Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan melewati batas
Tap
Tap
Tap
Suara langkah pelan seorang wanita memakai baju pelayan menghampirinya. Matanya memeriksa detail kertas di tangannya itu.
"Baginda, Yang Mulia Duke Ronaf ingin menemui Baginda," ujarnya pelayan itu.
Kaisar Jasper menaruh kertas itu ke mejanya. "Biarkan dia masuk,"
Pelayan itu memberikan hormat, ia keluar dan memberi tahukan pada Duke Ronaf yang sedang memendam amarahnya.
Duke Ronaf pun masuk, dengan langkah tegasnya. Ia mendekati Kaisar Jasper yang menatapnya dengan perasaan bingung. Pasalnya, tidak ada urusan istana. kecuali akan di adakan kunjungan ke Raja Almos. "Apa ada hal yang perlu aku bantu Duke?" tanya Kaisar Jasper.
Dadanya berdetak tak karuan, ia tak biasanya melihat sorotan Duke Ronaf yang dingin saat menghadapnya.
Sementara Duke Ronaf, ia merasa Kaisar Jasper hanya menutupi kenyataan dengan berkata lembut. Seumur hidup pun, mulai dia bertemu dengan Kaisar Jasper kecil. Wajahnya yang datar bak es beku. Selama ini ia tidak pernah mendengarkan atau melihat Kaisar Jasper lembut kecuali pada satu orang yaitu Zoya.
Pikirannya pun tak bisa ia kendalikan. Setiap mengingat perlakuan Kaisar Jasper. Ingin sekali dia mengacungkan pedangnya. Jika bukan teringat Kaisar Terdahulu, yang sudah ia abdikan hidupnya.
"Duke,"
"Saya minta kejelasan Baginda. Apakah Baginda menginginkan Nona Zoya? jika benar, lepaskan putri saya."
Kaisar Jasper memukul mejanya dengan kasar. Ia berdiri dan langsung menunjuk Duke Ronaf. "Lancang, apa hak mu berbicara seperti itu? Melepaskan putri mu, dia bukanlah seorang Nona lagi yang seenaknya saja melepaskannya. Dia Permaisuri, Ibu dari kekaisaran ini." Teriak Kaisar Jasper. Ia tidak peduli tentang kehormatan pada ayah mertua. Baginya, mendengarkan harus melepaskan Michelina. Sangatlah tidak mungkin, ia sudah berusaha mempertahankannya.
"Tapi nona Zoya menginginkan mu Baginda. Bahkan aku mendengarkan sendiri, dia mengatakan menginginkan Baginda. Jika Baginda tidak bisa tegas, mohon lepaskan putri ku."
Kaisar Jasper menahan segala amarahnya, jika bukan mertuanya. Sudah pasti dia akan memenggalnya saat ini juga. "Aku akan bersikap tegas, tapi tolong dengan penuh hormat aku sebagai menantu mu. Jangan pernah meminta ku melepaskan Permaisuri." Ujar Kaisar Jasper. Ia melangkah keluar, melampiaskan amarahnya.
"Lio,"
"Saya Baginda," Laki-laki berpakaian kesatria itu memberikan hormat.
"Bagaimana dengan perkembangan rumor itu?" tanya Kaisar Jasper. Ia yakin Marquess Azel sudah merendamkan rumor yang tak jelas itu. Marquess Azel pun sangat bertindak cepat jika menyangkut dirinya. Itulah kenapa dia sangat menyukai Marquess Azel. Dia sangat tau apa yang ia inginkan dan apa yang ia pikirkan.
"Marquess Azel bertindak cepat Baginda."
Kaisar Jasper menghentikan langkahnya ketika melihat salah satu pelayan yang berjaga di kediaman Permaisuri, "Pelayan, tunggu !."
Pelayan itu menoleh, dia berlari kecil dan memberikan hormat. "Saya Baginda."
"Em, Dimana Permaisuri?" tanya Kaisar Jasper. Biasanya menjelang sore Michelina akan keluar.
"Emm, Permaisuri." Pelayan itu ragu mengatakannya. Bagaimana tidak? Permaisuri sedang membuat kehebohan di dapur. Seperti kebiasaan lamanya, junjungannya itu sering menyiapkan teh dari tangannya sendiri untuk Kaisar Jasper. Namun sekarang, bukan teh saja. Tapi malah membuat kaldu untuk makan malam, seperti bukan Permaisuri pada umumnya, yang hanya bermolek diri.
"Itu Baginda, Permaisuri ada di dapur." cicitnya kecil.
Kaisar Jasper mengangguk, ia mengingat kejadian sebelumnya. Permaisuri Michelina menyiapkannya teh hangat. Hatinya merasa Michelina akan memberikannya hadiah karena kepergian Zoya. Ia melangkah menuju ke dapur dan sesampainya di dapur. Para pelayan dan ketua pelayan menunduk gugup. Sementara Michelina malah asik mengaduk-aduk kaldu daging ayam itu dan mencicipinya.
"Baginda,"
Michelina memutar tubuhnya. "Kenapa Baginda bisa ada di sini?" tanya Michelina dengan wajah dongkol.
"Kalian pergilah."
Para pelayan pun pergi meninggalkan mereka. Kaisar Jasper mendekat, ia melihat ada noda hitam di pipi sebelah kanan Michelina.
Kaisar Jasper menggerakkan tangannya membuat Michelina memejamkan matanya. Dulu Kaisar Jasper tak segan memainkan tangannya. Sepertinya kali ini ia tidak akan lepas, sudah membuat Kaisar Jasper marah.
"Lain kali jangan melakukan tindakan bodoh lagi. Lihatlah wajah mu dan gaun mu ada noda hitam." Ujar Kaisar Jasper seraya menghapus noda hitam itu.
Michelina menepis tangan Kaisar Jasper yang menyentuh pipinya. "Tidak ada hubungannya dengan Baginda."
Kaisar Jasper terkekeh, sudah biasa baginya melihat wajah datar dari Permaisurinya. "Baiklah, apa teh untuk ku sudah siap?" Kaisar Jasper melihat sekeliling dapur.
"Tunggu Baginda, jangan meminum teh yang saya buat. Baginda bisa saja keracunan. Dan lagi,"
"Maaf, aku akan meminum teh yang selalu Permaisuri berikan dan tolong, hilangkan sikap formal Permaisuri."
Michelina memutar bola matanya, ia memutar kembali tubuhnya. Melihat kaldu yang sedang ia masak. Ia mencicipi kaldu itu dan rasanya sangat pas.
"Anggap saja seperti dulu Baginda, dan jangan melewati batas." Ujar Michelina menekankan. Setiap perkataan Kaisar Jasper yang dia ucapkan maka dia akan kembalikan ke tempatnya.