Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Setelah sarapan pagi yang penuh sorakan dan pengakuan, tim segera bergerak. Pintu belakang dua unit SUV terbuka lebar, siap diisi.
Mereka telah mengumpulkan begitu banyak persediaan tadi malam—makanan kaleng, air bersih, alat-alat, dan obat-obatan—hingga kedua mobil tampak kewalahan. Bahkan setelah semua ruang terisi, setidaknya setengah dari tumpukan barang masih menumpuk di lantai Balai Kota.
"Terlalu berisiko untuk meninggalkan barang sebanyak ini," gerutu Ben, alisnya berkerut frustrasi.
"Kita akan meninggalkan Mike dan Sam di sini untuk menjaga sisanya sampai tim penjemput dari Enklave tiba," usul Lucas, meskipun ia tahu itu membuang waktu berharga.
Lana memperhatikan tim itu. Mereka lelah, tetapi mereka memiliki hati yang baik dan etika yang kuat, sangat kontras dengan gambaran dunia kiamat yang ia bayangkan. Selain itu, kini ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Kapten mereka. Saatnya untuk mempercayai mereka.
Lana melepaskan tangan Kael, yang selalu memegang tangannya sejak pagi, dan berjalan menuju tumpukan barang yang tersisa.
"Lana?" Kael menatapnya dengan bingung.
Lana hanya tersenyum tipis, sebuah senyum yang mengandung rahasia alam semesta. Ia meletakkan kedua telapak tangannya di atas kotak-kotak persediaan di hadapannya.
ZING!
Dalam sekejap mata, semua kardus, galon air, dan peralatan medis yang tersisa itu menghilang tanpa jejak, seolah ditarik ke dalam dimensi yang berbeda. Lantai ruangan yang tadinya penuh kini kosong.
Keheningan melanda. Hanya suara jangkrik di luar yang terdengar.
Mike, yang sedang bersandar di pintu, menganga. "Kakak Ipar! Itu... sihir?"
"Aku tahu! Ini adalah dimensi spasial!" seru Riley, melompat kegirangan. "Lana, kau punya Space Ability! Astaga, ini keren sekali, Kael! Lana punya kekuatan super!"
Alex dan Ben menatap Lana dengan mata yang memancarkan kekaguman murni.
Lucas Reed hanya menatap Lana, matanya dipenuhi apresiasi yang mendalam dan sedikit kesedihan tersembunyi. Kekuatan dimensi, kemampuan yang langka dan paling berharga di akhir zaman. Lana Croft benar-benar ditakdirkan untuk menjadi ratu di dunia ini.
Kael berjalan mendekat, menarik Lana kembali ke sisinya, dan memeluk bahunya dengan erat. Ekspresi wajahnya adalah campuran bangga, terkejut, dan kepemilikan total.
"Gadisku memang yang terbaik," gumam Kael, mencium puncak kepala Lana. Lalu, ia menoleh ke timnya dengan tatapan tajam. "Rahasia. Tidak ada yang boleh tahu tentang kemampuannya di luar tim ini. Jelas?"
"Siap, Kapten!"
Setelah memastikan semua barang dimuat ke dalam dimensi Lana, mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini, Lucas memimpin mobil pertama, dan Mike dengan wajah masam mengemudi mobil kedua, sementara Lana duduk di belakang bersama Kael.
Lana bersandar di bahu Kael, menikmati kehangatan yang kini ia izinkan dalam hidupnya.
"Kau berani menyembunyikan rahasia sebesar itu dariku?" bisik Kael, berpura-pura marah.
"Aku takut," balas Lana jujur, matanya menatap tajam ke depan. "Aku baru saja mendapatkannya, dan aku harus tahu siapa yang bisa kupercayai."
"Percayai aku. Hanya aku," ujar Kael, menekankan setiap kata. Ia mencium pelipis Lana, sebuah sentuhan yang terasa lebih serius daripada ciuman semalam.
Saat mereka melintasi jalanan lengang di pinggiran kota, Mike tiba-tiba menginjak rem, membuat Lana tersentak ke depan.
"Kapten! Ada yang bergerak di depan!" seru Mike.
Sekitar dua ratus meter di depan, lima sosok manusia berlarian panik, dikejar oleh rentetan zombie. Tiga pria dan dua wanita. Mereka terlihat kelelahan total.
Salah satu pria paruh baya mencoba mengeluarkan percikan api dari tangannya—sebuah manifestasi kemampuan api yang sangat lemah, seperti pemantik api yang gagal.
Namun, perhatian Lana terpaku pada salah satu wanita. Gadis itu kurus, dengan wajah yang dihiasi debu dan kotoran, tetapi kecantikannya yang lembut, rapuh, dan memohon pertolongan, tetap bersinar. Itu adalah gambaran yang sempurna tentang gadis idaman.
Wajah Lana menegang.
Saat gadis itu melihat mobil Armored Tactical mereka, matanya dipenuhi harapan yang meluap, dan ia tiba-tiba menemukan kekuatan baru, berlari dengan kecepatan luar biasa menuju mobil Kael.
"Kael, kita harus membantu mereka," ujar Lana, meskipun ia merasa dingin di hatinya.
Kael mengangguk, melihat situasinya. "Semua bersiap! Turun!"
Kael segera membuka pintu dan turun. Ia memerintahkan Lana untuk tetap di dalam mobil bersama Mike sebagai penjaga.
"Jaga Lana. Jangan biarkan dia keluar," perintah Kael pada Mike.
Pertempuran itu intens. Kael, Lucas, dan timnya segera memuntahkan energi. Listrik Kael, api Lucas, dan bilah angin Alex bekerja bersama dalam sinkronisasi yang sempurna.
Saat situasi tampak terkendali, suara gemuruh tiba-tiba terdengar.
Sebuah bayangan cepat melesat dari sisi bangunan yang runtuh—zombie yang jauh lebih cepat dari yang lain. Matanya merah, dan ia bergerak dengan kelincahan yang mengerikan.
Targetnya: Alex, yang sedang terdistraksi melawan zombie lain.
"Alex, di belakangmu!" teriak Lucas.
Alex membeku. Ia terlambat bereaksi, rahang busuk zombie cepat itu sudah terbuka, siap merobek lehernya.
Lana menjerit. Semua pikiran tentang heroine, takdir, dan Kael lenyap. Ia hanya melihat seorang teman dalam bahaya.
Tanpa berpikir, Lana membuka pintu mobil dan berlari keluar. Mike berteriak panik mengejarnya.
Tepat sebelum Lana bisa mencapai Alex, CRASH! Sebuah kilatan guntur ungu melesat dari tangan Kael. Zombie cepat itu seketika hangus, ambruk di samping Alex.
Lana berhenti, napasnya tersengal-sengal. Kael, yang baru saja menyelamatkan Alex, kini menatap Lana dengan kemarahan dingin karena gadis itu melanggar perintahnya.
"Apa yang kau lakukan di luar?" raung Kael, suaranya dipenuhi amarah yang jarang ia tunjukkan.
Lana tidak memedulikan tatapan Kael. Matanya tertuju pada zombie yang hangus itu. Evolved Zombie. Kristal inti!
"Kael! Tusuk kepalanya! Sekarang!" perintah Lana, suaranya tegas dan tanpa kompromi.
Semua orang terkejut oleh perintah mendadak itu. Kael menatapnya, alisnya terangkat karena keheranan. Namun, melihat urgensi di mata Lana, ia mengangguk.
Ia mengeluarkan pisau tempur dari sarungnya, berjongkok di samping mayat hangus itu, dan menusukkan pisaunya ke tengkorak zombie itu. Setelah mengorek sebentar, ujung pisaunya mengangkat sebuah benda kecil yang tembus pandang.
Benda itu berkilau, memantulkan cahaya matahari, tampak seperti permata kecil yang terbuat dari es.
Lana, meskipun tangannya masih gemetar, mengambil sebotol air dan membersihkan benda itu. "Ini..."
"Ini kristal inti. Energi terkonsentrasi. Itu sebabnya dia sangat cepat," bisik Lana, mengingat informasi yang ia baca di novel. "Ini adalah awal dari evolusi zombie."
Kael menatap kristal di tangan Lana, lalu pada mata gadisnya yang kini penuh pengetahuan misterius. Alisnya berkerut. Lana tahu banyak hal yang tidak kami ketahui.
Di belakang mereka, para penyintas menatap Kael dan Lana dengan mata memuja. Mereka baru saja menyaksikan pahlawan sejati, dan wanita yang mendampinginya.
Kael melirik ke belakangnya, ekspresinya kembali menjadi dingin. "Ayo kita pergi. Kita tidak punya waktu untuk ini."
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu