Aku hanya sesekali berpapasan dengannya, di lift, di koridor. Ya, dia tampak seperti pria biasa. Hanya sedikit aneh. Wajahnya dingin, tanpa senyum, bahkan nyaris tanpa ekspresi. Walaupun kuakui sebenarnya dia sangat tampan, dengan rambut cokelat berantakan dan mata birunya. Aku baru melihatnya beberapa hari ini. Sepertinya dia baru pindah ke gedung apartemen ini. Dan sepertinya, dia tinggal tepat di samping flatku. Kupikir dia semacam nerd atau apalah itu - Kirana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Magnifica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
AURORA AVE, SEATTLE.
"S hit!" maki Hayden seraya memukul setir mobilnya, ketika melihat Kirana ditarik paksa oleh dua orang pria ke dalam mobil minivan berwarna putih.
Hayden segera menepikan mobilnya dan keluar sembari meraih pistol di pinggangnya. Dia berlari ke arah mobil minivan itu namun dia terlambat. Chevrolet Express itu telah melaju kencang membawa Kirana pergi.
"Son of a B itch (kepa rat)!" makinya penuh amarah.
Hayden berlari menuju mobilnya dan dengan kecepatan tinggi mengejar minivan yang melaju sekitar lima ratus meter di depannya.
Hayden membanting setir masuk ke jalan utama menerobos lampu merah dan menghindari beberapa mobil dari arah kiri - kanannya, hingga sedikit membuat kekacauan lalu lintas di belakangnya.
Mobil minivan terus melaju dan menambah kecepatannya, seperti menyadari mereka sedang dikejar oleh seseorang. Mereka menelusup di antara mobil - mobil lain yang tengah melaju dengan kecepatan sedang.
"B astards (ba jingan)!!" maki Hayden dengan keras.
Dia segera menginjak pedal gasnya hingga mencapai kecepatan 120 kilometer per jam.
Dengan lihai dia menyalip mobil - mobil di dekatnya. Sesekali membanting setir ke kanan atau ke kiri untuk menghindari mobil yang melaju dari arah berlawanan.
Mobil minivan yang kini berada beberapa meter di depan Hayden tiba - tiba berbelok dengan cepat masuk ke free way.
"S hit!" maki Hayden sembari membanting setirnya ke kiri dan menambah kecepatannya.
Satu orang pria melongok dari jendela mobil yang terbuka dan mengarahkan pistol ke kaca depan mobil Hayden.
Dor
Hayden spontan merunduk. Peluru menembus kaca dan lewat hanya beberapa senti saja di atas kepalanya menghantam jok belakang.
"Breng sek!" makinya geram.
Hayden menginjak pedal gasnya sekuat tenaga dan mensejajarkan posisi mobilnya di samping mobil minivan itu.
Tangan kanannya meraih dengan cepat pistol yang ada di atas kursi samping dan mengarahkannya pada pria yang kini tengah bersiap untuk menembaknya kembali.
Dor
Satu peluru menembus leher pria itu. Dia tersungkur ke dashboard.
Hayden membanting setirnya ke kiri dan menabrakkan samping mobilnya pada mobil minivan itu. Tidak terlalu keras, hanya untuk memepetnya ke sisi jalan. Mengingat ada Kirana di dalam sana.
Sraakk
Satu gesekan keras dari Hayden membuat mobil minivan itu terdesak ke sisi jalan. Hayden tak menyia - nyiakan kesempatan untuk terus mendesaknya hingga mobil pun berhenti karena menabrak pembatas jalan.
Hayden keluar dari mobilnya. Melangkah dengan cepat menghampiri mobil yang kini
dipenuhi asap pada bagian mesin depan, dan mengarahkan pistolnya pada si supir.
Dor
Dor
Dua peluru dia muntahkan mengenahi kepala dan dada pria itu hingga tewas seketika.
Dengan nafas memburu dia membuka pintu belakang dan mendapati Kirana tengah diapit oleh seorang pria kulit putih bertubuh besar.
Kirana terkejut melihat Hayden namun ada kelegaan di matanya.
Pria itu hendak mengarahkan pistol ke arah Hayden namun dengan cepat Hayden menembak lengannya. Pistol pria itu terjatuh. Dia mengerang kesakitan sembari bersumpah serapah.
Hayden menarik kerah baju pria itu dan menyeretnya keluar mobil.
Di luar, Hayden menghajarnya habis - habisan tanpa ampun.
Bukkk
Bukkk
Dua bogem mentah Hayden menghantam perut pria itu dengan telak. Dia tersungkur. Namun Hayden kembali menarik kerah baju bagian belakang pria itu.
Dua pukulan mendarat di wajah pria itu. Darah mengalir dari hidung dan sudut mulutnya.
"Hayden!" seru Kirana seraya menghambur ke arah Hayden yang tengah bersiap - siap untuk melayangkan satu pukulan lagi.
Sekilas Kirana melihat betapa menakutkannya wajah Hayden yang penuh dengan amarah.
Hayden menarik lengan Kirana dan membawanya ke belakang punggungnya.
"Close your eyes (tutup matamu)!" Hayden menutup mata Kirana dengan telapak kanannya.
Dor
Dor
Tangan kirinya menarik pelatuk pistolnya dan menghadiahi pria yang sudah babak belur di depannya itu dengan dua peluru di dadanya.
Dia terjatuh.
Suara sirine sayup - sayup terdengar. Dua mobil polisi bergerak mendekat dan berhenti beberapa meter dari tempat Hayden dan Kirana berdiri.
Empat orang polisi keluar dari kedua mobil dan mengarahkan pistol di tangan mereka pada Hayden.
"Freeze! Put your hands up (jangan bergerak! angkat tangan)!"
Hayden tersenyum pada Kirana. Lalu mengangkat tangannya yang masih memegang pistol dan memandang ke arah empat orang polisi yang mengarahkan pistol padanya, dengan wajah dinginnya.
"Buang senjatamu!" salah seorang polisi memberi perintah.
Hayden tersenyum miring. Lalu dengan malas melempar pistolnya beberapa meter dari kakinya.
Dua orang polisi bergerak cepat meringkus Hayden. Satu orang memeriksa dua mayat di dalam mobil, dan satu mayat yang tergeletak di samping mobil.
"Are you okay, Miss (kau baik - baik saja, Nona?" Salah seorang polisi membimbing Kirana masuk ke dalam mobil polisi.
"Tunggu, kalian tidak boleh menangkapnya. Dia yang menolongku dari para penculik itu!" seru Kirana begitu melihat Hayden didorong masuk ke dalam mobil terpisah.
"Kau akan menjelaskannya di kantor polisi, Nona."
Kirana menatap Hayden yang tersenyum ke arahnya dari balik kaca mobil. Gadis itu menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya seraya menggeleng pelan.
"Silahkan masuk ke dalam mobil, Nona."
***
Matthew melangkah terburu - buru menuju ruang interogasi. Di sana ada dua orang rekannya yang tengah menatap ke dalam ruangan yang terpisah oleh cermin dua arah.
Di sana ada Hayden yang tengah duduk menyilangkan kedua lengannya di dada dengan tenangnya.
"Hmm .... Hayden Vestergard," gumamnya.
"Menurut keterangan Nona Rogers, dia membunuh ketiga bandit itu untuk menyelamatkannya dari aksi penculikan tadi sore." Salah seorang rekannya yang bernama Jonathan, berujar.
"Dia tersangka atas pembunuhan James Adams, Clark Rogers dan The Devil's Triangle," sahut Matthew cepat.
Matthew memberi isyarat pada Jonathan untuk mengikutinya masuk ke dalam ruang interogsi di mana Hayden berada.
Di dalam ruangan berukuran lima kali enam itu, Hayden menatap Matthew yang kini telah duduk di seberang meja di hadapannya.
"Kita bertemu lagi, Mr. Vestergard," ucap Matthew membalas tatapan tajam mata Hayden.
Hayden tak bergeming. Wajahnya tetap terlihat tenang.
"Kau tahu bukan kenapa kau ada di ruangan ini?"
"Hmmm ...."
"Mari kita buat semuanya menjadi lebih mudah. Aku tahu apa yang telah kau lakukan baru - baru ini."
"Aku punya bukti, kau tidak bisa mengelak," lanjut Matthew. "Peluru - peluru yang ada di tubuh James Adams, Clark Rogers, dan mayat - mayat di The Devil's Triangle berasal dari Fn 57 usgmu."
Hayden terbahak. "Ohya?"
"Akui kalau kau bersalah. Mungkin itu bisa meringankan hukumanmu."
Hayden mendecih. Lalu menatap Matthew dengan tatapan mata sinis.
Matthew mencondongkan badannya mendekat ke arah Hayden.
"Aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan pada Kirana. Bagaimana bisa dia dekat dengan seorang penjahat yang telah membunuh Ayahnya sendiri." Matthew mendecih. "Kau memanipulasinya, Hayden?
Hayden mengepalkan kedua telapak tangannya geram. Tatapannya pada Matthew semakin tajam.
"Kupastikan kau tidak akan bisa mendekati Kirana lagi. Kau akan membusuk di penjara." Matthew berucap setengah berbisik.
"Ba jingan kau!" maki Hayden seraya menarik kerah baju Matthew dan menghantam pelipis pria itu dengan keningnya sendiri.
"Son of a B itch!" Matthew berseru seraya melayangkan tinjunya pada wajah Hayden dengan sangat keras. Darah mengalir dari hidungnya yang sepertinya patah.
Jonathan yang sedari tadi berdiri di belakang Matthew segera memegangi pria itu untuk mencegahnya melancarkan pukukan untuk yang kedua kalinya. Dia mengambil borgol di pinggangnya dan segera memborgol pergelangan tangan Hayden.
"Sit down (duduk)!" bentak Jonathan pada Hayden seraya menekan bahunya hingga Hayden pun terduduk di kursinya.
Jonathan mendorong pelan punggung Matthew keluar dari ruang interogasi.
"What the hell was that, Matt? You were not being professional at all (apa itu tadi, Matt, kau sangat tidak profesional)."
"Dasar Breng sek!" makinya seraya memukul dinding.
Jonathan menggeleng tak percaya rekannya ini akan bersikap bar bar pada orang yang sedang diinterogasinya.
Deru nafas Matthew memburu. Terlihat dia kesulitan menenangkan dirinya. Dia menatap tajam ke arah ruangan di mana Hayden berada.
***
Kirana beranjak dari duduknya ketika melihat Matthew menghampirinya sembari menyunggingkan senyum.
"Matt, di mana Hayden?" tanya Kirana seraya menarik jas yang dikenakan oleh Matthew.
"Kira, aku antar kau pulang."
"No!" sergah Kirana. "Tell me where is he (katakan padaku di mana dia)!"
Matthew menghela nafas dalam - dalam.
"There's nothing I can do, Kira .. you know he's guilty of your dad's murder (tidak ada yang bisa kulakukan, Kira .. kau tahu dia bersalah atas pembunuhan Ayahmu)."
Tubuh Kirana lemas seketika.
Dia terduduk di kursi seraya menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.
What should I do now (apa yang harus aku lakukan sekarang).
***
***
intinya cerita kak lady selalu T O P B A N G E T👍👍