"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jelmaan Naga Emas
"DUARR …"
Ledakan yang sangat besar terjadi ketika naga emas itu menghantam tubuh Shin Shui. Cahaya emas yang menyilaukan kembali terlihat seiring naga itu mengenai Shin Shui.
Pohon-pohon banyak yang tumbang akibat ledakan tersebut. Batu-batu hancur berkeping-keping. Debu-debu pun terlihat menutupi suasana di sekitar tempat itu. Sebuah lubang besar tercipta karena jurus dari sosok pria tua tersebut.
Seolah di dalam hutan itu telah terjadi suatu bencana yang besar. Kerusakan yang cukup luas terlihat karena efek jurus pria tua tersebut. Dia masih terdiam, matanya memperhatikan sosok yang berada di balik kepulan debu.
Betapa kagetnya sosok pria tua itu saat mengetahui pemuda yang bertarung dengannya masih bisa bertahan. Bahkan kekuatannya meningkat berkali-kali lipat.
Tak lama, pemuda yang baru saja menerima serangan dahsyat darinya keluar dari kepulan debu itu. Namun kali ini nampak berbeda dari sebelumnya, bukan saja tidak terluka, tapi kekuatan dan aura pembunuhnya menjadi jauh lebih kuat.
Dia perlahan berjalan keluar dari lubang besar itu. Setiap langkah kakinya meninggalkan jejak yang cukup dalam. Langit cerah menjadi mendung, awan yang tadinya putih mendadak berubah menjadi kelabu. Suara guntur mulai terdengar dimana-mana.
Suara guntur itu menggema hingga terdengar ke kota-kota terdekat. Masyarakat menjadi panik, karena sebelumnya tidak pernah terjadi fenomena seperti ini. Terlebih, fenomena ini datangnya dari arah hutan yang merupakan jalan pintas untuk menuju ke kota Matahari Terbenam.
Bukan hanya masyarakat yang panik, sosok pria tua tersebut juga merasakan hal yang sama. Punggungnya mendadak berat. Tubuhnya seakan sulit bergerak.
"Hei naga jelek … berani sekali kau berniat membunuh muridku. Apa kau sudah bosan hidup menjelma didalam pegang Naga Emas heh …?" tanya pemuda itu kepada sosok pria tua. Namun sekarang suaranya benar-benar berbeda.
Suaranya menggema dan diiringi gemuruh guntur. Sorot matanya sangat tajam, kilatan petir terlihat di seluruh tubuh pemuda itu, tak terkecuali dengan bola matanya. Ada sebuah lambang petir di dalamnya.
Sosok pria tua itu sangat geram ketika dirinya dipanggil jelek. Tapi apa daya, jangankan menyerang, untuk berdiri dengan benar pun butuh perjuangan keras. Ternyata sosok itu adalah merupakan jelmaan dari naga emas.
"Si-siapa ka-kau?" dia menjawab dengan gugup, keringat dingin mulai mengucur dari keningnya.
"Kau tidak mengenalku? Setelah melihat fenomena ini kau masih bertanya siapa aku? Benar-benar ingin mati konyol oleh petirku ternyata," tak lama setelah berucap, petir menyambar tepat didepan pria tua yang ternyata jelmaan naga emas itu.
"DUAR…"
Beberapa pohon yang tersambar oleh petir itu langsung hangus menjadi abu. Lubang besar kembali tercipta.
"Bagaimana? Apa kau masih tidak mengenalku naga jelek?" tanyanya. Sorot matanya semakin tajam, kilatan petir ditubuhnya semakin terlihat jelas, dan aura pembunuh yang keluar semakin kuat.
"A-a-apakah kau Pendekar Gu-guntur?" tanya sosok itu dengan ketakutan dan sedikit gugup.
"Akhirnya kau mengenalku juga, hahaha …" dia tertawa lantang. Tawanya diiringi dengan gemuruh guntur, benar-benar mengerikan. Seolah setiap gerak geriknya memang mengandung energi alam itu.
"Te-tentu aku mengenalmu senior. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu, kau adalah orang yang menyelamatkanku senior Lao," jawab sosok pria tua. Saat ini keringat sudah benar-benar membasahi seluruh tubuhnya. Kakinya bergetar hebat, karena dia tahu dengan siapa saat ini dirinya bicara.
"Maafkan aku senior. Betapa bodohnya aku sehingga tidak mengenali orang yang begitu berjasa dalam hidupku. Aku tidak ada maksud apa-apa, aku hanya penasaran dengan pemuda itu karena ada sesuatu yang menarik perhatianku. Terutama dari pakaian, pedang, dan jurus-jurusnya. Tidak ada yang lain. Sungguh, hanya itu alasanku," kata pria itu sembari sujud memberi hormat kepada Lao Yi yang kini sedang merasuki Shin Shui.
"Hemm …" Lao Yi menatap jelmaan naga emas itu dengan tajam. "Lalu, setelah kau tahu bahwa pemuda ini muridku, kau akan tetap menyerangnya? Jika iya, buat aku kewalahan dulu olehmu. Jika kau bisa membuatku kewalahan, kau boleh menyerang kembali muridku," kata Lao Yi dengan nada datar.
"Tidak senior, aku tidak berani. Daripada aku menyerang kembali pemuda yang ternyata muridmu, lebih baik aku bunuh diri senior," ucap pria tua yang merupakan jelmaan naga emas itu. Dia masih berada dalam sujudnya memberi hormat kepada Lao Yi.
"Sudahlah Cun Fei, berdiri. Tidak perlu seperti ini padaku. Katakan ada apa sebenarnya. Aku tahu kau sedang memikul beban dari Kaisar Naga Merah," kata Lao Yi. Kemudian dia menyuruh pria tua yang ternyata bernama Cun Fei untuk berdiri.
"Baik senior, terimakasih," dia langsung berdiri. Lalu keduanya memilih untuk duduk dibawah pohon yang rimbun.
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor