Belenggu Hasrat Bos Posesif

Episode 35

***

Sedangkan di sisi Alexander,

Matanya menatap dalam, kepuasan yang baru saja ia rasakan sangat aneh, dia tidak lelah sama sekali, jika dia mau dia bisa melakukan nya lagi dan lagi sampai pagi.

Tapi dia tahu tubuh istrinya sudah terlalu lelah, dia tidak ingin membuat istrinya pingsan karena ulah nakalnya.

'Aku merasa seperti sedang berselingkuh, padahal jelas-jelas aku dijebak untuk bisa menikah dengannya.'

'Ini bukan perselingkuhan, aku tidak tidur dengan Selena ketika bersama nya ...'

'Keputusan ku juga sama, aku akan segera menceraikan nya setelah Selena kembali, Selena pasti mengerti keadaan ini jika dijelaskan dengan baik.'

Alexander merasa seperti sedang berselingkuh, padahal dia melakukan nya dengan istrinya sendiri.

Tapi dalam hatinya dia bertekad jika pernikahan ini hanyalah untuk sementara, dia hanya melakukan tugas suami istri sebagai mana mestinya.

Nanti saat waktunya tiba dia tetap akan menceraikan Anna.

Alexander tidak tahu jika segala hal yang ia lakukan ini akan membuatnya merasakan rasa sakit yang hebat.

Karena perasaan nya kepada Anna jauh lebih hebat dari apa yang bisa ia bayangkan.

***

Malam itu, badai terus turun, Anna yang kehabisan tenaga langsung terlelap ketika Alexander menggendong nya ke atas ranjang.

Keduanya hanya mengenakan bathrobe putih polos, tangan kokoh Alexander nampak mendekap pinggan rampingnya dan membiarkan nya terlelap di atas ranjang yang hangat bersamanya.

Jika orang lain melihat ini maka mereka akan mengira jika Alexander dan Anna adalah suami istri yang saling mencintai.

Padahal dalam kenyataan nya sangat jauh dari itu.

Malam itu, ketika Alexander memeluk istrinya terlelap, tidak ada mimpi buruk yang menemaninya, biasanya Alexander akan bermimpi buruk setiap malam.

Tapi kali ini dia sama sekali tidak bermimpi buruk, dia bisa tidur dengan tenang untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

***

Beberapa saat kemudian ...

Pagi akhirnya menyingsing, Anna bangun lebih dulu dan matanya membulat, dia terkejut melihat dirinya berbaring di atas ranjang bersama suaminya.

"Kenapa aku disini?"

"Tunggu dulu, tadi malam ..."

"Aaaaaaa!"

Anna berteriak kecil, tapi kemudian dia menutup mulutnya dengan tangan.

Matanya melebar ketika tiba-tiba saja ingatan nakal terlintas di kepalanya.

'Kenapa aku berteriak seperti itu tadi malam? Aaa, apa aku sudah gila?'

'Aku sungguh seperti wanita nakal!'

'Aaaa, aku tidak akan bisa melihatnya lagi, aku terlalu malu ... Aku tidak menyangka aku bisa senakal itu!' Anna bertindak dalam hatinya, dia mencengkram rambutnya sendiri karena frustasi.

Semua ingatan nakal tadi malam membuatnya merasa sangat malu dan tidak percaya jika hal itu sungguh terjadi.

"Haaah!"

Saat itu Anna yang merasa malu dan panik dengan ingatan tadi malam mencoba mengendalikan dirinya sendiri.

'Ah, pertama-tama sebaiknya aku turun dari ranjang ini dulu, aku tidak bisa membayangkan melihat matanya pagi ini ...'

'Aku harus pergi dari kamar ini secepatnya.'

Geram Anna dalam hatinya, dia sadar jika tangan suaminya masih berada di perutnya bahkan jemari jempolnya hampir menyentuh bagian atasnya.

"Haaappp!' Anna yang bertekad untuk pergi tanpa membangunkan Alexander menahan nafasnya.

Jantung nya berdegup kencang ketika mencoba melakukan pelarian diri dari dekapan Alexander.

Tangannya yang mungil itu dengan hati-hati dan sangat pelan mencoba mengangkat tangan Alexander menjauh dari perutnya.

"Hmmm, sedikit lagi ..."

Gumamnya pelan dengan susah payah, ketika tangannya sudah berhasil mengangkat satu jari suaminya, tiba-tiba saja tangan itu mendekapnya lebih erat.

"Apa yang kau lakukan?" Bisik Alexander sebenarnya sejak tadi sudah bangun, tapi dia membiarkan dirinya terlelap dalam pelukan istrinya sebentar lagi.

Karena entah mengapa memeluk istrinya saat tidur memberikannya ketenangan yang sangat nyaman, seolah-olah dia bisa benar-benar beristrikan.

Dia tidak bangun dengan nafas berat karena mimpi buruk, dia bangun dengan tubuh segar sambil memeluk istrinya.

"Hah?"

"Tu ... Tuan sudah bangun?"

"Ha ha ha, syu ... syukurlah, kalau begitu bisa tolong lepaskan aku Tuan, aku harus melakukan sesuatu ..."

Anna yang sangat gugup itu tertawa kaku, dia tidak berani menoleh ke belakang karena jika dia melakukan itu dia bisa bertemu pandang dengan Alexander dan dia akan mengingat segala hal yang terjadi tadi malam.

"Hmmmm?"

Alexander menyeringai nakal, sikap kaku istrinya terlihat sangat menggemaskan, "Kau bersikap aneh Anna ..."

"Apa kau merasa malu?" Bisik Alexander mengusap tangannya di perut Anna, nafasnya terasa di tengkuk nya membuat Anna menjadi tegang dan menahan nafasnya.

"Ummm ..."

"Ma ... Malu? Tidak Tuan, aku tidak malu."

"Aku hanya sedang terburu-buru, jadi tolong lepaskan aku."

Kali ini Anna berusaha menarik tangan Alexander dengan sangat kuat, tapi usaha itu tentu saja sia-sia, mengingat tenaga Alexander jauh lebih besar dari Anna.

"Ho?"

"Kalau tidak malu, coba lihat kesini." Bisik Alexander tersenyum nakal, dia menarik bahu Anna dan membaringkan tubuhnya lurus, agar dia bisa melihat wajah istrinya juga.

Dan saat itu ...

"DEG ... DEG ...DEG!"

Detak jantung yang begitu hebat, mata Anna membulat ketika menatap mata tajam Alexander yang berwarna biru itu.

Waktu rasanya berjalan sangat lambat, Anna tiba-tiba saja terpaku ketika menatap suaminya ketika baru bangun tidur seperti ini.

Sedangkan Alexander,

Tadinya dia juga hanya ingin mengerjai Anna, bercanda dan meringankan hari nya pagi ini, tapi saat menatap wajah istrinya pagi ini rasanya jantungnya tiba-tiba saja berdegup dengan sangat hebat.

'Matanya sangat indah, bibirnya sangat manis ...'

'Bagaimana bisa dia secantik ini ketika baru bangun?'

'Ah, aku bisa gila! Aku ingin dia lagi.'

Geram Alexander kali ini mendekatkan tubuh sampai dia setengah menindih Anna, tangannya yang kokoh dan hangat mengusap pipinya yang lembut.

Wajahnya mendekat sehingga nafasnya yang hangat terasa di wajah Anna ....

"Aku mau lagi sayang, kau membuat ku gila!" Bisik Alexander membuat Anna panik sepenuhnya.

"APA?"

Serunya geleng-geleng kepala dan mencoba mendorong suaminya, tapi tentu saja usahanya sia-sia.

Tangannya yang mencoba mendorong langsung dikepal kuat oleh Alexander, kemudian dengan kekuatan dan keinginan yang sangat hebat dia hendak mencium istrinya itu ...

Akan tetapi ...

"Tring ... Tring ... Tring!"

Ponselnya tiba-tiba saja berdering membuat keduanya terdiam dan membeku, mata Anna membulat dan berkedip-kedip sedangkan Alexander nampak kesal ketika ada gangguan disaat penting seperti ini.

"Hmmm ..."

Alexander berhenti sebentar, menatap Anna dengan sangat serius, awalnya dia ingin melanjutkan ini dan tidak menghiraukan panggilan telepon nya, akan tetapi ...

Ponsel itu terus berdering dan sangat mengganggu nya.

"SIAL!"

"SIAPA YANG BERANI MENGHUBUNGI KU PAGI BEGINI!"

"JIKA INI TIDAK PENTING MAKA SIAPAPUN YANG MENGHUBUNGI AKU ITU AKAN TAHU AKIBATNYA!"

Geram Alexander marah sekali, dia sangat tidak suka waktu senang nya diganggu.

Alexander menelan salivanya berat kemudian dengan terpaksa dia melepaskan Anna dari genggamannya.

Saat mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubungi nya nafas Alexander menjadi berat, dia diam sebentar kemudian dia berdiri dan mengangkat panggilan itu di balkon kamar.

Entah siapa yang menghubungi itu, tapi entah mengapa Alexander tidak ingin Anna mendengar nya.

"Hmmm! Ini adalah kesempatan untukku segera pergi. Kalau tidak dia akan menghabisi ku lagi, aku masih terlalu malu sampai rasanya mau pingsan!"

"Haaaahhhh!" Anna pelan-pelan turun dari atas ranjang, diantara kedua kakinya rasanya sangat sakit, tapi Anna tetap berusaha bangkit dan melangkah secepat yang ia bisa keluar kamar.

Anna akhirnya tahu sebuas apa suaminya dan dia harus berhati-hati mulai dari sekarang.

***

Bersambung ...