NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 35: Kota Iblis Naga dan Kunci Abadi Keempat

Cahaya dingin menari di permukaan laut es ketika kapal spiritual Ning Rou menembus lapisan kabut abu-abu. Di atas haluan, Yu Chen berdiri dalam keheningan. Cermin Langit Waktu melayang di hadapannya, memantulkan ribuan bayangan dunia — masa lalu, kini, dan masa depan yang berlapis-lapis seperti sisik naga transparan.

Ia menutup mata, menyalurkan Hukum Ruang dan Hukum Waktu yang kini berputar sinkron dalam jiwanya. Cermin bergetar lembut. Di sekeliling mereka, angin berhenti, langit membeku; lalu suara patahan udara terdengar — “krak”, dan ruang di depan kapal terlipat seperti tirai disibak tangan raksasa.

Kapal spiritual lenyap, muncul kembali sejauh ratusan li di depan.

Ning Rou terpana. “Itu… Teleportasi?”

“Bukan,” jawab Yu Chen lembut, “ini hanya melipat jarak, bukan meniadakannya. Masih ada waktu di antara dua titik, hanya dipadatkan.”

Setiap percobaan melipat ruang memperdalam pemahamannya. Ia mulai merasakan denyut halus antara dua detik; bagian dari dirinya yang terpisah, bergerak di antara sela-sela waktu. Di sinilah benih Void Kecil mulai tumbuh — Ranah Kehampaan pertama yang hanya dimengerti mereka yang telah membelah jiwa dari tubuh.

Malam turun perlahan. Ning Rou duduk di dekat kemudi, wajahnya diterangi lampu formasi berwarna biru.

“Chen… aku ingin menceritakan sesuatu,” ujarnya lirih.

Ia mengangguk, tetap menatap horizon.

“Dulu, Klan Ning menciptakan pil yang disebut Ling Mo Dan — Pil Roh Bayangan. Kami yakin itu akan memperpanjang hidup para tetua. Tapi pil itu mencuri vitalitas murid-murid muda. Ayahku memerintahkanku menyempurnakannya.”

Suara Ning Rou bergetar. “Sejak hari itu, aku bersumpah takkan lagi mengubah kehidupan demi kekuasaan.”

Yu Chen memejamkan mata. “Maka kau memilih keheningan yang panjang, sama seperti aku.”

Ning Rou tersenyum tipis. “Keheningan bukanlah penyesalan. Hanya ruang di mana hati bisa pulih.”

Kapal spiritual meluncur lebih jauh ke utara, menembus wilayah terlarang. Setelah tiga hari perjalanan, Cermin Langit Waktu berdenyut dan memantulkan citra hitam—bayangan raksasa di balik kabut.

“Di sana,” bisik Yu Chen. “Kota Iblis Naga.”

Kabut di depan mereka berubah warna — dari abu-abu menjadi ungu gelap. Suara guntur terdengar samar di bawah tanah. Dari jauh tampak menara batu menjulang, ujungnya melingkar seperti tanduk naga. Dinding kota tidak terbuat dari batu biasa, melainkan dari tulang-tulang hitam yang berdenyut cahaya merah.

Ning Rou menarik napas panjang. “Kota ini… hidup.”

“Bukan kota,” ujar Yu Chen. “Ia adalah tubuh leluhur mereka yang disegel.”

Legenda lama berbicara tentang Kaisar Naga Hitam, makhluk purba yang dikutuk oleh Langit Abadi karena menantang hukum waktu. Tubuhnya membatu menjadi kota, jiwanya terpecah menjadi tujuh fragmen yang melahirkan Ras Iblis Naga. Di sinilah Yu Chen kini berdiri — di atas sejarah yang mungkin berakar dalam darahnya sendiri.

Mereka menyembunyikan kapal di lembah es dan berjalan kaki. Yu Chen mengubah tubuh jiwanya menjadi kabut cahaya, melindungi Ning Rou dengan lapisan waktu yang melambat. Setiap langkah mereka tak meninggalkan jejak; setiap desahan angin berhenti sesaat sebelum menyentuh kulit.

Gerbang kota dijaga dua Iblis Naga bersayap perunggu. Kulit mereka berkilat, mata merah menyala, tubuh mereka menjulang empat meter. Di atas kepala mereka berputar simbol Formasi Elemen Alam — segel gabungan api, tanah, dan logam.

Yu Chen menunduk, melangkah di antara ruang-ruang kosong yang hanya bisa dilihat lewat pantulan Cermin Langit Waktu. Ia berjalan di garis waktu yang tak terjamah; penjaga itu berdiri membeku seperti patung.

Begitu mereka melewati gerbang, aroma besi dan darah menguar. Jalanan di dalam kota terdiri dari lempengan hitam, setiap langkah memantulkan cahaya merah tua. Warga Ras Iblis melintas—kulit mereka bersisik, tubuh tegap, mata berwarna keunguan.

“Jangan gunakan Qi,” bisik Yu Chen. “Energi mereka beresonansi dengan setiap percikan spiritual. Sekali salah, kita terdeteksi.”

Mereka berbelok ke gang sempit, menuju bawah tanah. Di sana, melalui Cermin Langit Waktu, Yu Chen melihat kilau cahaya keemasan samar—resonansi dari tiga Kunci Abadi yang telah dimilikinya.

Kunci Keempat bergetar… menjawab panggilan. Lokasinya — di bawah kuil pusat, di ruang harta kuno yang dijaga formasi sembilan lapis.

Namun langkah mereka terhenti ketika suara dalam bergema dari ujung koridor.

“Manusia… berani juga menjejak tanah leluhurku.”

Sosok tinggi bersayap hitam keluar dari kegelapan. Matanya keperakan, auranya seperti badai tak berujung. Ia mengenakan jubah dari kulit naga, dan di dahinya berkilau tanda spiral — simbol darah naga purba.

Yu Chen menatap, dadanya menegang. Ia tahu nama itu dari catatan He Feng.

Xue Yin, Pangeran Iblis Naga — pewaris Kaisar Naga Hitam.

Aura mereka saling berbenturan tanpa suara; udara di antara keduanya terbelah. Xue Yin menyipitkan mata, lalu tersenyum samar.

“Lucu… kenapa darahmu menyanyi dengan nada yang sama seperti milikku?”

Yu Chen tidak menjawab. Ia menutup Cermin Langit Waktu dan menurunkan suhu ruang.

“Aku hanya pengelana,” katanya.

“Tidak, kau pewaris,” sahut Xue Yin tajam. “Darah Naga Hitam tidak mengalir di tubuh manusia biasa.”

Dalam sekejap, Xue Yin mengangkat tangannya; pilar api hitam menyembur. Yu Chen menekan segel waktu. Api membeku di udara seperti lukisan. Ia melangkah satu detik ke masa depan, keluar dari lintasan serangan, dan melepaskan riak ruang yang mendorong Pangeran itu mundur satu langkah.

Kedua mata Xue Yin berkilat. “Menarik… Hukum Waktu manusia.” Ia tertawa kecil. “Tapi di tanahku, waktu tunduk pada darah naga.”

Ia membentangkan sayap; ribuan bulu hitam berubah menjadi tombak. Serangan hujan cahaya menembus ruang. Yu Chen memanggil Gelembung Kehampaan — ruang mini hasil latihannya. Semua tombak itu lenyap begitu menyentuh perbatasannya.

Namun tekanan spiritual Xue Yin masih mengguncang tulang. Yu Chen tahu ia takkan mampu menandingi Ras Iblis di ranah ini tanpa menguasai sepenuhnya Void Kecil. Ia menatap Ning Rou. “Pergilah ke kapal. Tunggu di luar dinding.”

Ning Rou menggeleng. “Aku tidak akan—”

“Ini perintah,” potongnya lembut. “Jika aku gagal, kunci keempat tak boleh jatuh ke tangan mereka.”

Ning Rou menggigit bibir, lalu berbalik lari, menutup dirinya dengan kabut obat pelindung. Xue Yin tidak mengejar; matanya hanya tertuju pada Yu Chen.

“Ayo, pewaris palsu. Tunjukkan apakah waktumu benar-benar milikmu.”

Yu Chen menarik napas dalam. Cermin Langit Waktu terangkat, berputar cepat hingga membentuk pusaran. Di permukaannya, pantulan kota berubah—menunjukkan lapisan ruang yang saling tumpang-tindih: dunia nyata, dunia bayangan, dan dunia yang terlipat.

Ia menatap ke dalam refleksi itu dan memahami: setiap lapisan ruang memiliki waktu sendiri. Bila ia mampu menyatukannya, ia bisa menciptakan ruang tanpa masa — itulah Void Kecil.

Sementara Xue Yin menyerang, Yu Chen menembus gelembung demi gelembung ruang. Pedang jiwa-nya memancarkan cahaya putih yang nyaris tak terlihat. Satu ayunan — dan seluruh area di antara mereka terhapus dari eksistensi sepersekian detik.

Serangan lawan menembus kehampaan, menguap sebelum sempat menyentuhnya.

Ruang di sekeliling mereka terdistorsi. Dinding kota bergetar; tanda-tanda kuno di lantai mulai bersinar. Xue Yin berhenti, menatap dengan mata melebar.

“Tidak… itu teknik para leluhur!”

Yu Chen menunduk, menatap bayangannya sendiri di Cermin. “Aku bukan pewaris mereka,” katanya pelan, “aku hanya meminjam waktu yang pernah mereka buang.”

Ia menggenggam udara. Gelembung kehampaan tumbuh, menelan separuh kuil. Segala suara lenyap. Dalam diam mutlak itu, Yu Chen melihat cahaya keemasan di dasar altar — Kunci Abadi Keempat.

Bentuknya seperti kristal naga bersayap, memancarkan pola yang sama dengan Cermin Langit Waktu. Ia melangkah maju, melewati Xue Yin yang kini terperangkap dalam ruang beku, dan menyentuhnya.

Begitu kulitnya bersentuhan, aliran cahaya melonjak ke langit. Empat kunci beresonansi — melukis simbol formasi kuno di udara: lingkaran ruang, garis waktu, titik kehampaan, dan pusaran karma.

Tubuh Yu Chen bergetar; Jiwa Barunya meluas, menembus batas dunia kecil. Ia mendengar bisikan He Feng di dalam benaknya:

“Kau telah membuka pintu pertama Kehampaan. Jangan terjebak di dalamnya.”

Ia tersadar. Ruang mulai runtuh, alarm spiritual menggema di seluruh kota. Bayangan Iblis muncul di langit. Xue Yin menghancurkan penjara waktunya dengan raungan naga.

“Manusia! Kau mencuri warisan leluhur!”

Yu Chen mengangkat Cermin Langit Waktu, melipat ruang terakhir di bawah kakinya. Dalam sekejap, tubuhnya berubah kabut emas dan lenyap. Ledakan besar mengguncang kuil; api hitam melahap dinding naga.

Kapal spiritual muncul di luar kabut. Ning Rou yang cemas melihat ruang di depannya terbelah dan Yu Chen keluar, tubuhnya bergetar, memancarkan aura kehampaan yang stabil. Ia kini benar-benar telah menapaki Tahap 16 — Void Kecil.

Ning Rou menahan tangis lega. “Kau selamat…”

Yu Chen mengangguk, tapi pandangannya masih menatap ke arah kota yang perlahan tenggelam dalam api hitam.

“Tidak lama lagi Ras Iblis akan keluar. Kita harus pergi.”

Ia memutar Cermin Langit Waktu sekali lagi; kapal terlipat ke dalam ruang, menembus ribuan li dalam sekejap. Di belakang, suara raungan naga terdengar—dendam Xue Yin mengguncang cakrawala.

Setelah perjalanan panjang, mereka berhenti di dataran hijau di luar wilayah es. Malam jatuh, udara hangat untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan. Ning Rou duduk di sampingnya, menatap langit.

“Setiap kali kau melipat ruang, aku merasa waktu di sekitarku ikut bergetar,” katanya pelan. “Apakah itu menyakitkan?”

Yu Chen menatap bintang-bintang. “Tidak. Tapi setiap lipatan meninggalkan bayangan… detik-detik yang hilang, takkan kembali.”

Ning Rou diam, lalu tersenyum lembut. “Maka kita harus hidup dalam detik yang tersisa.”

Ia menatap Kunci Abadi Keempat yang kini berputar perlahan di atas telapak tangan Yu Chen. Cahaya emasnya berdenyut bersamaan dengan Cermin Langit Waktu, seolah membentuk jalan baru.

“Ke mana selanjutnya?” tanyanya.

Yu Chen menatap ke selatan, di mana cakrawala berkilat biru keunguan.

“Ke Benua Inti,” jawabnya. “He Feng pernah berkata, di sana tersimpan catatan tentang Formasi Abadi Kuno. Jika ingin memahami Kehampaan sepenuhnya, aku harus menapaki Kepulauan Void.”

Ia berdiri, rambutnya berkibar diterpa angin. Cahaya jiwa di sekelilingnya semakin stabil—satu langkah lebih dekat menuju kendali penuh atas ruang dan waktu. Ning Rou mengikuti di belakang, membawa tas batu roh dan gulungan formasi.

Saat kapal spiritual terangkat, Yu Chen menatap kembali ke utara. Di kejauhan, aurora ungu berputar — mata naga purba yang masih menatap mereka dari dalam kehancuran kotanya.

Ia berbisik, “Xue Yin, darah kita mungkin sama, tapi arah waktuku berbeda.”

Kapal menembus langit malam, meninggalkan jejak cahaya seperti garis waktu baru yang belum tercatat.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!