanya yang serasa mau pecah karena pusing.
"Kamu dengar ngak sih Saya ngomong apa?" teriak Mama Yuli.
"Hoi!" bentak mama Yuli dan mendorong Vania hingga jatuh ke lantai.
Melihat sang istri semakin meledak David segera bangkit dan menahan Mama Yuli, dan mengkode Bi Lala untuk segera membawa Vania ke kamarnya lebih tepatnya Kamar Bagas di lantai 2.
Saat di tengah tangga Bi Lala menghentikan jalannya memapah Vania karena perkataan Bagas. Sedangkan Vania yang mendengar perkataan Bagas hanya mampu tersenyum. Dalam hati dia bertanya pada dirinya. Apakah aku begitu kuat Ya Allah? Hingga aku yang terpilih?
"Bi jangan bawa wanita itu ke kamar ku, Dia sedang tidak bekerja. Jam kerjanya Malam dan sekarang tempatkan dia di kamar pembantu! Kamar itu lebih dari baik untuk wanita hina sepertinya!" kata Bagas.
Sedangkan Papa David yang merasa kalah suara dan enggan berdepat dengan Yuli maupun Bagas memilih pergi meninggalkan rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan