NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 PENGAKUAN ARAF

Malam yang Mengubah Segalanya

Langit mulai gelap, hanya diterangi oleh bulan yang menggantung di atas laut. Cintia masih berdiri di tepi pantai, pakaian basahnya mulai terasa dingin, tapi ia tidak bergerak. Ia masih bisa merasakan sentuhan air laut di kulitnya, suara ombak yang menenangkan, dan yang lebih mengganggu pikirannya—tatapan Araf yang begitu dalam.

Araf duduk di pasir, menatap langit dengan senyum tipis. "Kamu kedinginan?"

Cintia menghela napas, lalu akhirnya duduk di sampingnya. "Dikit. Tapi nggak apa-apa."

Tanpa berkata apa-apa, Araf melepaskan jaket tipisnya dan menyampirkannya ke pundak Cintia. Gadis itu menegang sejenak, tapi tidak menolak.

"Aku nggak ngerti kamu, Araf," gumamnya, menarik jaket itu lebih erat. "Kenapa kamu selalu ada buat aku?"

Araf tidak langsung menjawab. Ia mengambil sejumput pasir, membiarkannya mengalir di antara jari-jarinya sebelum akhirnya menoleh ke arah Cintia.

"Karena aku nggak bisa ninggalin kamu," katanya akhirnya, suaranya lebih pelan dari deburan ombak. "Karena aku tahu kamu lebih dari sekadar dendam yang kamu pegang selama ini."

Cintia menatapnya lama. "Kamu terlalu percaya sama aku."

Araf tersenyum kecil. "Mungkin. Tapi aku percaya sama yang aku lihat. Dan aku lihat seseorang yang berusaha sekeras mungkin untuk tetap kuat, padahal hatinya sudah terlalu lama kesakitan."

Cintia menunduk, jemarinya menggenggam pasir yang dingin. Kata-kata Araf terlalu jujur, terlalu dalam. Dan yang lebih menakutkan, ia merasa Araf benar.

"Aku nggak tahu bagaimana caranya berhenti, Araf," bisiknya. "Aku udah terlalu jauh masuk ke dalamnya."

Araf menghela napas, lalu perlahan menggenggam tangan Cintia yang masih dipenuhi pasir. "Kamu nggak harus berhenti sekarang. Tapi kalau suatu hari kamu siap, aku akan ada di sini."

Jantung Cintia berdetak lebih cepat.

Tanpa sadar, jemarinya menggenggam tangan Araf lebih erat, seolah takut jika ia melepaskannya, semua ini akan hilang.

Mereka terdiam cukup lama, hanya ditemani suara ombak dan angin malam.

Lalu, Araf berbicara lagi. "Aku ingin kamu tahu satu hal."

"Apa?"

Araf menatapnya, ekspresinya lebih serius dari sebelumnya. "Aku mencintaimu, Cintia."

Dunia terasa berhenti.

Cintia menahan napas, hatinya berdebar kencang. Ia tidak tahu harus berkata apa, tidak tahu bagaimana harus merespons.

Araf tersenyum kecil, seolah memahami kebingungan yang tersirat di wajah Cintia. "Aku nggak butuh jawaban sekarang. Aku cuma mau kamu tahu."

Cintia menatapnya lama, mencoba menemukan sesuatu di matanya—keraguan, kebohongan, atau mungkin harapan kosong. Tapi ia tidak menemukan apa pun selain kejujuran.

Ia menggigit bibirnya, merasa dadanya semakin sesak.

"Aku..." Suaranya nyaris tak terdengar. "Aku takut, Araf."

Araf mengangkat tangan, menyentuh pipi Cintia dengan lembut. "Aku juga. Tapi aku lebih takut kehilangan kamu."

Cintia menutup mata, merasakan sentuhan hangat itu di kulitnya. Ia tahu ia tidak seharusnya merasa seperti ini. Tidak seharusnya membiarkan dirinya terbawa. Tapi malam ini, di bawah langit yang luas dan laut yang tak berujung, ia membiarkan dirinya percaya.

Perlahan, ia membuka mata, menatap Araf lebih dekat.

Dan tanpa berpikir lebih jauh, ia merapatkan jarak di antara mereka.

Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut, tidak terburu-buru, tidak penuh nafsu—hanya sebuah pengakuan tanpa kata-kata.

Ketika mereka akhirnya berpisah, Araf tersenyum, menyentuh keningnya dengan lembut ke kening Cintia.

"Apapun yang terjadi nanti," bisiknya, "aku tetap di sini."

Cintia menutup mata, membiarkan dirinya meresapi kata-kata itu.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa ada tempat yang bisa ia sebut rumah.

Dan mungkin, hanya mungkin, ia bisa belajar mencintai sesuatu selain dendam.

......................

Di Bawah Cahaya Bulan di Pantai Tamansari

Angin pantai Tamansari bertiup lembut, membawa aroma asin laut yang khas. Ombak bergulung pelan, seolah ikut menjadi saksi kebersamaan mereka malam ini. Cintia masih bersandar di bahu Araf, merasakan degup jantungnya yang stabil, berbeda dengan miliknya yang terasa kacau.

Mereka tidak banyak berbicara setelah ciuman tadi. Tidak perlu. Kehadiran mereka satu sama lain sudah cukup untuk mengisi keheningan yang nyaman ini.

Araf menundukkan kepalanya sedikit, melihat wajah Cintia yang tertutup sebagian oleh rambutnya yang tertiup angin. Dengan gerakan lembut, ia menyelipkan helai rambut itu ke belakang telinga Cintia, jari-jarinya menyentuh pipinya sekilas.

“Kamu masih takut?” tanyanya pelan.

Cintia mengangguk kecil. "Iya."

Araf tersenyum tipis, tidak terkejut. Ia tahu bahwa butuh lebih dari sekadar kata-kata untuk menghapus ketakutan yang telah lama bersarang di hati Cintia.

“Tapi kamu tetap di sini,” lanjutnya, suaranya penuh kelembutan. “Dan itu sudah cukup buatku.”

Cintia menatapnya, matanya dipenuhi sesuatu yang sulit dijelaskan—sebuah pergulatan batin antara kebiasaan lamanya dan sesuatu yang baru dan asing.

“Aku nggak tahu bisa sampai kapan begini, Araf,” bisiknya. “Aku takut aku akan menghancurkan semua ini.”

Araf mengulurkan tangan, membiarkan jemarinya bertaut dengan milik Cintia. Hangat. Nyata.

“Kamu nggak harus sempurna,” katanya pelan. “Aku nggak mencintai kamu karena aku berharap kamu berubah. Aku mencintai kamu... karena kamu adalah kamu.”

Cintia menelan ludah, matanya sedikit memanas. Ia tidak ingat kapan terakhir kali seseorang menerima dirinya apa adanya. Selama ini, semua orang hanya ingin mengubahnya, menghakiminya, atau menghancurkannya. Tapi Araf... Araf hanya ingin ada di sisinya.

Perlahan, ia mengangkat tangannya, menyentuh wajah Araf. Ia ingin mengingat setiap detail—lekuk rahangnya, cara matanya menatap dengan begitu lembut, senyum tipis yang selalu berhasil membuat hatinya bergetar.

“Araf...” bisiknya.

Araf tidak menjawab, hanya menunggu, memberi ruang bagi Cintia untuk menemukan kata-katanya sendiri.

“Aku...” Cintia ragu. Ia tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya. Tapi di sini, di bawah langit yang luas dan laut yang tak berujung, ia ingin mencoba.

“Aku mungkin belum bisa bilang aku mencintai kamu,” katanya akhirnya. “Tapi aku tahu satu hal... Aku nggak mau kehilangan kamu.”

Araf tersenyum, matanya berbinar. “Itu sudah lebih dari cukup buatku, Cintia.”

Cintia menghela napas, lalu menunduk, menyandarkan kepalanya di dada Araf.

Mereka tetap di sana, menikmati malam yang seakan hanya milik mereka berdua.

Di antara suara ombak dan hembusan angin, hati mereka perlahan menemukan irama yang sama.

Dan untuk pertama kalinya, Cintia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada sesuatu yang lebih dari sekadar balas dendam. Ada sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang lebih hangat, lebih lembut, lebih nyata.

Mungkin, ada cinta.

1
Rohmat Rohmat
Semangat update thor
Xinn
Novel sebagus ini thor, kenapa sepi pembaca/Angry/. Alur ceritanya juga bener-bener bagus, tanda baca semuanya sudah sempurna. kenapa sepi
𝐫𝐚.: Terimakasih Kak Xinn/Smile/Semuanya butuh proses, saya juga ingin novel ini jadi Populer👍😊
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya efri
𝐫𝐚.: 🥺🥺😭😭Sudah...
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya Efri
Kabir Muh kabir
Maura, hubungi saya di sini. 085222285041
Kabir Muh kabir: Maura, HP saya rusak untuk sementara. Jadi kamu hubungi saja dlu saya di sini
total 1 replies
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
lanjut thor
Rohmat Rohmat
Plot twist bnr-bnt dapet Thor👍👍
kebanyakan dari lingkungan gw, ya emang gitu. baik support kita nyatanya orang yg seperti itu yg berbahaya. Keren Thor.
𝐫𝐚.: Semua lingkungan pasti ada deh Kak/Smile/
total 1 replies
Feyza
romantisnya Araf 🌹🌹🌹😍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ᴹᴿ᭄°Knight⁹⁹🦅™࿐
Lanjutkan tetap semangat berkarya
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
nah loh dari siapa pesen anonim it
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
astaghfirullah aldzim kok Cintia jahat banget, kenapa ikutan jahat juga. sama aja dunk kamu sama Luna kl sprti it
𝐫𝐚.: Itu hanya permainan, yang jahat itu langsung di mutilasi 🤪🙈
total 1 replies
Sylvia Rosyta
semangat
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
kalau saja dia bisa pergi 😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
duh dipaksa padahal alergi.
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ya Allah satu tahun masih kecil banget 😭😭😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Whimper//Whimper//Whimper/
Ciya Syakiya
pengertian banget
BAPAK
mampir
Sylvia Rosyta
aku padamu araf.
aku mampir kak, kalau ada waktu boleh lah support balik ke karya baru aku ok👌🤭
𝐫𝐚.: Sipp, otw
total 1 replies
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
wah, peningkatan tajam. nasari, diksi, dialog, detail penulisan, keren👍. Tinggal lakunya aja👏
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ: typo lagi, #narasi
𝐫𝐚.: Terimakasih..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!