NovelToon NovelToon
Alika Bidadari Surgaku

Alika Bidadari Surgaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Miena

Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.

Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.

Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.

Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.

Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?

Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?

IG : miena_checil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Opname part 2

Dimas sudah kembali ke kantor dengan perintah Farel. Terlihat Farel masih mondar-mandir di depan kamar perawatan Alika. Hatinya tidak tenang ketika dia berada di luar.

Bagaimana kalau selang infusnya lepas? Bagaimana kalau demamnya tidak turun? Bagaimana kalau dia butuh sesuatu?

Batin Farel berperang dengan sendirinya, kembali melihat keadaan Alika dari luar pintu kamarnya sampai tepukan di pundaknya mengagetkan dirinya.

"Lu ngapain disini?" tanya Dokter Roni yang bekerja di rumah sakit Ayah Farel. Dia adalah teman kampus Farel. Dia juga adalah dokter yang menangani Abizar adik Alika.

Farel menghadap ke asal suara. "Gue lagi nungguin sekretaris gue, dia lagi sakit." Kata Farel sambil menunjuk ke arah kamar perawatan Alika.

Dokter Roni tertawa. "Sejak kapan lu nungguin orang sakit? dan kenapa lu nungguinnya di luar kenapa gak di dalam?" tanya Dokter Roni yang bekerja menjadi dokter saraf di rumah sakit ini.

Farel diam tak bersuara, dia bingung mau menjawab apa. Benar yang di katakan temannya itu kenapa menunggu pasien harus di luar ruangan?

Karena tak kunjung menjawab pertanyaannya akhirnya Dokter Roni langsung merangkul pundak Farel. "Ayo ke ruangan gue," katanya sambil berjalan.

"Tapi gue..." Farel menolak ajakan temannya itu dan menunjuk kamar perawatan Alika.

"Emang orang sakit mau kemana? Kabur? Udah ayo kita bicara di ruangan gue," ajak Dokter Roni sambil merangkul Farel dan melangkah pergi meninggalkan ruang perawatan Alika.

*

Tak selang beberapa lama teman kantor se tim Alika datang menjenguk Alika. Pak Herlambang dan sekretarisnya Doni juga ikut ke rumah sakit.

"Al lu gak pa-pa kan?" tanya Desi yang duduk di kursi sebelah pembaringan Alika.

"Aku gak pa-pa," jawab Alika masih dengan suara lemahnya. Kini dia sedang duduk bersandar di bangkar pembaringannya.

"Kami khawatir banget sama kamu, tapi alhamdulilah kalau kamu gak pa-pa sekarang," ucap Nadia yang kini bersandingan dengan Alika sambil memeluk Alika dari samping.

"Ambillah cuti, kau pasti kelelahan karena pekerjaan yang menumpuk," ucap Pak Herlambang yang berdiri.

"Saya tidak pa-pa Pak, besok juga saya akan kembali bekerja," jawab Alika.

"Tidak! kau harus istirahat penuh, jika tidak Farel pasti akan marah," lanjut Herlambang dengan penekanan di setiap kalimatnya. Pembicaraan di kantor sudah heboh tadi saat Farel menggendong Alika keluar dari perusahaan. Alika tidak tau sepanik apa tadi Farel di kantor.

Alika hanya pasrah mendengar perkataan dari Direktur utama. Tidak mau memperdebatkan masalah ini, lagipula kondisi tubuhnya saat ini masih lemah. Jika di paksakan Alika takut akan pingsan lagi nanti.

Desi, Nadia, Dimas, Andre dan Riko saat ini sedang mengobrol di sofa yang berjarak beberapa meter dari pembaringan Alika. Ruang perawatan VVIP ini memang di desain lumayan besar karena memang rumah sakit ini tergolong rumah sakit terbaik di Ibukota.

Alika memanggil Doni dengan isyarat tangan. Sekretaris Pak Herlambang itu sedang berdiri tak jauh dari tempat pembaringannya. Berjalan mendekati Alika yang tengah duduk bersandar.

"Ada apa?" tanya Doni yang sudah berdiri tepat di sebelah Alika.

"Saya ingin bertanya, apakah anda yang memberi tau Pak Farel jika Pak Herlambang membantu biaya pengobatan adik saya?" tanya Alika yang dari dulu penasaran, bagaimana Farel bisa tau tentang hal itu.

"Tidak!" jawab Doni seraya menggelengkan kepala. "Saya dan Tuan Besar tidak pernah memberi tahu tentang pengobatan adik kamu kepada Tuan Muda Farel. Memangnya ada apa?" tanya Doni yang ikut penasaran.

Alika terkejut dengan pernyataan Doni. "Tidak apa-apa saya hanya penasaran saja bagaimana Pak Farel bisa tau tentang pengobatan Abizar yang di biayai oleh Pak Herlambang," jelas Alika.

Doni terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Apa perlu kita selidiki bagaimana Tuan Muda Farel bisa tau tentang masalah ini?" tanyanya lagi.

"Tidak usah," jawab Alika seraya menggelengkan kepalanya dan sedikit tersenyum. "Lagi pula itu bukan masalah besar," lanjut Alika.

Jika bukan Pak Herlambang dan Pak Doni yang memberi tau Pak Farel, lalu siapa? Dan sampai kapan Pak Farel mengancam ku terus menggunakan nama Abizar jika aku tidak menuruti perintahnya? Batin Alika sambil memperhatikan teman-temannya bergurau di sofa.

*

Tawa Dokter Roni semakin pecah di ruangannya. Entah kenapa melihat Farel seperti itu menjadi bahan lelucon di matanya. "Jadi lu di suruh keluar dari ruang perawatan sekretaris lu?" kata Dokter Roni yang masih tertawa. Dia tau kalau Alika sekretaris Farel adalah kakak dari Abizar Kurniawan, pasien yang kini di tanganinya.

"Iya, karena kita bukan muhrim. Lelaki dan perempuan yang tidak di ikat dengan perkawinan di larang keras satu ruangan gitu katanya. Jadi sekretaris gue gak ngijinin gue masuk," jawab Farel sambil menahan kesal karena dirinya tidak di ijinkan masuk oleh Alika.

Dokter Roni kembali tertawa melihat wajah Farel yang menahan kesal "Dia cewek lu ya?" tebaknya.

Farel seketika terdiam mendengar perkataan teman satu kampusnya itu.

"Kenapa? dia bukan cewek lu ya? atau lu suka sama dia tapi dia gak suka sama lu?" tanya Dokter Roni lagi sambil di selingi dengan tawanya. Melihat Farel yang masih terdiam dirinya sudah bisa memastikan kalau Farel memang ada perasaan dengan sekretaris itu.

"Gue..." Farel menggantungkan kalimatnya.

"Rel lu gak mungkin kayak gini kalau lu gak ada perasaan sama sekertaris lu itu," kata Dokter Roni yang sudah bisa mengontrol tawanya. "Sebenarnya lu tau gak sih yang namanya jatuh cinta itu seperti apa?" tanyanya lagi namun di tanggapi kerutan dahi oleh Farel.

"Dari penerawangan gue sikap lu berubah, lu juga care sama Alika. Mana ada atasan yang jagain sekretarisnya sakit? itu gak ada Rel, gue cuma nemuin lu doang," ucap Dokter Roni.

"Kalau boleh gue kasih saran, jika lu emang suka sama sekretaris lu itu mending lu kejar dia, jangan sampai dia keburu di miliki oleh orang lain," nasehatnya.

Dulu bang Dimas yang bilang gini ke gue, terus sekarang Roni ikut-ikutan bilang gitu ke gue. Batin Farel sambil menghela nafas.

"Oh iya by the way gue makasih ya, karena dulu lu udah ngasih tau gue perihal bokap gue yang membiayai pengobatan adik Alika," kata Farel dan di balas anggukan kepala oleh Dokter Roni.

"Oh ya lu gak mau nengokin Abizar adik Alika? Secara kan kalau lu jadian sama Alika dia bakalan jadi adik ipar lu?" tanya Dokter Roni sambil di selingi tawa.

"Apaan sih lu Ron, gue masih belum ada waktu. Kapan-kapan kalau ada waktu gue pasti nengokin dia," jawab Farel sambil memainkan ponselnya.

Farel memang dulu tidak sengaja datang ke rumah sakit ayahnya sekedar untuk menyapa teman kuliahnya dulu yakni Dokter Roni. Pertemanan antar keduanya tercipta saat duduk di bangku kuliah dulu.

Sebagai Dokter yang di tugaskan untuk menangani Abizar membuat Dokter Roni paham betul bagaimana ayah Farel bertanggung jawab penuh tentang pengobatan Abizar. Dari mendatangkan Dokter terbaik dari luar negeri dan bekerja sama dengan Dokter Roni selaku dokter saraf di rumah sakit ini.

Farel sangat terkejut saat pertama kali mengetahui bahwa ayahnya membiayai pengobatan Abizar. Namun seiring berjalannya waktu dia memakai alasan itu untuk mengancam Alika jika Alika tidak melaksanakan perintahnya. Dan semakin lama Farel menggunakan ancaman itu sebagai kebiasaan menggoda Alika.

Bersambung

1
Raini
pemilik jam tangan itu adalah Alika.
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
Rina Kurniawati
tau dong
Rina Kurniawati
aduh jadi sedih banget
Muh Kamal
ceritany menarik
Styvn rzk
mampir thor
Hera
ceritanya menarik
Hera
udah salah sangka aja alika ya 😊
VERALI
Pavoritkan dulu ah bari mampir..
yune hemawan
ini kok sedih bngt
Mia Ijaya
awal dh tabur bawang thorr
Mia Ijaya
smg bcaany gk mmbosankan
.
Happyy
😘😘😘
Jumadin Adin
jgn sampai farel kenapa napa ya thoorr
Jumadin Adin
harta menjadikan buta om hendra,kasian orang tuanya yg mewariskan...membuat saudara jd berantakan
Jumadin Adin
emak2 ganjen...ingat umur bukkk
Jumadin Adin
pria misterius suruhan om hendra ya...pamannya fatel
Jumadin Adin
posesif apa cemburu ya si farel
Jumadin Adin
semoga bahagia trus
Silvia Karim
yg suami mikir kekanan yg istri mikir kekiri.pemikiran yg bertolakbelakang tp bikin ngakak😂
Silvia Karim
kasian banget dr Roni
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!