Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kambing hitam
Bagas dan Roni sedang memperhatikan layar cctv diruangan Bagas,menampilkan Kanaya yang marah bahkan menggebrak meja sekertaris itu. "Tuan apa kita tidak keterlaluan?"
Mata Bagas memicing menatap asistennya tersebut, Roni meringis ngeri masalahnya kopi tersebut dipesan atas namanya pasti nona Kanaya akan menyemburnya terlebih dahulu, ia harus bersiap untuk menerima tumpahan kopi panas itu di wajahnya "Bukankah dia terlihat menggemaskan dengan raut marah seperti itu..?" Bagas tersenyum. "Bahkan seragam pelayan itu terlihat manis saat dia yang mengenakannya, sial di juga terlihat se xy" umpat nya.
Beberapa hari ini Roni melihat senyum itu di wajah Bagas lebih tepatnya saat nona Kanaya kembali ke tanah air,bahkan sejak ia bekerja beberapa tahun ini ia tak pernah melihat tuannya tersenyum selepas itu,tentu saja ia tahu alasannya karna ia yang ditugaskan untuk melaporkan apa saja gerak gerik nona Kanaya sejak tiga tahun lalu.
Tak berapa lama pintu ruangan Bagas terbuka,terlihat Kanaya yang siap menumpahkan amarahnya,namun tiba tiba langkah Kanaya terhenti saat manik matanya bertatapan dengan manik Bagas.
Bagas berusaha mendatarkan wajahnya meski ia harus menahan rasa rindu yang membuncah saat melihat gadis itu tepat di depan nya, Kanaya terlihat cantik tak berubah sejak dulu bahkan kini gadis itu terlihat lebih cantik lagi, Bagas ingin memeluk dan mendekap Kanaya menumpahkan rasa rindu dan berkata maaf karna telah menyakitinya, namun ia hanya bisa menahannya dalam hati belum saatnya.
"Saya mencari orang yang bernama Roni?" Katanya dengan wajah terlihat biasa saja, gadis itu bahkan bisa menetralkan wajahnya seperti tak pernah mengenal Bagas.
Bagas melipat tangannya di depan dada dan memperhatikan Kanaya dari tempat duduk nya.
"Saya" Roni menjawab.
"Saya mengantar pesanan anda 20 cup kopi, 5 Americano, 6 Robusta, dan 9 Capuccino totalnya 190 ribu" Kanaya memberikan nota pembayaran.
Tangan Roni terulur meski sedikit bergetar lalu berkata "Kami membatalkan pesanan nya nona, karna kalian mengantarnya terlambat rapatnya sudah selesai"
Kanaya mengangkat alisnya seraya berkaca pinggang, meski hatinya bergemuruh karna sejak tadi amarahnya tak tertahankan apalagi sekarang ia harus melihat wajah penghianat itu di depannya, namun itu bukan urusannya, urusannya sekarang adalah orang yang bermana Roni tersebut.
"Baiklah.. jika anda tak mau membayarnya" Kanaya berjalan kearah meja lalu meletakan dua slot cup kopi yang di bawanya, lalu membuka semua tutupnya "Karna anda tidak bisa membayarnya jadi dengan senang hati saya akan memberikan kepada anda...ge-ra-tis.."
Benar dugaan Roni, nona Kanaya akan menumpahkan kopi itu, beruntung tidak di wajah hanya di jas dan mengenai kemejanya,bahkan ia seperti mandi kopi sekarang, rasa panas menjalar melewati kemejanya, beruntung bukan air mendidih.. ah Roni hanya bisa berkata beruntung dan beruntung dalam hati namun tak bisa marah, bisa bisa ia digantung oleh tuannya jika memaki gadis milik tuannya itu.
"Dengar sialan..! jika kau tidak mempersulit pengiriman kami,pesanan nya tidak akan terlambat!" Kanaya berbalik ingin segera pergi ia muak dengan semua orang yang berada di ruangan itu, namun tiba tiba langkahnya terhenti, lalu merogoh saku nya dan mengeluarkan beberapa lembar uang warna merah dan menyerahkannya tepat didada Roni, dengan menepuk nya keras "Untuk mencuci pakaian mu,bila perlu cuci juga otakmu" Kanaya menendang meja di depannya lalu pergi dari ruangan Bagas,matanya sempat memicing kearah Bagas yang masih melihatnya dengan raut datar, saat melewati pintu Kanaya bahkan bisa melihat wajah pucat sekertaris cantik tadi menatapnya sambil menutup mulutnya karna terkejut luar biasa, Kanaya tak perduli.. masa bodoh dengan orang orang breng sek itu.
Kanaya memasuki lift dengan nafas memburu, amarah yang mengubun itu masih ada apalagi saat melihat mantan bajingannya itu ia ingin menumpahkan kekesalannya sekarang saat keluar dari gedung itu Kanaya kembali menengadah melihat tulisan di atas nya yang terpampang jelas (Wijaya Corp) kenapa ia bisa lupa kalau perusahaan itu milik keluarga Bagas "Sial..aku tak akan mau menginjak perusahaan ini lagi"
Kanaya menyebrang jalan lalu memasuki Cafe, setelah sebelum nya menarik nafas panjang ia merogoh saku lagi,mengeluarkan uang sejumlah harga dari kopi tersebut, tak mungkin ia membiarkan Mima bertanggung jawab atas semua kopi itu.
Mima sudah menunggu dan langsung bertanya dengan gusar pada Kanaya "Bagaimana?"
"Mereka sudah membayar, bahkan meminum kopinya sekaligus sampai habis,kau tenang saja" tentu saja habis, habis dengan cara ia siramkan.
"Benarkah?" Wajah Mima berbinar lega.
"Hmm.. sudah ayo kembali bekerja" Kanaya mengajak Mima kembali masuk dan melanjutkan pekerjaan mereka.
.
.
Jam pulang sudah tiba,Kanaya segera mengganti seragam dengan pakaian nya untuk pulang, "Mima kamu pulang dengan apa?"
"Aku naik bis"
"Ayo aku antar" Ajak Kanaya.
"Benarkah apa tidak merepotkan?" Mima merasa tak enak hati.
"Tidak ayo.." mereka berjalan menuju parkiran dan menaiki motor Kanaya.
Mereka berbincang bersama, sepanjang jalan tanpa tau sebuah mobil mengikuti dari belakang.
.
.
Bagas masih menunggu di depan Cafe untuk melihat Kanaya, tadi saat Kanaya menyiram Roni dengan air kopi membuatnya sedikit terkejut, meski Bagas sudah menduga apa yang akan Kanaya lakukan, namun hatinya sedikit meringis kala melihat Roni yang pasrah saat Bagas menjadikannya kambing hitam.
Sejak dulu Kanaya memang sedikit bar bar, namun kini Bagas melihat Kanaya lebih berani di banding dulu.
Sepertinya ia harus mempersiapkan mentalnya untuk berjuang lebih keras agar mendapatkan hati Kanaya lagi, meski ia yakin Kanaya masih menyimpan perasaan padanya terlihat dari tatapan mata Kanaya walau sekilas.
Bagas memicingkan matanya saat melihat Kanaya keluar dengan teman perempuannya "Dia memakai motor?" tanya Bagas.
"Ya tuan" Roni membenarkan.
"Apa apaan itu.. cepat ikuti mereka"
Bagas memperhatikan laju motor Kanaya yang semakin cepat "Astaga dia melajukannya semakin cepat, bagaimana kalau dia tabrakan"
"Sepertinya nona menyadari kita mengikutinya tuan" Roni masih fokus mengemudi mengikuti Kanaya.
Kanaya memang menyadari ada sebuah mobil yang mengikuti dan meminta Mima untuk berpegangan lebih erat, lalu mempercepat laju motornya,Kanaya tau itu bukan mobil orang suruhan Adam karna ia tau mobil yang dikendarai bodyguardnya.
Setelah tiba di kosan Mima, Kanaya berpamitan untuk pulang "Kamu yakin tak masalah, bagaimana kalau mobil tadi mengikutimu lagi, bagaimana kalau kau menginap saja disini" Mima khawatir takut terjadi sesuatu hal buruk pada Kanaya,Mima sangat ketakutan saat Kanaya mengatakan ada mobil yang mengikuti mereka.
"Tenang saja rumah ku sudah dekat, aku hanya perlu melaju lebih cepat" mana mungkin Kanaya menginap di rumah teman yang baru dikenalnya, meski Mima orang yang baik tetap saja ia tak bisa, lagi pula ia tak perlu khawatir karna yakin bodyguard yang ditugaskan daddynya selalu mengawasi.
"Baiklah hati hati, jangan berhenti jika ada yang mencegat mu tabrak saja oke"
Kanaya mengiyakan lalu menyalakan motornya kembali untuk pulang.
❤️❤️❤️❤️
Bantu aku promosikan ya, ajak teman atau sodara kalian buat baca novelku, jangan lupa tekan favorit kalau suka😘..
Like..
komen..
vote..
🙏🙏🙏