NovelToon NovelToon
Alvaro'S Diary

Alvaro'S Diary

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:890
Nilai: 5
Nama Author: Wèizhī

Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.

Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Malam hari di kediaman Gintara dibuat gaduh dengan rengekan seorang remaja manis. Remaja itu terus merengek pada sang Ayah untuk mengizinkannya kembali sekolah.

“Ayolah. Al sudah sembuh, lagi pula disekolah pun ada abang yang bakal jaga. Boleh ya, Ayah~” ucap remaja itu yang tak lain adalah Alvaro.

Jika dia dianggap anak kecil oleh keluarganya ini maka ia akan menjadi anak kecil yang sebenarnya dengan rengekannya yang bergema di ruang keluarga Gintara ini.

“Tidak!“ Tolak Ayah Samuel dengan tegas.

“Kenapa susah sekali?…” Batin Alvaro merasa putus asa. Tapi ia tak boleh menyerah begitu saja.

Alvaro lalu berfikir, bagaimana caranya agar ia di izinkan kembali sekolah. Sebenarnya yah, dirinya tak mau sekolah tapi mengingat kembali apa yang ia dapatkan di kediaman Ardiwinata. Ia merasa harus membalasnya. Setidaknya ia tak ingin menjadi pengecut. Walau balas dendam itu tak baik, hanya bermain kecil dengan adiknya tak masalah, kan.

“Boleh ya, Ayah?~ Al juga kan sudah sembuh. Emm??“ Alvaro terus membujuk ayahnya itu untuk mengizinkannya. Ia sudah mencobanya pada sang Bunda, namun Bunda malah menyuruhnya mendapat izin dari Ayah.

“Baby, kau baru sembuh. Bersekolah saat dalam fase pemulihan itu tak baik. Tetaplah dirumah sampai minggu depan” tegas sang Ayah menolak dan mencoba memberi nasihat namun Alvaro tak menyerah.

“Kenapa begitu?….,” dengan mata nya yang mulai berkaca-kaca, ini adalah pertahanan terakhirnya harus berhasil! Dan yap!!! Ayah Samuel termakan, ia menatap tak tega putra bungsu nya itu.

“Tetap saja tak…” ayah Samuel merasa tak dapat melanjutkan kalimatnya. Ia sungguh tak tahan dengan Puppy Eyes milik bungsunya ini.

“Ya Allah.. kuatkah hamba mu ini…” batin ayah Samuel mencoba tak terayu. Dia memalingkan wajahnya kearah lain namun hal tersebut malah membuat Alvaro meneteskan air matanya.

“Hiks…” dan yah, hal tersebut langsung membuat Ayah Samuel panik.

“Baby, kenapa? Tenanglah” ucapnya mencoba menenangkan dan memeluknya tapi selama hidupnya, ia tak pernah menenangkan anaknya menangis. Jujur saja, di kembar bahkan sangat dan sangat jarang menangis.

“Ya ampun! Mas, kenapa dengan Baby?!“ Tanya Bunda Lily terkejut melihat bungsu nya tengah menangis tersedu-sedu dipelukan sang Ayah.

“Aku… aku tak tahu…” jawab sang Ayah yang tak tahu lagi harus mengatakan apa.

“Hiks… Bunda…,” panggil Alvaro yang lalu ia melepas pelukan sang ayah dan mendekati Bunda Lily.

“Baby, cup cup… tenanglah, sayang ~” Bunda Lily menenangkannya dengan suara lembutnya yang menghangatkan.

“Ada apa, hm? Katakan pada Bunda”

“Ayah…” tak menyelesaikan kalimatnya tapi Bunda Lily cukup peka. Ia lalu menatap tajam suaminya itu.

Sedang Ayah Samuel yang mendapat tatapan tajam dari sang istri langsung gugup dan panik.

“Sayang, aku tak bisa membiarkan Baby sekolah dulu. Dia baru saja sembuh” ucap Ayah Samuel mencoba memberi keterangan.

“Baby, apa yang dikatakan ayahmu benar. Kau baru saja sembuh, tak bisa sekolah dulu” ucap Bunda Lily dengan lebih lembut.

Alvaro menggelengkan kepalanya tak setuju. Ia merasa sudah sangat sehat. Bahkan sekarang ia dapat merasakan semua bagian tubuhnya yang sebelum-sebelumnya terasa mati rasa karena sering mendapat cambuk dan pukulan dari Bhram.

“Tapi Al sudah sembuh, Bunda…” ucap Alvaro lirih. Dengan Puppy Eyes nya, ia menatap sang Bunda. Bunda Lily yang mendapat tatapan itu seketika tak tega, ia sontak jadi luluh.

“Baiklah, tapi Baby tak boleh jauh-jauh dari Abang Xavier sama Abang Angga, ya?“ ucap Bunda Lily yang akhirnya menyetujuinya.

“Sungguh? Kyaaa, terimakasih, Bunda~” ucap Alvaro yang hatinya sudah terlampau senang sampai ia mencium kedua pipi Bunda nya itu dan lalu pergi dari sana.

“Lho? Ayah tak dapat kiss?“ Ayah Samuel merasa dirinya terbuang dan terabaikan. Memo

“Hehehe… kasihan” ucap Bunda Lily terkekeh dan ia pun merasakan sebuah kebahagiaan karena mendapat kiss dari bungsunya.

—-

Pagi hari menyapa dengan senyuman sang mentari yang hangat. Keluarga Gintara saat ini tengah mempersiapkan diri untuk sarapan. Xavier dan Ayah Samuel yang sudah standby di meja makan dan Angga yang baru datang, juga Bunda Lily yang tengah menyiapkan sarapannya.

Hanya si bungsu yang tak hadir. Entah masih turu atau bagaimana, Xavier melirik kearah lift namun Alvaro tak kunjung turun.

Mansion Gintara memiliki Lift dan tangga untuk akses naik-turun. Lift untuk yang lebih aman dan tangga hanya untuk jalan lebih cepat saat lift digunakan. Namun lift hanya dapat digunakan oleh keluarga saja sedang pekerja tak dibenarkan.

“Bund. Adek kok belum turun?“ tanya Angga pada sang Bunda.

“Lho? Iyakah? Coba abang liat” ucap Bunda Lily yang sepertinya ia tak menyadari hal itu.

Angga mengangguk dan lalu dia menaiki lift untuk menuju kamar Alvaro.

Ting!

Sesampainya di lantai dua, dia langsung mengarah pada pintu kamar berwarna biru malam dengan motif bulan sabit sebagai penanda. Angga mengetuk sebanyak tiga kali dan lalu dia membukanya karena tak ada jawaban.

Yang pertama kali Angga lihat adalah Alvaro yang tertidur di ranjangnya dengan seragam sekolah yang sudah ia kenakan.

“Adek tidur lagi apa bagaimana?“ gumam Angga bertanya-tanya.

“Dek. Adek? Bangun dek” Angga terus mencoba membangunkan, namun Alvaro hanya melenguh tanpa membuka matanya.

“Baby nya abang~ bangun dong”

“Ehmm… nanti” ucap Alvaro yang lalu ia menduselkan wajahnya ke bantal. Tampak lucu dimata Angga sampai membuatnya terkekeh.

“Bangun Baby” ucapnya lagi dan untuk kali ini Alvaro membuka matanya lalu ia langsung duduk di ranjangnya.

“Jam berapa?…,” tanya Alvaro dengan mata sayu nya.

“Jam setengah tujuh. Adek, kamu mau sekolah?“ tanya Angga

“Em, iya.,” jawab Alvaro yang lalu ia menguap, sontak Angga menutup mulut Alvaro agar adiknya itu tak kemasukan setan— maksudnya yah gitu.

“Kenapa? Kan baru sembuh. Tunggu beberapa hari lagi aja dong” ucap Angga tak setuju.

“Kan adek udah gak sekolah lama, bang. Masa iya bolong lagi” ucap Alvaro tak terima.

“Yaudah, tapi nanti dikelas aja. Istirahat abang sama bang Xav jemput. Ayok sarapan” ajak Angga yang kemudian di angguki Alvaro.

Jujur saja, Alvaro sudah mulai terbiasa dengan semua ini. Ia sekarang sudah menganggap Xavier dan Angga sebagai kakak nya begitupun dengan Ayah Samuel dan Bunda Lily yang sudah ia anggap sebagai orang tua. Alvaro sudah mulai membuka diri untuk mereka.

Mereka berdua lalu turun setelah Angga merapikan kembali tampilan Alvaro yang berantakan akibat tidur tadi.

“Sudah siap? Kok kelihatan ngantuk gitu?“ Tanya Bunda Lily yang lalu ia mendekati bungsu nya itu.

“Iya…,” hanya itu jawaban Alvaro.

Tatapan sayu Alvaro di meja makan membuat mereka semua terkekeh. Alvaro memang memiliki mata bundar yang tampak sayu, yang seolah itu akan menutup dengan rasa kantuk. Itulah yang membuat dirinya terlihat manis dan menggemaskan namun masih terbilang normal untuk seseorang sepertinya.

“Hoam~” Alvaro menguap lagi dan kali ini Xavier yang menutup mulutnya.

“Lain kali tutup, Baby” ucap Xavier dan Alvaro hanya menanggapi dengan anggukan.

Kenapa dia mengantuk? Karena terlalu semangat ia jadi kesulitan tidur tadi malam. Alhasil membuatnya telat tidur dan bangun terlalu pagi.

Mereka sarapan dengan khidmat tanpa percakapan, hanya terdengar dentingan alat makan saja yang terdengar. Setelah semua selesai mereka langsung bersiap untuk berangkat. Alvaro dan si kembar yang menuju sekolah dan Ayah Samuel yang akan pergi ke kantor. Bunda Lily menyiapkan keperluan mereka dengan seksama dan telaten.

“Hari ini Baby, Ayah yang antar” ucap Ayah Samuel.

“Lho? Al bisa berangkat sendiri kok” ucap Alvaro sedikit bingung.

“Kalo berangkat sendiri, pak Satyo nya lagi libur. Dia baru ada besok buat anter kamu. Lagian, Ayah pengen nganter sekolah putra ayah ini” ucap Ayah Samuel sembari ia mengelus surai hitam Alvaro.

“Maksudnya gimana? Kan Al bisa berangkat dan pulangnya jalan kaki” ucap Alvaro yang ia masih tak mengerti. Sontak mereka yang mendengar hal itu mengernyit, apakah Alvaro dulu selalu jalan kaki?!

“Baby selalu jalan kaki?!“ Tanya Angga shock.

“Nggak, kadang aja. Lebih sering naik bus, soalnya banyak telat nya” jawab Alvaro santai namun hal itu malah membuat yang lain mengepalkan tangan mereka merasa geram dengan keluarga Ardiwinata.

“Bhram Ardiwinata sialan! Aku akan membuatmu semakin menderita!“ Batin ayah Samuel kesal.

“Bajing*n! Ingin rasanya aku membunuh mereka ditempat” batin Angga sembari tangannya ia kepal sekuat mungkin.

“Jika begitu, mungkin aku harus memberi hadiah pada keluarga Bajing*n itu, heh. Seharusnya ku patahkan saja satu persatu jari mereka” batin Xavier sadis.

“No, Baby. Kau tak perlu susah seperti itu. Mulai saat ini kalau mau kemana-mana, kau akan diantar dan dijemput oleh kami. Saat ayah atau abang tak bisa, maka akan ada supir dan Bodyguard yang akan mengantar-jemput dan melindungimu” ucap Ayah Samuel yang di angguki oleh Xavier dan Angga.

Tak lama Bunda Lily datang dengan tas suaminya yang ia bawa. Ya, Bunda Lily sedari tadi tak bersama mereka karena mencari tas kerja Samuel. Suaminya ini memang selalu pelupa soal benda pribadinya.

“Kenapa ini? Ayo, berangkatlah. Ini sudah mau siang” ucap Bunda Lily memecah suasana dan di angguki oleh anak juga suaminya.

“Baiklah, ayo Baby. Berangkat bersama ayah” ucap Ayah Samuel yang kemudian Alvaro menjawab dengan anggukan dan senyuman manisnya yang tampak begitu menggemaskan.

“Aww Baby. Itu sangat indah, sini Bunda cium. Muach~” Bunda Lily kemudian mencium kedua pipi Alvaro dengan sayang dan setelah itu ia memeluk bungsunya dengan erat.

“Belajarlah yang baik. Jika merasa sakit ke UKS dan hubungi kedua abangmu, ya?“ Pesan Bunda Lily

“Siap, Bunda~” jawab Alvaro mengangguk.

“Honey, aku tak mendapatkannya?“ Tanya Ayah Samuel dengan tatapan sedih nya.

“No! Cepat antar Baby kita. Nanti dia terlambat!“ Ucap Bunda Lily tegas.

Ayah Samuel seperti seekor kucing yang ditelantarkan pemiliknya, ia berjalan ke mobil dengan lesu. Sedang Xavier dan Angga saling beradu pandang, mereka tak merasa iri. Namun sebaliknya, mereka juga ingin mencium Alvaro.

“Jangan aneh-aneh. Segera berangkat!“ Tegas Bunda Lily yang mengetahui isi pikiran si kembar. Angga memasang ekspresi sedihnya sedang Xavier memalingkan wajahnya yang lalu pergi menaiki motor sport nya.

“Ya ampun, dasar anak dan ayah. Mereka sama saja~” ucap Bunda Lily seolah ini semua tampak melelahkan baginya namun juga menyenangkan karena sedari tadi senyum hangatnya tak pudar.

—-

1
Unknown
Halo guys. terimakasih mau nyempetin baca karya ku ini. mungkin masih banyak kurangnya dalam beberapa hal, tapi aku usahain ceritanya agar tetap seru. sekali lagi terimakasih sudah mampir. and tinggalkan jejak, oky?! ~
Hebe
Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!
Izuku_Uzumaki
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!