Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERNIKAHAN
Hessel maupun Nana mereka hanyalah seorang anak yang takut akan dosa jika membantah perintah orang tua. Meskipun orang bilang setiap anak berhak memilih untuk menentukan calon pendamping hidupnya, namun itu tidak berlaku untuk Hessel dan Nana. Mereka anak-anak yang patuh dan penurut sehingga mereka pun menyetujui perjodohan itu, alasan Nana ikut menyutujuinya juga karna Nana memikirkan kondisi sang ayah yang kini sedang sakit keras Nana tidak ingin membuat ayahnya kecewa, sedangkan Hessel dia menerima perjodohan hanya karna patuh pada ayahnya dan Hessel memberi persyaratan dia ingin pernikahan mereka dilaksanakan secara tertutup, hanya boleh dihadiri oleh keluarga besar dari kedua belah mempelai dan kepala Rektor beserta wakil Rektor, selain itu Hessel tidak mau ada orang lain yang menghadiri pernikahannya, karna sejujurnya Hessel benar-benar tidak siap untuk menikah apalagi harus menikahi anak didiknya sendiri Hessel merasa itu sangat memalukan tapi Hessel tidak mengatakan itu dihadapan orang tua Nana, dia juga tidak mau melihat ayah Nana sakitnya bertambah parah.
Keputusan Hessel pun disetujui oleh ayah dan ibunya serta kedua orang tua Nana.
Tak berselang lama setelah pak Aryo keluar dari rumah sakit mereka pun langsung mempersiapkan persiapan untuk akad pernikahan yang akan dilaksanakan sore hari sehabis ashar.
Saat ini Nana sedang berada diruang rias pengantin sekarang dia sudah selesai dirias, Nana berusaha menahan air matanya namun ternyata air mata itu jatuh juga membasahi pipinya.
"Nona, kenapa menangis? nanti makeupnya bisa luntur." kata tukang rias.
"Sekarang saya bingung kak, saya harus bahagia atau bersedih?" ucap Nana.
"Semua pengantin selalu merasa bahagia dihari pernikahan mereka, tapi kenapa nona malah bersedih?"
Nana tidak tau perasaannya sekarang, dia harus sedih atau bahagia, disatu sisi Nana bahagia akan menikah dengan laki-laki yang paling dicintainya namun di sisi lain Nana sedih karna pria yang akan menjadi suaminya sedikitpun tidak menaruh rasa cinta untuknya, bagaimana dia bisa menjalani pernikahan tanpa cinta, entahlah Nana pun hanya bisa pasrah.
"Nona, cinta itu bisa datang setelah menikah, nona tidak perlu khawatir lagi pula calon mertua nona itu sangat baik, sudah sekarang nona jangan menangis lagi."
"Iya kak, terima kasih sudah mendengarkan curhatan saya sekarang saya merasa lebih baik."
"Sama-sama nona, sini saya rapikan sedikit makeupnya."
Di Sisi Lain
Penghulu dan para saksi sudah menunggu sedari tadi, Hessel juga sudah siap. Hessel terlihat sangat menawan dengan balutan jas berwarna ocean meskipun wajahnya tampak marah namun dia tetap tampan.
Nana tetap berada dikamar sebelum akadnya dinyatakan sah maka Nana tidak di izinkan untuk keluar karna begitulah peraturan yang berlaku dalam keluarga Hessel.
Nana sangat degdegan ini pengalaman paling menegang seumur hidupnya.
"Apa akadnya bisa segera dimulai?" tanya penghulu.
"Ya silakan pak lebih cepat lebih baik." ujar pak Betran.
"Nak Hessel, kamu sudah siap?"
Hessel hanya mengangguk dengan ragu-ragu.
"Baiklah sekarang kita mulai."
"Bissmillahirohmannirahim, Saya nikahkan saudara Hessel Steven bin Betran Steven dengan saudari Nana Daryanani binti Aryo Gumilang dengan maskawin 20 gram emas, dibayar lunas."
"Saya terima nikahnya Nana Daryanani binti Aryo Gumilang dengan maskawin tersebut dibayar tunai." Ucap Hessel dengan lantang tanpa ada rasa gugup.
"Bagaimana para saksi?"
Kata SAH pun terdengar dari bibir para saksi dan itu membuat Hessel geram mengepal tangannya. Hessel tidak menyangka hidupnya harus berjalan mengikuti keputusan yang sudah dibuat oleh orang tuanya.
Sarah dan Aliya pun menjemput Nana yang sedari tadi menunggu dengan penuh rasa tegang.
"Masya Allah Nana kau sangat cantik sayang." ucap Sarah tersenyum, Nana hanya menunduk malu-malu.
Nana memang sangat cantik ditambah dengan balutan hijab yang menutupi kepalanya dan gaun pengantin yang serasi dengan yang Hessel pakai.
"Ayo Na, kita turun akadnya sudah selesai sekarang waktunya menemui suamimu."
Ibu dan mama sekarang bersama-sama meraih tangannya, menuntunnya secara perlahan menuruni anak tangga.
"Ya Allah aku selalu percaya padamu, terjadinya pernikahan ini semua sudah engkau gariskan di takdirku dan juga pak Hessel, engkau pasti punya rencana yang indah." batin Nana sambil berjalan mendekat kearah Hessel.
Nana pun duduk di samping Hessel, sedangkan Hessel terlihat memalingkan wajahnya dia sangat muak dengan pernikahan ini.
"Hessel, pakaikan cincinnya ke jari Nana." ujar Sarah sembari memberikan cincin pada Hessel.
Dengan berat hati Hessel memalingkan wajahnya untuk melihat Nana, sesaat setelah melihat Nana Hessel terpukau begitu saja melihat aura kecantikan Nana yang luar biasa dengan balutan hijab itu sampai membuat Hessel tidak mampu berkedip, sedangkan Nana dia hanya sanggup menundukkan kepala.
"Hessel, cepat pasang cincinnya!" ujar Sarah lagi membuat Hessel sedikit kaget. Hessel langsung mengalihkan pandangannya sebelum orang-orang sadar dia sempat terpukau saat memandang Nana, Hessel pun meraih tangan Nana dan memasangkan cincin di jari manisnya.
Setelah memakai cincin Nana pun diminta untuk mencium tangan Hessel, dengan ragu-ragu Nana mencoba meraih tangan Hessel begitu pun Hessel dia mengunjukkan tangan kanannya sedangkan wajahnya menghadap kesamping.
"Karna kalian sudah resmi menjadi suami istri maka kamu Hessel harus mencium kening Nana di hadapan kami semua." ujar pak Betran.
"Pa, apa harus seperti itu juga?" Hessel kesal.
"Itu harus, benarkan pak penghulu?"
Pak penghulu pun mengangguk padahal tidak semua pengantin melakukan itu.
"Cepat lakukan Hes! sebentar lagi magrib, apa kami semua harus menunggu sampai azan berkumandang?" ujar papa.
"Papa ada-ada saja." batin Hessel kesal sambil memelototi Nana dengan mata tajamnya.
"Heh mendekatlah." ucap Hessel pelan memberi Nana kode, Nana pun ragu-ragu untuk mendekat.
Hessel mengangkat kedua tangannya untuk meraih kepala Nana, dan Hessel pun perlahan mendekatkan wajah Nana ke wajahnya.
Cup...
Akhirnya ciuman terpaksa pun mendarat di kening Nana, semua orang yang menyaksikannya tersenyum karna pasangan ini berbeda dari pengantin yang lain. Jika pengantin yang lain dengan senang hati melaksanakannya tanpa ragu-ragu tapi pasangan yang satu ini penuh ketegangan.
"Kamu puas sekarang sudah merenggut ciuman pertama dariku juga." Batin Hessel kesal karna melihat Nana malah tersenyum saat dia menciumnya.
"Apa ini bisa disebut ciuman pertama." gumam Nana dalam hatinya yang berdetak tak beraturan itu.
"Alhamdulillah akhirnya anak-anak kita resmi juga." ujar pak Betran bicara pada pak Aryo.
Mereka berpelukan setelah merasa lega dan bahagia melihat anak mereka bersanding dipelaminan.
.
.
.
Bersambung