menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Keesokan harinya, setelah malam yang penuh ketegangan dan keheningan, Jihoon dan Cassi duduk bersama di ruang tamu keluarga Eleanor. Sinar matahari yang lembut menyinari ruangan, menghangatkan suasana pagi itu. Jihoon, yang tampak santai dengan t-shirt dan celana panjang, menatap Cassi dengan senyum kecil di wajahnya.
"Aku ingin mengajakmu pergi besok," kata Jihoon, suaranya tenang, seolah sudah memikirkan ini sejak lama. "Ke resort milik keluarga kami. Itu tidak terlalu jauh, hanya beberapa jam perjalanan dari sini. Tempat itu selalu memberi ketenangan bagi siapa saja yang datang. Aku rasa kamu butuh itu."
Cassi menatap Jihoon dengan tatapan serius, meskipun di dalam hatinya ada rasa ragu yang sulit ia tepis. Ia tahu betul bahwa ia butuh ruang untuk bernapas, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang masih menahan. Namun, Cassi bukanlah tipe wanita yang mudah terombang-ambing. Ia tahu kapan ia harus mengesampingkan keraguan dan melihat gambaran yang lebih besar.
"Aku bukan tipe perempuan yang mudah terpengaruh, Jihoon," jawab Cassi dengan suara tenang namun penuh ketegasan. "Aku tahu apa yang aku inginkan, dan meskipun aku merasa rapuh, itu tidak berarti aku tidak bisa membuat keputusan sendiri."
Jihoon terdiam sejenak, menatapnya dengan penuh pengertian. Ia tahu bahwa Cassi bukanlah seseorang yang mudah tunduk pada keadaan, meskipun terkadang ia merasa terperangkap dalam perasaan dan kesulitan. Jihoon menghargai kekuatan dalam diri Cassi, bahkan ketika ia merasa seolah dunia ini menekan dirinya.
Cassi melanjutkan, tetap tegas meski hatinya bergejolak. "Aku menghargai tawaranmu, Jihoon, dan aku tahu kamu ingin aku merasa lebih baik. Tapi ini bukan tentang melarikan diri dari masalah. Ini tentang memilih langkah yang benar, dan aku ingin yakin sebelum melangkah lebih jauh."
Jihoon tersenyum kecil, merasa terharu dengan kekuatan yang dimiliki Cassi. "Aku paham. Aku tidak akan memaksamu, Cassi. Tapi, jika kamu berubah pikiran, kamu tahu di mana aku berada."
Cassi mengangguk pelan. "Aku akan berpikir tentang itu. Tapi jangan berharap aku mudah terpesona oleh sesuatu yang terlalu cepat."
Jihoon tertawa pelan, senyumannya yang selalu menghangatkan Cassi. "Aku tahu. Kamu selalu tegas. Itu yang aku suka darimu."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen itu, meskipun ketegangan di antara mereka masih ada. Cassi tahu bahwa keputusan untuk pergi ke resort itu bukan hanya tentang mencari ketenangan, tetapi tentang bagaimana ia bisa menghadapi dirinya sendiri—tentang bagaimana ia bisa menemukan kekuatan meski ia merasa rapuh.
"Mungkin aku akan pergi," kata Cassi akhirnya, menatap Jihoon dengan mata yang penuh keputusan. "Tapi aku pergi bukan karena kamu atau apa pun yang kamu tawarkan. Aku pergi karena aku membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Dan jika ada apa-apa, itu karena aku memutuskan untuk pergi."
Jihoon mengangguk, tak bisa menahan senyumnya. "Aku akan menunggumu di sana."
Cassi menatap Jihoon dengan tatapan yang lebih lembut, meskipun hatinya tetap tegas. Ia tahu dirinya tidak akan pernah sepenuhnya lepas dari rasa rapuh itu, namun ia juga tahu bahwa ia bisa menghadapinya. Dan mungkin, di resort keluarga Jihoon, ia bisa menemukan sedikit kedamaian—bukan karena melarikan diri, tetapi karena ia memutuskan untuk berjalan maju, dengan langkah yang pasti.
---
Pagi itu, Cassi dan Jihoon bersiap untuk berangkat ke resort keluarga Jihoon yang terletak tak jauh dari kediaman keluarga declan. Setelah beberapa perbincangan dan pertimbangan, Cassi akhirnya memutuskan untuk ikut, meskipun hatinya masih dipenuhi oleh berbagai perasaan yang sulit diungkapkan. Jihoon, dengan segala cara, berusaha memberikan yang terbaik agar Cassi merasa lebih baik, tanpa memaksakan apapun.
Mereka berkendara menggunakan mobil mewah milik keluarga Jihoon, perjalanan yang terasa lebih tenang dari biasanya. Cassi memandang pemandangan yang terus berubah di luar jendela, sementara Jihoon duduk di sampingnya, sesekali melirik ke arah Cassi dengan senyum lembut.
Sesampainya di resort, Cassi langsung terpesona. Resort keluarga Jihoon terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, dengan udara segar yang menyegarkan setiap hembusan napas. Di tengah hamparan alam yang luas, sebuah bangunan besar dan elegan berdiri kokoh—villa dengan desain modern yang masih mempertahankan sentuhan alami. Dinding kaca yang besar memungkinkan pemandangan alam sekitar terlihat jelas, sementara atapnya yang terbuat dari kayu alami menciptakan suasana yang hangat dan ramah.
Area sekitar resort dipenuhi dengan taman-taman indah yang dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni dan pohon-pohon hijau yang menambah kesan damai dan sejuk. Danau kecil yang jernih terletak tidak jauh dari villa utama, dengan beberapa perahu yang terparkir di pinggirnya. Di kejauhan, Cassi bisa melihat gunung yang menjulang tinggi, kabut tipis yang mengelilinginya, dan langit biru yang bersih. Suasana di sini benar-benar berbeda dengan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari yang biasa ia jalani.
"Selamat datang di tempat favoritku," kata Jihoon sambil membuka pintu mobil dan melangkah keluar, lalu memberi jalan untuk Cassi.
Cassi mengangguk perlahan, matanya masih terpesona oleh keindahan tempat ini. "Ini... luar biasa."
Suasana di resort terasa sangat tenang, jauh dari keramaian. Hanya suara angin sepoi-sepoi dan gemericik air dari danau yang terdengar, menciptakan suasana damai yang sangat kontras dengan segala kecemasan yang sempat meliputi pikirannya. Di sini, ia bisa merasakan kedamaian yang sudah lama tidak ia rasakan.
Setelah beberapa langkah, Jihoon mengajak Cassi masuk ke dalam villa. Interior villa itu tak kalah menakjubkan, dipenuhi dengan furnitur modern yang mengutamakan kenyamanan, namun tetap terasa hangat berkat unsur kayu yang digunakan di hampir seluruh ruangan. Dinding kaca besar di ruang tamu memungkinkan mereka untuk menikmati pemandangan luar yang menakjubkan, sementara api yang menyala di perapian menambah kesan hangat di dalam.
Cassi berjalan perlahan ke jendela besar, menatap lanskap yang terhampar di depan mata. Suasana yang tenang dan damai ini benar-benar membawa ketenangan dalam pikirannya, dan untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa sedikit lega.
Jihoon berdiri di sampingnya, menatap ke arah yang sama. "Aku tahu kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri, Cassi," katanya dengan suara lembut, "Aku harap tempat ini bisa memberimu sedikit ketenangan."
Cassi menatapnya sejenak, dan meskipun ada perasaan cemas yang masih menggerogoti hati, ia tahu bahwa ia membutuhkan waktu untuk meresapi semua yang terjadi. Ia mengangguk perlahan. "Terima kasih, Jihoon. Aku... memang butuh ini."
Di luar jendela, matahari mulai tenggelam di balik pegunungan, menyirami langit dengan warna oranye dan merah yang indah. Keheningan malam mulai turun, diiringi oleh suara alam yang menenangkan. Di resort ini, Cassi merasakan adanya ruang untuk bernafas, untuk melepas ketegangan yang selama ini ia tahan.
---