Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 32
"Ah, ma_maaf. Aku tidak bermaksud, hanya saja____"
"Cukup. Kami, apalagi Zingga tidak minta untuk di kasihani. Bagi kami, ini semua bukan lah suatu aib atau kesalahan yang harus di kasihani oleh orang lain. Kamu tenang saja, meski terlihat lemah, tapi Zingga adalah anak yang kuat. Jadi, dia tidak butuh belas kasihan dari siapapun. Termasuk dari kamu," sela Dirga, yang tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya begitu Zira menyinggung putrinya, Zingga.
"Maaf, tapi aku tidak bermak___,"
"Sudahlah. Sayang, ayo kita siap siap. Kita sudah di tunggu oleh pihak rumah sakit." potong Dirga lagi, saat Zira mencoba membela diri atas ucapan nya.
Melihat reaksi Dirga yang langsung marah setelah Zira menyinggung anak mereka. Ziya pun tidak bisa lagi melindungi sang kakak dari rasa marah suaminya.
Karena jujur, Ziya pun merasakan kekesalan yang sama. Hanya saja, Ziya masih bisa menahan diri. Berbeda dengan Dirga, yang langsung beraksi saat Zira menyinggung keadaan Zingga.
"Iya, Mas. Tunggu sebentar, akan aku siapkan Zingga nya terlebih dahulu."
Ziya pun bergegas pergi ke kamar Zingga, untuk menyiapkan gadis kecil itu. Tidak lupa, Ziya juga menyiapkan barang barang yang dibutuhkan seandainya saja Zingga harus langsung menginap di rumah sakit untuk mulai menjalani pengobatannya.
“Ayo, Mas. Aku dan Zingga sudah siap,”
“Baiklah. Bawa barang yang akan kita bawa ke mobil. Biar aku yang membawa Zingga.”
Kedua pasutri itu tampak sibuk menyiapkan segala keperluan yang akan mereka bawa ke rumah sakit. Sementara itu, Zira hanya menatap penuh kebingungan. Bak seorang anak yang hilang di tengah keramaian.
Hanya terdiam, mengamati sekeliling yang terlihat sibuk dengan urusan mereka masing masing tanpa peduli jika di sana ada dirinya.
“Kalian akan pergi?” Tanya Zira, saat melihat Ziya keluar dari kamar dengan membawa sebuah koper berukuran sedang dan juga sudah berganti pakaian dengan pakaian yang jauh lebih bagus.
Tidak seperti tadi, yang hanya menggunakan daster tidur dan juga kerudung instan. Ciri khas yang di pakai ibu ibu jika berada di dalam rumah saja.
“Iya, Kak. Kami akan ke rumah sakit. Jika Kakak mau, Kakak bisa tinggal disini dulu untuk beristirahat,” Jawab Ziya, merasa tidak enak hati jika menyuruh kakaknya untuk pergi.
“Terima kasih atas tawaran nya. Kakak memang sangat lelah, tapi kalau bisa bolehkah Kakak juga ikut? Kakak juga ingin tahu perkembangan kesehatan nya Zingga. Atau, kalau bisa Kakak juga ingin ikut membantu menemani dan merawatnya, selama dia dirawat di sini,”
“Ikut merawatnya? Loh, bukan nya Kamu ke sini untuk undangan seminar, ya? Bukankah itu akan sangat merepotkan? Melakukan kegiatan seminar dan ikut merawat orang yang sakit secara bersamaan. Itu, akan sangat melelahkan, apa kamu yakin kalau kamu bisa melakukan nya?” tanya Dirga, dengan nada yang cukup sinis.
Seketika, Zira pun terdiam selama beberapa saat. Di saat Dirga membahas seminar dan juga kesanggupan nya dalam mengurus Zingga yang akan cukup menguras waktu dan juga tenaga nya.
Sepertinya Zira juga melupakan, kalau tadi dia memberikan alasan, jika kedatangan nya ke negara itu adalah untuk menghadiri undangan sebuah seminar yang kerap dia hadiri.
“Sudah. Lebih baik Kakak istirahat saja dulu. Lagipula, masih belum dipastikan juga kalau Zingga akan langsung dirawat. Nanti, akan aku kabari lagi kabar Zingga selanjutnya,” sela Ziya, yang tahu pasti jika suaminya akan memulai kembali perdebatan dengan sang Kakak.
“Ayo, Mas. Kita berangkat sekarang, kita sudah ditunggu pihak rumah sakit.” Lanjut Ziya, langsung melangkah pergi. Meninggalkan unit apartemen dan juga kakaknya yang masih berada di dalam sana. Diikuti oleh Dirga yang membawa serta koper yang berisikan barang barang milik Zingga.
*
*
"Apa kamu yakin, akan membiarkan Kakakmu itu untuk tinggal bersama kita?" tanya Dirga, setelah keduanya berada di dalam mobil dan dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.
“Kan hanya untuk beberapa hari saja Mas. Bukan untuk selamanya,”
“Aku tidak yakin tentang hal itu,”
“Tidak yakin, tentang apa?”
“Aku tidak yakin kalau dia akan tinggal hanya beberapa hari saja. Kamu tidak melihat koper yang dia bawa? Sepertinya dia niat sekali datang kemari sampai sampai membawa koper sebesar itu,”
“Berhusnudzon saja. Semoga, apa yang dipikirkan Mas itu tidak akan pernah terjadi. Lagipula, tidak baik loh suudzon. Dosa,” jawab Ziya yang seketika membuat Dirga menatap nya dengan sangat lekat.
“Kenapa? Apa, ada sesuatu di wajahku?” tanya Ziya, saat Dirga menatapnya dengan sangat intens.
“Tidak ada apa apa. Hanya saja, Mas sedang berpikir. Kenapa dulu Mas bisa sebodoh itu, ya? Bisa bisanya Mas melepaskan wanita berhati mulia seperti dirimu,” Jelas Dirga, menggenggam erat tangan mungil Ziya.
“Jangan terlalu memuji. Aku tidak sesempurna seperti yang Mas pikirkan. Aku juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan juga dosa,”
“Tapi, setelah Mas mengenalmu baru menyadari Mas kalau kamu adalah wanita terbaik yang pernah Mas kenal. Mas sangat bersyukur karena kamu mau memberikan kesempatan kedua untuk Mas dan kita bisa kembali bersama,”
“Semua atas ridho Allah Mas. Aku yang awalnya takut dan tidak yakin, tapi pada akhirnya Allah memberikan aku keyakinan agar aku menerima Mas kembali. Begitu pun dengan saat ini. Sekuat apapun dan se nekad apapun usaha Kak Zira untuk merebut Mas dari aku. Aku yakin, itu tidak akan pernah terjadi karena mulai sekarang, bukan hanya Mas yang akan berjuang mempertahankan hubungan ini. Namun, aku pun tidak akan pernah membiarkan orang lain menghancurkan pernikahan ini. Cukup sekali aku melakukan kebodohan dengan membiarkan Mas pergi dan membuat Zingga harus tumbuh tanpa sosok ayah di samping nya. Kali ini, apapun yang terjadi dan siapapun orang itu. Tidak akan aku biarkan dia mengganggu apalagi mencoba merusak rumah tangga ku.” jelas Ziya, penuh dengan keyakinan.
Membuat Dirga semakin yakin, jika dia tidak lah salah memilih pasangan hidup. Meski saat ini diantara mereka belum tumbuh rasa cinta yang kuat. Namun setidaknya, mulai saat ini mereka bisa sama sama memulai untuk belajar saling mencintai satu sama lain.
bener2 definisi anak tak tau diri s zira ini,,udah ky nolongin anjing kjepit.
Dirga sudah terang2an menolak, masih saja memaksa.
Memang setelah Dirga bisa dimiliki merasa puas?
Bisa memiliki raganya tapi tak bisa memiliki hatinya.
Yang ada Ngenes!!!! makan hati