NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengganti Adharma

Pintu geser titanium terbuka, dan Puja Fernando masuk. Ia mengenakan blazer sutra yang elegan dan lipstik merah anggur yang sempurna, kontras dengan kengerian medan perang yang baru saja ia lewati. Namun, ada lingkaran gelap tipis di bawah matanya yang tidak bisa disembunyikan.

Puja berjalan perlahan, mengambil kursi di samping Darma. Ia tidak memulai dengan basa-basi.

"Misi berhasil, Darma," ujar Puja, suaranya pelan dan serius. "Kargo Rhausfeld kini tersimpan dengan aman, dan dunia baru saja terhindar dari krisis yang mengerikan."

Darma tidak menoleh. Ia menatap lurus ke depan, keheningannya menjadi penghalang. "Aku tahu. Itu sebabnya aku di sini. Lumpuh."

"Aku menyesal," kata Puja. Itu adalah kata yang sangat jarang ia ucapkan.

Darma tertawa sinis, suara yang kering dan menyakitkan. Ia akhirnya menoleh, matanya yang tajam menusuk mata Puja.

"Jangan menyesaliku, Puja. Simpan energimu untuk menghadapi PBB, yang sebentar lagi akan berteriak di telingamu," balas Darma dingin. "Aku tidak melakukan ini untuk mendapatkan simpati darimu. Aku melakukan ini untuk Nadira dan Yama. Mereka adalah orang-orang yang kupercaya, dan mereka pantas hidup."

Puja menghela napas. "Aku tahu kau tidak berkorban untukku, Darma. Tapi aku memberimu kesempatan untuk berkorban bagi ideologi yang kau perjuangkan."

"Black Division bukan alatmu, Puja," tekan Darma, nadanya mengancam meskipun ia terikat di kursi roda. "Kami mengikutimu bukan karena uang atau ketakutan. Kami mengikutimu karena aku percaya satu hal: Kau, di balik semua kebohongan dan sandiwara politik ini, masih punya hati. Dan kau tidak korup. Jika aku tahu kau sama busuknya dengan politisi lain, kursi rodaku akan kutinggalkan, dan aku akan mengejarmu lebih dulu daripada GATRA."

Wajah Puja tampak tegang. Pengakuan Darma, yang penuh tuntutan integritas, adalah beban yang luar biasa. Ia adalah vigilante yang menuntut moralitas dari seorang Menteri Luar Negeri.

"Aku lelah, Darma," bisik Puja, akhirnya menunjukkan sedikit kelemahan. Ia menyentuh lengan Darma, lalu menariknya kembali. "Aku lelah dengan sistem yang busuk ini. Aku lelah harus berbohong kepada Presidenku sendiri hanya untuk melakukan hal yang benar. Dunia tidak memberikan kita pilihan mudah. Tapi, aku akan membuktikan kepadamu, aku belum korup."

Puja berdiri, menyalakan terminal data di dekat ranjang. "Aku sudah memanggil Yama. Aku tahu kekuatan fisiknya hilang, tapi otaknya masih jenius. Aku ingin dia fokus meracik serum regenerasi saraf terbaik yang bisa dibuat. Tanpa batas biaya. Kau harus kembali berdiri, Darma. Bukan sebagai aset GATRA, tapi sebagai jangkar moral tim ini."

Darma hanya mengangguk, menerima perintah itu dengan dingin. "Aku akan menunggu."

Satu jam kemudian, Puja Fernando berjalan melewati koridor baja DARMASAKTI, meninggalkan kamar Darma. Wajahnya kembali mengenakan topeng politisnya, dingin dan tanpa emosi.

"Faizah, berikan aku laporan status semua tahanan Kelas A dan Kelas S," perintah Puja melalui headset-nya. "Aku perlu pengganti. Seseorang yang kuat dan loyal. Setidaknya sampai Darma kembali."

Puja berjalan menuju area penjara rahasia DARMASAKTI, sebuah fasilitas di mana mutant berbahaya dan super-villain tingkat tinggi ditahan. Cahaya neon redup memantul dari jeruji baja yang tebal. Ia memindai profil tahanan di terminal.

Ia melihat nama-nama, kekuatan, dan kelemahan mereka: seorang pyrokinesis yang tidak stabil, seorang telepath yang berbahaya, seorang speedster yang terlalu liar. Tidak ada yang memiliki keseimbangan strategis, kekuatan, dan kesetiaan yang dimiliki Adharma.

"Dunia bergerak cepat, dan aku butuh Shadow Leader sekarang juga," gumam Puja. Ia menggeser-geser layar, berhenti pada satu file dengan tanda peringatan merah.

Tepat saat ia hendak membuka file itu, earpiece-nya berdering nyaring. Panggilan masuk: Presiden Bagaskara.

Puja menghela napas panjang, menekan tombol terima, dan kembali memakai senyum palsunya. "Ya, Pak Presiden. Ada yang bisa saya bantu?"

Suara Presiden Bagaskara terdengar tegang dan panik dari ujung sana. "Puja! Ada krisis diplomatik besar! GATRA dan Rhausfeld menekan PBB! Aku baru saja menerima permintaan mendesak dari PBB. Kau harus segera bertemu denganku di Istana Negara, sekarang!"

"Ada apa, Pak?" tanya Puja, mempertahankan nada tenangnya.

"Delegasi dari Amerika, Perdana Menteri Irak, dan Perdana Menteri Suriah sudah tiba di Jakarta. Mereka menuntut penjelasan!" kata Presiden Bagaskara, suaranya bergetar. "PBB akan melakukan penyelidikan formal atas hilangnya kargo senjata di perbatasan. Ini kargo GATRA, Puja! Kenapa kita yang harus repot!?"

Dada Puja terasa sakit karena amarah. Ia tahu ini adalah pekerjaan Helena Kvist. GATRA yang mengirim senjata ke zona konflik, PBB membiarkannya. Tapi saat Black Division mencurinya untuk menghentikan perang, Indonesia yang harus disidang.

Puja mematikan terminal tahanan. Ia meremas kepalan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya.

"Baik, Pak Presiden," jawab Puja, suaranya kini kembali dingin dan tajam, penuh tekad bertarung. "Aku datang. Mereka mau sidang? Biar aku yang menjadi Jaksa Penuntutnya."

Puja Fernando, sang Menteri Luar Negeri, melangkah keluar dari markas rahasia DARMASAKTI, siap menghadapi badai politik global yang dipimpin oleh Helena Kvist.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!