NovelToon NovelToon
Derajat Rumah Tanggaku

Derajat Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:9.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nona Marwa

Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi

Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.

Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.

Follow Ig author @nonamarwa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

Jangan lupa like, vote dan komentarnya teman-teman

Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa

🌹HAPPY READING,🌹

Saat ini Ibra, Dee, Al, Kevin dan Agam tengah menikmati sarapan bersama. Semua fokus dengan makanannya. Hanya dentingan sendok yang terdengar memecah keheningan. Dee yang teringat sesuatu langsung menghentikan makannya dan menoleh kepada Ibra.

"Eemm... Mas, sejak kepulangan Adek dari penjara, Adek belum ketemu Ayah sama Bunda. Boleh tidak kalau hari ini kita ke rumah Ayah?" Tanya Dee tiba-tiba.

"Uhuk, uhuk," Ibra langsung tersedak mendengar permintaan Dee yang tiba-tiba. Wajahnya sampai memerah karena tersedak makanannya sendiri. Agam dan Kevin hanya diam. Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena menurut mereka sudah seharusnya Dee mengetahui semuanya.

"Hati-hati, mas. Ini minum dulu, Mas," ucap Dee memberikan segelas air kepada Ibra. Tangannya mengusap pundak Ibra agar merasa lebih enak.

Ibra menerima minumnya dan meneguk habis minuman tersebut. "Terimakasih, sayang," ucap Ibra setelah menghabiskan minumnya.

Setelah dirasa Ibra cukup tenang, Dee mengulangi kembali pertanyaannya. "Jadi gimana, Mas. Adek boleh, ya, ke rumah Ayah sama Bunda?" ucap Dee memohon kepada Ibra.

Ibra mengalihkan pandangannya kepada Kevin dan Agam, berharap sahabat-sahabatnya itu akan membantu. Tapi Kevin dan Agam malah menunduk melanjutkan makan mereka. Agam menghela nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan Dee.

"Sayang, kit-"

"Umi mau ninggalin Al sama Abi?" ucap Al cepat memotong perkataan Ibra. Matanya sudah berkaca-kaca. Karena setahunya, Opa dan Omanya sudah meninggal. Dan orang yang meninggal tidak akan pernah kembali.

Dee terkejut mendengar ucapan anaknya.

"Al bicara apa, nak? Umi hanya ingin bertemu Opa dan Oma, bukannya mau ninggalin Al sama Abi," ucap Dee lembut.

Sebelum menjawab perkataan Uminya, Al menoleh kepada Ibra meminta izin untuk melanjutkan ucapannya. Ibra menggelengkan kepala sambil menatap Al, mengisyaratkan agar anak itu tidak memberitahu Uminya. Al tidak mempedulikan larangan Ibra, dia kembali menatap ke arah Dee.

"Umi jangan susul Opa sama Oma. Nanti Al disini dengan siapa, Umi. Opa dan Oma sudah di sulga," ucap Al memberitahu Dee

DEG

Dee tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Sendok yang tadi dia pegang jatuh bebas ke lantai. Badannya lemas mendengar ucapan anaknya. Tak terasa air matanya mengalir. Al yang melihat Uminya menangis merasa bersalah. "Umi, maafin Al. Al tidak bermaksud membuat Umi sedih," jawab Al takut. Kepalanya menunduk dalam tidak berani menatap Uminya.

Dee tidak menghiraukan ucapan Al. Dia menatap semua orang yang ada di meja makan. "Apa disini hanya aku yang tidak tahu?" tanya Dee menatap Ibra, Kevin dan Agam satu persatu.

Mereka semua hanya diam, tidak ada yang berani membuka suara. "JAWAB!" pekik Dee memukul keras meja makan.

Semua terlonjak kaget. Al gemetar melihat kemarahan Uminya. Apa ini salahnya sampai Uminya semarah itu? Dia hanya ingin memberitahu keberadaan Opa dan Omanya kepada Uminya, apa itu salah? pikir Al.

"Sayang tenang dulu, ya. Dengar-"

"Dengar apa? Dengar jika Ayah dan Bundaku sudah meninggal? Dengar bahwa aku sekarang ini yatim piatu? IYA, HA!" teriak Dee marah menatap Ibra dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Bukan begitu," ucap Ibra lembut berusaha membujuk Dee.

Belum selesai Ibra berbicara, Dee berlari meninggalkan meja makan dan pergi ke kamarnya.

"Sayang."

"Dee."

"Dee."

"Umi."

Panggil Mereka semua melihat kepergian Dee. Dee tidak menghiraukan panggilan mereka. Dia terus berlari menuju kamar sambil menangis.

BLAM

Pintu kamar ditutup dengan sangat keras dan terdengar sampai ke meja makan.

"Ib, Lo susul Dee," ucap Agam. Ibra mengangguk dan berdiri dari duduknya. Dia memeluk Al sebelum pergi menyusul Dee. "Al jangan takut. Ini bukan salah Al. Al tunggu disini dengan Uncle Agam dan Uncle Kevin, ya?" ucap Ibra lembut menenangkan Al. Dia tidak tahan melihat anaknya yang gemetar karena takut melihat kemarahan Uminya.

Al mengangguk dalam pelukan Abinya. "Jangan sampai menyakiti Umi, ya , Abi," ucap Al. Karena dia takut Ibra akan memarahi Dee.

Ibra tersenyum mendengar penuturan anaknya. Sungguh besar kasih sayangnya kepada Dee. "Iya, sayang," jawab Ibra. Setelah itu Ibra meninggalkan meja makan dan menyusul Dee ke kamarnya.

"Uncle, apakah Al salah berbicara seperti itu kepada Umi?" tanya Al kepada Kevin.

Kevin menggeleng, "Bukan salah, Al. Sudah seharusnya Umi Al tahu tentang Opa dan Oma Al. Jadi Al jangan takut, ya," ucap Kevin berusaha menenangkan Al.

Al hanya menganggukkan kepala. Hatinya tidak tenang kalau belum melihat bagaimana keadaan Uminya.

Perlahan Ibra membuka pintu kamar. Hatinya sakit melihat istrinya menangis memeluk kedua lututnya di sudut kamar. Ibra berjalan perlahan mendekati Dee.

"Sayang," panggil Ibra lembut setelah ia ikut duduk bersimpuh di depan Dee.

Dee hanya diam dan menangis.

"Sayang, kalau kamu seperti ini, aku dan Al bisa ikutan sedih?" ucap Ibra. Dee tatap diam. Tidak ada niat untuk menjawab setiap perkataan suaminya.

Dee terus menangis. Bahunya semakin bergetar. Dia merasa tidak berguna dan menjadi anak yang durhaka. Bahkan dia tidak dapat menemani masa-masa terakhir orang tuanya. Ibra yang tidak kuat melihat keadaan istrinya langsung membawa tubuh Dee kepelukannya. Dee tidak melawan dan tidak membalas pelukan Ibra. Dia membiarkan Ibra memeluk tubuhnya. Cukup lama Ibra memeluknya, hingga akhirnya Dee melepaskan pelukan Ibra dari tubuhnya.

"Maaf, sayang. Waktu Ayah dan Bunda meninggal kamu berada di dalam penjara," ucap Ibra mencoba menjelaskan kepada Dee.

Dee mengusap kasar air matanya. Dia menatap dalam mata Ibra. "Apa aku begitu tidak penting, sampai kedua orang tuaku meninggal aku tidak di beri tahu."

Ibra menggeleng tidak menyetujui penuturan istrinya.

"Apa aku begitu terlupakan, sampai tidak satupun orang menemui ku di dalam penjara untuk memberitahu berita duka kematian orang tua ku?"

Ibra kembali menggeleng. Dia berusaha meraih tangan istrinya, namun dengan cepat Dee menepis tangan Ibra.

"Begitu besar rasa benci kalian kepadaku, Mas? Ayah dan Bunda tidak meninggal dalam waktu bersamaan, bukan? lalu mengapa kalian tidak berbaik hati sedikit saja untuk memberitahu aku, Mas?" tanya Dee dengan suara bergetar menahan tangis. Ibra hanya diam dengan kepala menggeleng tidak membenarkan setiap ucapan Dee. Ibra tidak tahu harus menjawab apa setiap ucapan istrinya.

"Kalian telah berhasil membuat aku menjadi seorang anak yang durhaka, Mas," Ucap Dee dengan tangis yang tidak bisa dia tahan.

"Aku belum meminta maaf kepada Ayah dan Bunda untuk semua kesalahanku. Bahkan, Ayah dan Bunda meninggal dengan membawa penyesalan mereka memiliki anak seperti ku, Mas. Aku belum meminta maaf untuk itu," ucap Dee dengan tangis yang tak kunjung hilang.

Ibra tidak tahan lagi, dia memaksa untuk memeluk tubuh Dee. "Tidak begitu, sayang. Ayah dan Bunda sudah memaafkan mu," ucap Ibra.

Dee memukul keras dada Ibra menyalurkan rasa marah, kecewa dan penyesalan yang ada dalam dirinya. Dia tidak tahu harus menyalahkan siapa. Belum sepenuhnya di merasa bahagia, kini dia harus dipaksa menerima kenyataan kembali bahwa kedua orang tuanya telah meninggal dunia.

......................

Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.

Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.

Author sayang kalian 🌹🌹😘

1
#ayu.kurniaa_
.
Sri Rahayu
kasian dee/Sob//Sob/
Nur Aulia
terlalu banyak bawangnya tor,aku JD 😭😭
Rini Amelia
Luar biasa
Nur Aulia
suami jolim banget SM istri,, katanya CEO tp bodoh,,bukanya di cari dl siapa yg salah,,jgn main hakim sendiri
Qaseh Khadijah
Kecewa
Qaseh Khadijah
Buruk
Qaseh Khadijah
Kecewa
Qaseh Khadijah
Buruk
Novianty 01
karya yg sangat luar biasa😊😊
Ratnasihite
selalu nangis dgn pelajaran novel ini bagud👍
Ratnasihite
aq nangis baca novel ini jd inget alm mama papa
dugong
Luar biasa
punya tian
lagian aku greget anjayy ama si dee
Yushfi 853
Luar biasa
Nnek Titin
kena deh d prank ibraa
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
Nnek Titin
padahal ijab kabul nya ga sah tuh Thor pengucapan nya ga pake Binti
Nnek Titin
ooohhgg melowww
Nnek Titin
ko bisa giniiii thooorr nangis akuuuu
berbahagialah dee
Nnek Titin
waaah untung besar dong ibunya Jaka dapet duit banyaak
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!