Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 5 : Berbeda
Setelah hari itu, Dera hampir tak pernah menunjukkan wajahnya di hadapan Binar.
Dera akan pulang saat Binar tertidur dan pergi sebelum Binar terbangun.
Binar bahkan yakin bahwa lelaki itu tidak tidur di kamar mereka.
Mungkin di ruang kerjanya.
Hatinya juga pikirannya bertanya, apa yang terjadi dengan Tuan muda Bagaskara itu.
Walaupun beberapa hari ini ia juga cukup tenang karena tidak menghadapi sikap dingin Samudera.
Sudah bosan, ia semakin bosan saja.
Jika tadinya ada situasi tegang karena suaminya, sekarang semuanya datar saja.
Binar bersandar pada kepala ranjang dan memainkan ponselnya, banyak chat dari grup.
Padahal sudah lama grup chat itu sepi.
Penasaran, Binar membuka chat grupnya yang singkatnya berisi bagaimana mereka merindukan satu sama lain dan ingin bertemu.
Sanna
Sejak nikah Binar enggak pernah muncul lagi di grup ya bisanya dia yang rame sendiri.
Memang benar biasanya, Binar yang suka mengirimkan pesan walaupun tidak di balas oleh temannya. Sesibuk apapun dia, selalu menyempatkan untuk mengirim pesan agar pertemanan mereka selalu terjalin.
Tara
Nana muncul @Albiinara
Tara menyebut username Binar bermaksud agar Binar tahu dan bergabung dengan mereka.
"Huh... coba kalian tahu betapa mengerikannya tinggal dengan orang yang belum pernah ku kenal dan tidak menyukai aku lagi." batinnya menatap chat dari layar ponselnya
Tara
Minggu kumpul yuk, Sienna ikut ya !
Kiran
Sekarang ajalah
Binar
Maaf guys, aku gak bisa deh kayanya
Akhirnya, ia membalas pesan dari grup chatnya.
Sebenarnya ia sangat ingin tapi, bagaimana mungkin Dera mengijinkan?
Sena
Yahh kenapa ayolah udah lama lho ini...
Tara
Iya ayolah, Nar...
Binar
Maaf sebenarnya aku juga pengin tapi kayanya gak bakal boleh deh...
Kiran
Gimana kalau kita jemput kamu, kita deh yang bilang sama suami kamu.
Binar
Eh gak usah!
"Duh gawat!" batinnya, bahaya kalau mereka malah ke rumah ini.
"Eh tapi mereka kan gak tau rumah ini deh kayanya." batinnya lagi kembali lega.
Ponselnya kembali bergetar, ia langsung membuka isi pesannya lagi.
Tara
Kirim alamat kamu, Nar buruan.
Binar
Maaf ya semuanya, bukan aku gak mau tapi gak bisa dulu.
Kiran
Yah, Nar! Please kamu bisain ya walaupun sebentar, pokoknya kita ketemu hari ini di rumah aku, soalnya ini terakhir aku disini besok aku harus ke pergi ke Inggris.
Binar langsung lesu.
Ia orang yang sangat setia kawan tapi...
Kenapa tidak bisa di usahakan?
...****************...
Binar mencari nomor ponsel Dera, ia memberanikan diri untuk menelepon lelaki itu dan meminta ijinnya.
Sementara itu, di ruangan Dera.
Lelaki itu tengah sibuk dengan komputernya, pekerjaan tidak banyak tapi ia sangat merasa tidak tenang, pikirannya tidak tenang sejak kejadian dirinya yang seperti bajingan waktu itu.
Tapi ...
Apa disebut bajingan jika mencium istrinya sendiri ?
Entahlah !
Dengan kesal ia memukul meja kerjanya, membuat Bram yang berada satu ruangan dengannya jadi kaget.
Ia kesal setiap ia berusaha melupakan,malah ingatan akan hari itu selalu datang dan mempermalukan dirinya sendiri yang jadi merasa serba salah.
Bram yang takut ada kesalahan, langsung menghampiri "Maaf, apa ada masalah Tuan?"
Dera hanya menggeleng pasti pada asistennya, Bram mengangguk sopan tanda mengerti dan kembali ke tempatnya.
Baru ia mau fokus lagi pada pekerjaannya, ponselnya malah berdering.
"Sialan!" umpatnya inilah yang terjadi jika ia memegang ponselnya sendiri, sangat menggangu.
Ia melihat ke arah ponselnya, tertera bahwa istrinya yang tengah menghubungi.
Ia sangat gengsi mengangkatnya jadi ia diamkan.
Akan tetapi, panggilan itu terus berulang.
"Bram! Angkat teleponnya!" titah Dera yang dengan terpaksa Bram patuhi.
Lagian, Tuannya itu kenapa sih ponsel di depannya tinggal angkat apa susahnya?
Nasib jadi bawahan, batin Bram.
'Oalah ternyata, Nona muda tumben sekali' batin Bram, tanpa lama-lama ia menyentuh tombol hijau di layar dan mengaturnya supaya Dera bisa mendengar jelas apa yang akan di ucapkan oleh Nona nya.
"Iya, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bram.
Sedangkan di seberang, Binar gugup sekali ia sudah berkali-kali menelepon tapi tak di jawab dan akhirnya yang menjawab, asistennya Dera, itu lebih baik sepertinya.
"Saya ingin bicara dengan, Tuan muda." ucapnya harap-harap cemas.
Bram melirik ke arah Dera, Dera dengan matanya mengisyaratkan bahwa agar dia saja yang urus.
"Anda ada perlu apa, nanti akan saya sampaikan." kata Bram dengan sopan.
Binar diam.
Ia bingung bagaimana caranya.
"Nona?" tegur Bram karena Binar tak kunjung bicara.
"Nona, jika tidak ada yang ingin ada bicarakan, saya tutup."
"Ah tunggu, aku, aku ingin pergi bolehkah?"
Binar menggigit bibirnya cemas.
Bram melirik ke arah Dera seolah bertanya.
"Anda ingin kemana?"
"Aku ingin bertemu dengan temanku aku mohon, bilang padanya aku sangat memohon karena ini satu-satunya kesempatan aku bertemu dengan Kiran, temanku. Lusa, ia harus ke luar negeri dan entah kapan lagi kembali." jelasnya panjang lebar.
"Nona..
Bram melihat ke arah Dera dan agak menjauhkan ponselnya.
"Halo, bagaimana, apa aku boleh?"
Ia bertanya sebab, Bram belum juga menjawab.
"Tuan bagaimana?" tanyanya pada Dera yang nampak sedang berpikir, lalu
"Aku mohon sekali ini saja, aku mohon..." pinta Binar.
Dan baru kali ini ia mendengar istrinya memohon sampai segitunya, padahal biasanya dia memilih pasrah.
"Aku mohon, bilang padanya jika kali ini dia mengijinkan aku, aku akan menuruti semua perintahnya." tawar Binar tanpa berpikir.
Dera tersenyum miring mendengar itu, "Biarkan dia." ucapnya pada Bram.
Bram langsung mendekatkan ponsel itu padanya lagi dan bilang, "Di ijinkan, Nona."
"Hah? Bener? Terimakasih !" spontan Binar saking bahagianya.
Binar langsung bersiap untuk pergi memakai pakaian terbaiknya, mengoles tipis lipbalm di bibir indahnya, memakai parfum, menyaut tas selempang kesayangannya dan langsung pergi.
Alangkah bahagianya hari ini.....
...****************...
Di rumah Kiran.
"Astaga! Naraa... aku kira kamu gak bakal kesini!" kata Tara yang senang sekali sepertinya, langsung memeluk sahabatnya.
"Iya aku kira gitu udah kecewa banget tau, sedih!" sambung Sena yang juga langsung memeluknya.
"Aku juga gak sangka, di kasih ijin sama dia."
sahut Binar sembari menaruh tasnya di atas meja dan ikut duduk bersama mereka.
"Memang biasanya gak boleh ya, Nar?" tanya Kiran sambil menaruh beberapa camilan di atas meja.
Kiran lalu duduk di atas karpet agar lebih santai karena mereka sedang di ruang tengah sembari menonton film yang di putar di televisi miliknya.
Binar menggeleng lemah.
Dan itu merubah ekspresi ketiga sahabatnya.
Seolah, terbukti bahwa kecurigaan mereka benar, Binar sahabat mereka tidak bahagia.
Bagiamana mungkin bahagia?
Binar yang awalnya dengan senang mengundang mereka ke pesta pernikahan kakaknya namun tiba-tiba datang sebagai mempelai.
"Nar, kalau kamu ada masalah cerita saja ya ke kami, aku tahu pasti sulit di posisi kamu sekarang ya?" Kiran mengelus bahu Binar simpati.
"Apa mereka gak baik ya ke kamu, terus suami kamu gimana?" tanya Tara.
"Iya, suami kamu gimana kamu gak pernah cerita dan jarang kasih kabar sejak nikah. Tapi karena takut gimana-gimana, aku sama yang lain gak nanya deh." jelas Sana.
"Kalian apasih, aku gak apa-apa kok, semuanya baik-baik saja apalagi mertua aku, baik banget." kata Binar lalu tertawa kecil sambil meminum minuman yang disiapkan Kiran, membuat teman-temannya terdiam sejenak.
"Cuma, suamiku orangnya rada galak gitu deh, emm... disiplin banget terus dia khawatir aja kalau aku kemana-mana tanpa dia." jelasnya lagi.
"Syukurlah, tadinya udah mikir yang enggak-enggak kita orang mah." kata Kiran lega.
"Oh iya, kamu ngapain mau ke luar negeri kok tiba-tiba ?" tanya Binar sambil mengambil cake cokelat.
"Hehee ..." Kiran meringis mencurigakan.
"Ngapain aku tanya kok malah ketawa gak jelas!" sedangkan yang lain juga ikut senyum-senyum mencurigakan.
"Kita cuma bohongin kamu biar dateng." ceplos Tara.
"Iya lagian kan kangen lama gak ketemu eh kamu malah susah lagi." keluh Sana.
Astaga teman-temannya ini...
Karena mereka tadi ia memohon seperti budak pada suaminya.
Mana tadi apa yang ia katakan?
Ia berjanji akan menuruti apapun yang di perintahkan Dera.
"Baiklah teman-teman, tidak apa-apa." sahutnya dengan nada lesu, ia tak sanggup mengatakan pada mereka.
Bahwa demi pertemuan hari ini, mereka membuat dirinya tidak bisa ketemuan dengan mereka semua selamanya.
Mungkin?