NovelToon NovelToon
SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Olivia Xera Hilson, gadis cantik dan berwibawa yang tumbuh dalam bayang-bayang kekuasaan, terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Vincent Lucashe Verhaag seorang pria karismatik sekaligus pewaris tunggal keluarga bisnis paling berpengaruh di Amerika.
Namun di balik cincin dan janji suci itu, tersembunyi dua rahasia kelam yang sama-sama mereka lindungi.
Olivia bukan wanita biasa ia menyimpan identitas berbahaya yang dia simpan sendiri, sementara Vincent pun menutupi sisi gelap nya yang sangat berpengaruh di dunia bawah.
Ketika cinta dan tipu daya mulai saling bertabrakan, keduanya harus memutuskan. apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan, atau perang paling mematikan yang pernah mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Sesampainya di kantor, Erica berlari kecil menghampiri Olivia.

“Hey! Dari mana saja kamu? Captain Joseph menunggumu,” bisiknya cepat.

“Memangnya ada rapat penting? Kenapa Captain meminta kita berkumpul?” tanya Olivia sambil merapikan rambutnya.

“Entahlah, nanti kita dengar sendiri,” jawab Erica sambil menarik lengan sahabatnya menuju lift.

Mereka memasuki lift khusus yang hanya bisa diakses oleh anggota tertentu, menuju ruang bawah tanah markas mereka tempat semua operasi rahasia dijalankan.

Begitu pintu lift terbuka, mereka melangkah ke ruang rapat. Captain Joseph sudah berada di sana bersama beberapa rekan satu tim.

“Maaf, Capt… saya terlambat,” ucap Olivia sambil sedikit menunduk.

“Baik, duduklah. Kita mulai rapatnya,” jawab Captain Joseph tanpa nada marah, namun tetap tegas.

Olivia dan Erica duduk di samping satu sama lain, memperhatikan presentasi Captain yang membahas target baru dan gerakan Spy yang hilang di lapangan.

Setelah penjelasan selesai, Captain bertanya, “Ada pertanyaan?”

Olivia mengangkat tangan. “Maaf, Capt. Apakah ini tidak berisiko jika kita mengincar Perdana Menteri mereka?”

Captain Joseph tersenyum tipis. “Jangan khawatir. Kita sudah dilindungi. Jika Spy kita berhasil membongkarnya, semuanya akan baik-baik saja.”

Rekan lain mengangkat tangan. “Kalau boleh tahu… siapa yang melindungi kita, Capt?”

“Selain negara kita,” jawab Captain Joseph sambil menatap mereka satu per satu, “kita juga dilindungi oleh mafia terbesar di negara ini—Black WINGS.”

Ruangan seketika hening. Beberapa menganga, beberapa terlihat ragu.

Mafia melindungi kami?

Tapi mereka memilih untuk tidak menggali lebih jauh.

Rapat selesai.

* * * *

Olivia mengajak Erica makan di kafe sebelah kantor.

Di meja mereka, sambil menunggu pesanan datang, Erica berbisik, “Apa kamu nggak aneh? Kok mafia melindungi kita? Padahal kita mengintai mereka.”

“Kau benar… tapi selama mereka tidak merugikan masyarakat atau negara, itu bukan urusan kita. Tapi kalau mereka merugikan negara kita…” Olivia mengangkat jari membentuk pistol. “Aku sendiri yang akan menembak kepala bos mafia itu. Pyuuuff!”

Erica langsung mencubit lengan Olivia. “Ck! Siapa yang mau kau tembak? Kita bahkan nggak tahu dia siapa. Mafia itu ada, tapi nggak kelihatan.”

“Hehe iya sih… Tapi kita punya Spy terbaik. Mereka pasti bisa menemukan pria itu.”

“Astaga, berhenti bicarakan mafia. Aku merinding,” jawab Erica.

“Lemah sekali kamu,” ejek Olivia. Erica hanya mendengus.

* * * *

Vincent tiba di markas. Bangunan mewah yang disulap menjadi tempat paling mematikan di tengah hutan.

“Selamat datang, Tuan,” sambut para anggota.

Vincent hanya lewat tanpa menanggapi, duduk di sofa, mengisap vapor, dan menatap semua bawahannya yang sudah siap melapor.

“Bagaimana?” ucap Vincent dengan suara dingin.

Max dan Domanic langsung menjelaskan.

“Kami sudah melaporkan Perdana Menteri itu kepada negara, Tuan. Antek-anteknya akan kami tangani. Mereka cuma mafia kecil. Dan barang yang mereka edarkan… disponsori langsung oleh Perdana Menteri itu,” jelas Max.

Vincent mengetuk meja dengan ujung jarinya. “Mereka juga mengatasnamakan kita untuk bisnis itu?”

“Benar, Tuan,” jawab Domanic.

“Pancing Perdana Menteri itu ke sini. Bilang aku ingin kerja sama. Setelah itu… habisi semua mafia kecil yang bekerja untuknya,” ucap Vincent, tajam dan tanpa emosi.

“Siap, Tuan. Tapi kita harus hati-hati agar tidak tercium media,” kata Max.

“Lakukan,” jawab Vincent.

* * * *

Vincent berdiri di depan aquarium besar berisi ikan-ikan buas. Tatapannya kosong, memikirkan teror kakeknya yang terus memaksa soal pernikahan.

“Vincent,” Louis masuk membawa berkas. “Aku sudah mendapat informasi soal perempuan yang menolong Tuan Besar.”

“Katakan.”

“Olivia Xera Hilson. Usia 26. Tinggal di kawasan elit New York. Orang tuanya meninggal saat ia remaja. Dia bekerja di kantor pajak pusat.”

Vincent mengangguk pelan.

“Segera atur pertemuan,” ucapnya. “Kalau tidak, kakek akan terus mengganggu.”

Louis tersenyum nakal. “Kakek bilang kau akan menyesal kalau tidak mengenalnya. Dia bilang… wanita ini sangat cantik.”

“Hentikan omong kosongmu.”

Louis langsung diam. Mereka tahu Vincent paling malas berurusan dengan wanita.

“Kalau begitu… kau ikut ke club? Yang lain sudah menunggu.”

“Nanti,” jawab Vincent. Ia masih menatap ikan-ikan predator yang sedang makan.

* * * *

Seorang wanita cantik berjalan menuju club terkenal kota itu.

“Ah sial… malas sekali harus ketemu pria itu. Kalau bukan tugas, aku nggak bakal datang,” gerutu Olivia sambil memasuki klub yang penuh dentuman musik.

Dia mencari room yang disebutkan Captain.

Begitu membuka pintu, asap rokok memenuhi ruangan. Botol alkohol memenuhi meja. Seorang pria Rusia duduk santai, memandangi gelas wiski.

Olivia duduk tanpa banyak bicara.

“Apakah kamu dari AI?” pria itu bertanya dalam bahasa Rusia.

“Ya. Mana barangnya?” Olivia menjawab dingin.

Pria itu tertawa kecil. “Tenang, nona. Aku jauh-jauh kemari. Tidak bisakah kau minum sedikit bersamaku?”

Olivia menatapnya tajam. “Aku tidak ingin berlama-lama. Berikan informasinya. Kau dapat bayaranmu.”

Pria itu tersenyum, memberikan pulpen khusus berisi dokumen rahasia.

Olivia memeriksanya sebentar.

Pria itu menuangkan vodka. “Satu gelas saja.”

Olivia meneguknya cepat tanpa memberi pria itu kesempatan menambahkan apa pun lagi. Tapi dia mencurigai rasa minuman itu. Terlalu pahit. Terlalu tajam.

Dia segera meletakkan kantong kecil berisi berlian ke meja. “Ini bayaranmu.”

Lalu keluar sebelum pria itu sempat berbicara lagi.

Di luar ruangan, Olivia berjalan cepat ke toilet dan memuntahkan semuanya.

“Huekkk… huekkk…”

Setelah memastikan tubuhnya stabil, dia menelepon Erica.

“Halo Erica, jemput aku di Club X,” ucap Olivia tanpa basa-basi.

“Kau mabuk?”

“Pria gila itu mencoba menjebakku. Cepat kemari.”

Olivia mematikan telepon dan berjalan keluar.

Namun beberapa pria hidung belang mencoba mengganggunya.

“Hai nona cantik,” ucap pria botak.

“Boleh saya antar..” Pria tua memegang lengannya.

Olivia menatap tajam. “Jangan sentuh aku.”

Ia menghempaskan tangan pria tua itu dengan satu gerakan cepat. Pria itu terjatuh.

Para pengunjung terdiam melihat reaksinya.

Termasuk seseorang di dekat pintu masuk.

Vincent melihat seluruh kejadian itu dengan sangat jelas gerakan cepat, tatapan tajam, dan aura bahaya Olivia.

Sangat berbeda dari wanita kebanyakan.

Olivia keluar dari club dan menunggu Erica di mobil.

Tanpa sadar, Vincent menatapnya… lebih lama dari seharusnya.

1
Murni Dewita
gantung thor
Murni Dewita
double up thor
Rizky Handayani Sr.: ok kak, padahal uda double² up ni 🫠
total 1 replies
Murni Dewita
jodoh mu
Murni Dewita
👣👣👣
partini
wah kakek pintar juga yah
partini
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!