NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Sembari tiduran di sofa, Arya memainkan ponselnya. Dia melihat bahwa Hany benar-benar sudah tidak menggubris pesan dan panggilannya. "Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan Hany lagi?" gumam Arya.

"Berpikirlah Arya, pikirkan hal yang paling dia sukai," ucap Arya.

Beberapa saat kemudian, dia teringat bahwa Hany menyukai kemewahan, Arya pun segera menghubungi semua toko langganan yang pernah dia kunjungi bersama Hany, toko tas, toko perhiasan, toko baju, toko sepatu dan lain-lainnya. Arya segera memesan barang-barang tersebut untuk dikirimkan ke rumah dan kantor Hany selama satu minggu kedepan berturut-turut. Setelah melakukan order, Arya pun mengulas senyum, karena dia yakin, bahwa kali ini usahanya pasti akan berhasil.

***

"Kenapa dia belum tidur?" gumam Arya dengan suara sangat lirih, saat dia membuka pintu kamar. Arya mendapati bahwa Mery masih memainkan ponselnya di atas ranjang, dengan tetap mengenakan lingerie dan tidak memakai selimut.

"Darimana saja kamu Arya?" tanya Mery yang membuat Arya terhenyak kaget.

"Aku... aku tadi hanya sedang mencari angin saja," jawab Arya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Biasanya kamu mencari angin di balkon." Mery terus mengejar alasan Arya.

"Ya... aku hanya ingin mencari sesuatu yang berbeda saja," jawab Arya lagi. Mery tidak lagi merespon ucapan Arya, karena sepertinya dia sedang sibuk dengan ponselnya. Arya pun segera menutup pintu kamar dan berjalan dengan langkah ragu ke atas ranjang, menyusul Mery. Lalu Arya segera merebahkan tubuhnya dengan posisi memunggungi Mery dan menyelimuti tubuhnya.

"Mery," panggil Arya dengan ragu, tanpa membalik tubuhnya.

"Hmb," jawab Mery dengan singkat.

"Apa... apa kamu tidak merasa kedinginan berpakaian seperti itu?" tanya Arya akhirnya.

Mendengar pertanyaan Arya, Mery pun segera menghentikan aktivitasnya, dia melirik ke arah Arya sembari menggigit bibir bawahnya. Mery segera meletakkan ponselnya di atas nakas tanpa menimbulkan suara, dia juga segera turun dari ranjang dengan sangat hati-hati. Perlahan Mery mengendap dan memutari ranjang.

"Aku kedinginan, bisakah kamu menghangatkanku?" Arya melompat, dia sangat terkejut karena Mery tiba-tiba saja ada di hadapannya saat ini.

"Aku bukan hantu," ucap Mery dengan nada datar. Arya pun segera mengatur nafasnya.

"Mery, kenapa kamu bertingkah seperti itu?" tanya Arya setelah nafasnya mulai stabil kembali.

"Dari tadi aku menunggumu, tapi kamu tidak segera masuk ke dalam kamar," gerutu Mery.

"Memangnya ada apa kamu menungguku?" tanya Arya.

"Aku mau minta tolong, oleskan lotion ini di punggungku," ucap Mery sembari menyodorkan sebuah lotion, entah sejak kapan dia memegang lotion tersebut.

"Mana bisa aku melakukannya?" tanya Arya.

"Tinggal oles saja kenapa tidak bisa?" tanya Mery yang segera meletakkan lotion tersebut di tangan Arya, dia juga segera duduk di depan Arya dan menarik seluruh rambutnya ke samping bahu.

Glek.

Arya membeku, dia hanya bisa menelan salivanya beberapa kali saat melihat punggung putih dan mulus milik Mery. "Ayo Arya, kenapa diem aja," pinta Mery.

Arya segera menyadarkan dirinya dan mulai membuka tutup lotion yang ada di tangannya tersebut. Perlahan, Arya pun mengoleskan lotion tersebut secara merata pada bagian punggung atas milik Mery. Beberapa saat kemudian, Mery melepas bajunya, lalu segera melingkarkan tangannya ke belakang dan melepas kait branya. "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Arya.

"Kamu harus mengoleskannya secara merata di punggung, memang apa yang kamu pikirkan?" tanya Mery mencoba memancing.

"Tidak, tidak ada. Aku tidak memikirkan apa-apa," jawab Arya dengan gugup. Arya pun segera mengoleskan lotion tersebut di punggung Mery dengan merata, dari atas hingga kebawah berulang kali.

"Apa sudah selesai?" tanya Mery. Barulah Arya menyadari, bahwa dia sepertinya tengah menikmati momen tersebut hingga tidak terasa bahwa lotion sudah merata sejak tadi.

"Eh, iya, sudah selesai," jawab Arya dengan terbata.

Mery segera berbalik badan, sehingga mereka berdua saat ini saling berhadapan. Arya pun terpaku hingga tidak bisa berucap. Salah satu tangan Mery menopang kedua bongkahan daging yang nampak seperti buah mangga ranum, dengan masih tertutup bungkusnya, satu tangan lagi dia gunakan untuk menyibakkan seluruh rambut panjangnya kembali ke belakang, sehingga nampak dengan jelas dua mangga tersebut yang menyembul dengan indahnya, seakan hendak melompat. Sangat putih, bersih dan nampak sekali kekenyalan serta kekencangannya.

Glek.

Arya menelan salivanya lagi. "Ap-”

"Sekarang bagian leher Arya, beri lotion juga." Belum sempat Arya berucap, Mery segera memotong ucapan Arya, dia mendongak sehingga menampakkan leher jenjangnya, juga memejamkan mata dan sengaja menggigit bibir bagian bawah.

"Leher kan bisa kamu beri lotion sendiri Mery," ucap Arya yang akhirnya mampu menguasai emosinya.

"Bisa-bisa saja, tapi aku harus melepaskan tangan kiriku jika menggosokkan lotion itu sendiri. Gimana dong?" tanya Mery. Tangan kiri adalah tangan yang dia gunakan untuk menopang dua bongkahan daging kenyalnya.

"Apa jangan-jangan kamu ingin melihatnya?" goda Mery dengan tersenyum nakal.

"Tidak, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya Arya.

"Kalau begitu segera oleskan lotionnya," pinta Mery yang mendongakkan kepalanya lagi. Arya pun tidak ada pilihan lain, dia segera mengoleskan lotion ke leher Mery secara merata.

"Di sini juga." Mery menunjuk ke arah bawah leher, tepat di atas dua buah mangga yang ranum itu.

Arya menghembuskan nafas kasar. "Jika aku mengoleskannya di sebelah situ, bisa-bisa aku menyentuh area sensitif kamu," ucap Arya akhirnya.

"Tidak apa, kamu halal menyentuhnya," jawab Mery dengan sembrono.

"Apa mau aku bantu menyentuhnya?" tanya Mery yang seketika memasang wajah imut sembari mengedipkan matanya beberapa kali.

"Tidak, tidak perlu," jawab Arya. Arya pun segera mengoleskan lotion tersebut pada dada Mery bagian atas. Tentu saja sedikit banyak tangannya akan menyerempet dua buah mangga ranum yang tengah menyembul tersebut.

"Anjing, bisa-bisa roboh pertahananku kalau terus seperti ini," monolog Arya dalam hati, yang terus menerus menelan salivanya menahan nafsu. Sama halnya seperti saat mengoles punggung Mery, dia pun mengoles dada Mery dengan sedikit lebih lama, padahal dia sadar betul bahwa lotion tersebut sudah merata.

"Sepertinya kamu sangat menikmati." Arya segera melepaskan tangannya saat mendengar suara Mery.

"Tidak, biasa aja," jawab Arya gugup.

Bugh.

Mery segera merebahkan tubuhnya. "Apa lagi kali ini?" batin Arya sembari melihat ke arah juniornya yang hendak berdiri lagi.

"Sabarlah kau, tunggu hingga aku menikah dengan Hany, baru kita berdua bisa sama-sama senang," monolog Arya dalam hati yang tengah memarahi miliknya sendiri.

"Sekarang perut, paha dan lanjut ke kaki," ucap Mery.

"Cukup ya Mery, aku bukan pembantumu," ucap Arya dengan nada datar.

"Siapa juga yang menganggap kamu sebagai pembantu," ucap Mery dengan tidak ada rasa bersalah.

Huft.

Arya menghembuskan nafasnya dengan kasar lagi. "Ya sudah, kalau tidak mau, aku bisa melakukannya sendiri," ucap Mery yang segera bangkit dengan tidak lagi menopang dadanya.

"Eh, eh, apa yang kamu lakukan Mery?" tanya Arya dengan terkejut sembari menutup kedua matanya.

"Katanya tadi gak mau nolong, ya udah biar aku lakukan sendiri." Suara Mery terlihat menggerutu, padahal dia sedang tersenyum puas.

"Oke, oke, akan aku lakukan," ucap Arya dengan segera.

"Beneran?" tanya Mery mencoba mempertegas.

"Iya, tapi kamu berbaring saja dan segera tutup lagi itu," ucap Arya.

"Itu apa?" goda Mery.

"Sudah, sudah, kamu segera berbaring aja," ucap Arya dengan segera.

"Oke, aku udah berbaring," ucap Mery.

"Beneran?" tanya Arya.

"Hm, iya," jawab Mery. Arya membuka sedikit matanya, mencoba mengintip, setelah memastikan bahwa Mery benar-benar berbaring, Arya pun bisa membuka kedua matanya kembali. Dia bisa bernafas dengan lega beberapa kali.

"Arya, tolong ambilin ponselku dong, di atas nakas," pinta Mery dengan manja. 

Arya menggertakkan giginya dengan sangat geram, tapi dia tetap mengambilkan ponsel Mery dan memberikannya, sekalian dia juga memastikan bahwa dada Mery sudah tertutup kembali. Tampak perut Mery yang rata dan juga bersih. Arya pun segera memberikan lotion secara merata. Beberapa saat kemudian, Mery memegang celana dalamnya.

"Mery, stop!" ucap Arya dengan segera. Mery pun menghentikan gerakannya, tapi kemudian tetap menurunkan celana dalamnya hingga bulu-bulu halusnya hampir saja terlihat.

"Harus sampai situ Arya kalau memberi lotion," ucap Mery yang terdengar seperti tengah memerintah.

"Iya," jawab Arya dengan cuek.

"Arya, kamu jangan salah paham ya, dokter yang menyuruhku mengoleskan lotion ini pada seluruh tubuhku, agar kulitku tidak mudah kering dan tidak berkeriput. Karena disini juga hanya ada kamu, jadi ya kamu yang harus membantu mengoleskannya setiap malam," jelas Mery yang terus fokus pada ponselnya.

"Se-setiap malam?" tanya Arya dengan terkejut.

"Iya, kan kamu sendiri yang menyuruhku untuk melakukan perawatan," ucap Mery. Arya pun tidak bisa lagi menjawab ucapan Mery.

"Sini," ucap Mery sembari menyodorkan telapak tangannya.

"Apa?" tanya Arya dengan tidak mengerti.

"Beri aku sedikit lotion, tadi kedua tanganku belum kamu oles lotion," ucap Mery. Arya segera memberikan sedikit lotion dan Mery segera mengoleskan lotion tersebut di kedua tangannya secara merata, juga di kedua ketiak. Sementara Arya masih lanjut memberi lotion di perut Mery.

"Sekarang paha dan kaki kan?" tanya Arya setelah selesai berurusan dengan perut.

"Hmb," jawab Mery singkat.

Dengan sedikit ragu, Arya pun segera mengoleskan lotion secara merata di paha dan kaki Mery. Terlihat sangat jelas bahwa Arya tengah menikmati segala aktivitasnya tersebut, sehingga Mery pun mengulas senyum tanpa diketahui oleh Arya, agar dia tidak merasa malu. Cukup lama Arya memberikan lotion di bagian paha dan kaki, karena Arya juga sedikit memberikan pijatan.

"Apa sudah semua?" tanya Arya setelah cukup lama, tapi dia tidak mendapatkan jawaban dari Mery.

"Mery," panggil Arya dengan suara lembut. Arya segera sedikit beranjak dari duduknya dan melihat ke arah wajah Mery yang ternyata sudah tertidur pulas.

Huft.

"Seakan dia yang sudah bekerja seharian, pulas sekali tidurnya," gerutu Arya. Arya memandangi seluruh tubuh Mery yang nampak mengkilat setelah dioles lotion. Tidak mau berlama-lama memandangi tubuh Mery, karena pasti akan memicu hal yang tidak diinginkan. Arya pun segera menyelimuti seluruh tubuh Mery dan segera mematikan lampu, serta tidur disebelahnya.

***

Blar.

Mery membuka mata tepat saat Arya baru saja berbaring di sebelahnya, dia menunggu hingga Arya benar-benar tertidur, baru Mery beranjak dan mengambil telepon genggam Arya. Dengan sangat perlahan, Mery membuka kunci ponsel Arya dengan sidik jari Arya. Setelah berhasil, Mery pun segera memainkan ponsel Arya, sesekali Mery mengulas senyum saat melihat semua isi ponsel suaminya tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!