NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:77.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 21. Obsesi Bukan Cinta

Tangannya Nayaka refleks merapikan rambutnya yang terlepas dari helm. Ia melirik Arslan yang berdiri di sebelahnya, tenang, matanya tajam seperti pisau bedah. Sedangkan dia menatap tajam sambil menyeringai sekumpulan orang-orang itu.

"Kayaknya mereka belum kapok," ujarnya Nayaka yang tak terlihat ada raut gentar di wajahnya.

Arslan menanggapi datar, "Bisa jadi karena IQ-nya minus."

Satu dari pria itu berlari sambil membawa besi panjang, menyerang Nayaka lebih duluan. Namun Nayaka hanya melangkah ke samping, lalu menyikut punggung pria itu keras-keras sampai terdengar dentuman tubuh yang jatuh menghantam aspal.

“Argh!!” Teriak salah satu dari penjahat itu.

Dua lainnya menyerang bersamaan dari arah Arslan. Satu mencoba meninju, yang satu lagi menendang. Tapi dokter bedah itu bukan hanya jago di ruang operasi. Ia menangkap tangan penyerangnya, lalu memutar pergelangan mereka dalam gerakan cepat dan akurat, seperti sedang mematahkan sendi tanpa luka luar.

“Argh sakit!” Pekik lantang orang yang menyerang mereka ketika salah satu tangannya dipatahkan.

Salah satu dari mereka mengangkat botol kaca yang sudah dipecahkan ujungnya, senjata darurat tapi cukup untuk melukai.

“Jangan biarkan mereka lolos,” ucapnya pria yang mengangkat botol.

Yang lain menarik rantai dari dalam tas selempangnya, suara logamnya beradu dengan denting malam.

“Mereka pasti akan kalah karena mereka hanya berdua,” ucapnya jumawa pria botak yang tidak membawa rantai.

Tapi Arslan tidak bergeming. Wajahnya dingin. Ia membuka jaket panjangnya pelan dan dari baliknya, sesuatu berkilat sebentar sebuah tongkat besi teleskopik yang ia tarik keluar hanya separuhnya tapi sudah cukup untuk jadi peringatan bagi sang preman.

“Aku kasih kalian waktu tiga detik untuk kabur dari sini,” ucap Arslan pelan namun penuh tekanan. “Satu…”

“Ciee gaya banget, counting down segala,” cibir salah satu preman.

“Dua,” lanjut Arslan nadanya tetap rendah, tapi sorot matanya tajam mematikan.

Nayaka menatap pria di sebelahnya itu, lalu tersenyum kecil.

“Buat cowok yang katanya nggak romantis, gaya ngelindungin gue malam ini kayak hero di drama Korea,” bisiknya.

“Tiga,” ucap Arslan pelan tapi tegas.

Dan saat itu juga tanpa aba-aba Arslan melesat.

Tongkat besi Arslan menghantam keras lutut salah satu pria.

“ARGHHH!!” pekiknya, tubuhnya ambruk ke aspal sambil meringis.

“Sialan… doggy.. tulang gue!!”

Nayaka tak mau kalah. Kayu di tangannya melayang mengenai bahu preman bertopeng merah.

“Ughhh!!” pria itu meringis sambil terseret mundur. “Perawat gila!!”

Arslan berbalik cepat, menghantam dada lawan lain dengan sikunya.

“GUAAHHH!!” teriak preman itu nafasnya tercekik sontak wajahnya memerah.

“Brengsek, bukan lawan gampang ternyata…”

Satu lagi mencoba menyerang Nayaka dari belakang, tapi gadis itu menoleh cepat dan menendang lututnya.

“AARRRGH!!” jeritnya, tubuhnya jatuh ke samping.

“Kaki gue, anjir!!”

Suara teriakan, umpatan, dan desahan kesakitan bercampur dengan debu malam. Jalan kecil itu benar-benar jadi arena kacau.

Nayaka pun tidak tinggal diam. Ia menyambar potongan kayu dari pinggir jalan, lalu menggunakannya ke arah preman bertopeng merah yang mencoba mendekat dari samping.

Benturan, teriakan dan debu memenuhi udara. Jalan kecil yang semula sepi kini menjadi arena pertarungan antara dua orang biasa dokter dan perawat melawan empat pria bayaran yang salah pilih korban.

"Lo belajar silat di mana, Dok?" kata Nayaka sambil menghindar dari serangan.

"Tenang saja yang jelas bukan dari YouTube," imbuh Arslan dingin.

Nayaka melempar lutut ke arah perut salah satu pria, lalu memutar badannya dan menendang kepala penyerang lain dengan presisi

Sekali dua kali, tubuh pria itu terhuyung, lalu ambruk di bawah tiang lampu jalan.

Satu pria terakhir meluncur ke arah Arslan dengan pisau kecil. Tapi sebelum sempat menusuk, Nayaka menendang tangan pria itu dari samping, membuat pisaunya mental jauh.

“Udah cukup?” seru Nayaka lantang.

Tiga dari mereka mengerang kesakitan. Satu kabur sambil tertatih. Yang lainnya merangkak menjauh tanpa berani menoleh lagi.

Arslan menyeka tangannya. Napasnya masih teratur, seolah baru saja selesai menjahit luka pasien.

Nayaka menepuk tangannya sendiri dengan puas.

“Lumayan, pemanasan bareng calon suami,” katanya sambil tersenyum ke arah Arslan.

“Jangan dibiasain,” jawab Arslan pelan.

“Maksud Pak dokter berantem bareng?”

“Maksud gue kita masih calon. Belum halal ngajak ribut berdua.”

Nayaka tertawa kecil. “Kalau udah sah, boleh ngajak ribut bareng tiap malam gitu maksudnya?” dengan tatapan genit diperlihatkan oleh sang perawat cantik itu.

Arslan tidak membalas. Hanya menatapnya lama, lalu mengangguk kecil.

“Kalau perlu kita berantem bareng sampai tua.”

Nayaka diam. Senyumnya melebar, tapi ada getar halus di matanya. Entah karena ketegangan barusan, atau karena kalimat Arslan yang meskipun terdengar dingin justru terasa lebih romantis daripada semua rayuan dunia.

Malam itu, langit tetap kelam. Tapi untuk Nayaka, langkahnya terasa lebih ringan. Karena dia tahu walau Arslan bukan tipe cowok hangat, dia tidak akan pernah membiarkan satu pun bahaya menyentuhnya.

Dari balik bayang-bayang pohon besar di seberang jalan, sepasang mata mengamati dengan serius.

Tubuh tegap berseragam preman berdiri bersandar santai di tiang lampu, menyilangkan tangan di dada.

Tatapannya tajam, tapi senyumnya mengembang pelan begitu melihat satu per satu pria bertopeng itu tumbang oleh duet tak terduga seorang perawat bar-bar dan dokter bedah yang katanya cuma bisa dingin di ruang operasi.

Begitu pertarungan usai dan keempat pria itu menyerah total, suara tepuk tangan pelan terdengar dari kejauhan. Ritmenya pelan tapi jelas. Nayaka dan Arslan refleks menoleh.

Uwais keluar dari balik gelap dengan langkah tenang. Jaket hitamnya berkibar tertiup angin malam. Sinar lampu jalan mengenai badge kecil di pinggangnya. Polisi.

“Gokil,” ucap Uwais sambil masih menepuk tangan. “Gue nonton kayak nonton film laga tapi versi real life.”

Nayaka mengangkat alis, lalu menyeringai. “Lo ngintip dari kapan?”

“Dari lo masih putar balik di tikungan. Gue udah curiga sama gerombolan badut berkedok itu,” ujar Uwais santai, lalu menatap Arslan. “Hebat juga lo, Dok. Gue pikir lo cuma jago nahan pendarahan, ternyata bisa juga bikin orang pingsan berdiri.”

Arslan tidak menjawab. Seperti biasa, diam adalah senjatanya. Tapi ada sedikit gerakan di rahangnya pertanda kalau ia menahan diri untuk tidak terlalu menanggapi pujian.

“Lo ngapain di sini, Wais?” tanya Nayaka sambil memungut helmnya.

“Ngikutin lo, Nay,” ucap Uwais cepat.

“Odelia sempat khawatir lo pulang sendiri malam-malam gini, katanya feeling-nya nggak enak. Ya udah, gue lintas patroli aja. Eh, bener kan.”

Nayaka memutar mata, lalu tersenyum tipis. “Odelia emang lebih peka daripada radar polisi.”

Uwais terkekeh. “Kebetulan malam ini feeling dia penyelamat lo.”

Ia melangkah mendekat, lalu menatap tubuh-tubuh yang masih tergeletak lemah di tanah. Salah satu sudah kabur, tiga lainnya cuma bisa merintih.

“Gue bawa mereka ke kantor. Jangan khawatir, gue catat semua. Termasuk perintah culik dan lokasi eksekusinya. Ini udah bukan kejahatan kecil,” imbuh Uwais sambil menunjukkan borgolnya.

Nayaka menoleh cepat ke Arslan, lalu berkata, “Lo denger, Dok? Mereka bakal dapat balasan. Gue lega.”

Arslan tidak menjawab. Tapi tangan kirinya perlahan meraih tangan Nayaka dan menggenggamnya erat tanpa kata, tanpa janji manis.

Hanya sebuah isyarat yaitu berkata selama aku ada, nggak akan ada yang bisa menyentuh lo semudah itu lagi.

Uwais tersenyum melihatnya, lalu memberi hormat kecil.

“Pasangan calon pengantin terbaik minggu ini, gue kasih nilai sembilan koma lima. Sayang nggak direkam. Viral pasti.”

“Kalau direkam yang pertama gue tendang lo, Wais,” sahut Nayaka sambil tertawa kecil.

Dan malam itu, di tengah jalanan sepi dan tubuh-tubuh tak berdaya yang akan segera dibawa ke balik jeruji, sebuah cerita baru dimulai.

Tentang dua orang yang mungkin berbeda segalanya sikap, profesi, gaya hidup tapi ternyata bisa berdiri bahu-membahu, bukan cuma dalam cinta, tapi juga dalam pertempuran yang tak pernah mereka undang.

Kadang, pasangan paling kuat bukan yang saling mengisi kekurangan, tapi yang saling tahu cara bertarung bersama.

Sementara tubuh-tubuh tak berdaya dibawa paksa ke dalam mobil polisi oleh Uwais dan rekan-rekannya, jauh di sudut kota Jakarta, di dalam sebuah ruangan gelap berisi aroma cerutu mahal dan furnitur kayu tua yang dingin, seseorang berdiri membelakangi jendela besar.

Matanya menatap keluar, ke kelamnya malam yang menusuk. Di tangannya, segelas wine bergetar sedikit. Bukan karena takut. Tapi karena amarah yang dipendam terlalu lama.

Ponselnya berdering sekali, dua kali, tiga. Lalu ia angkat tanpa menoleh.

Suara di seberang panik.

“Maaf, Bos. Gagal. Mereka berdua lebih kuat dari yang kita duga. Tiga orang kami ditahan polisi, satu kabur tapi cedera..”

“Diam!” serunya pelan tapi tajam.

Suaranya seperti pecahan es yang jatuh tepat di atas marmer.

“Saya..”

“Kau pikir aku main-main?” tanyanya pelan. Nada datar, tapi dinginnya menembus tulang.

“Dia cuma perawat. Seharusnya mudah,” sambungnya lirih, seolah bicara sendiri. “Tapi ternyata, dia bukan cuma punya nyali. Dia punya Arslan Mahardika.”

Ia menoleh perlahan, matanya merah karena amarah yang ditahan. Ponsel di tangannya dibanting ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

“Gadis itu Tari Nayaka harusnya lenyap malam ini,” desisnya. “Bukan malah berdiri di samping pria yang seharusnya jadi milikku.”

Tangannya mengepal cincin di jari manisnya menancap ke kulitnya sendiri.

“Aku sudah buang harga diri. Aku sudah mengatur semuanya. Arslan Mahardika bukan untuk perempuan sembarangan,” ujarnya pelan tapi penuh dendam. “Dia milikku. Bukan milik cewek murahan yang cuma bisa genit di ruang IGD.”

Ia berjalan mondar-mandir, napasnya memburu.

“Kalau cinta tidak bisa aku miliki dengan cara baik-baik maka Nayaka harus tahu, setiap langkahnya akan aku buat jadi neraka.”

Tiba-tiba ia berhenti, lalu menatap foto Arslan yang tergantung di dinding ruangan. Diambil saat upacara peresmian rumah sakit. Tampak gagah, tampan, sempurna.

“Kau akan kembali padaku, Arslan. Dan Nayaka akan tahu rasa...”

Suara pecahan kaca terdengar. Gelas wine di tangannya telah meluncur jatuh, menghantam lantai hingga hancur berserakan.

Ia tersenyum pelan. Tapi bukan senyum bahagia.

Itu senyum seseorang yang siap melakukan apapun bahkan jika itu berarti menciptakan kehancuran.

Karena bagi orang yang cintanya ditolak, logika bukan lagi teman yang tersisa hanya obsesi. Dan obsesi selalu haus akan amarah dan dendam.

1
Rizka Susanto
apa kabarnya bang kai... saaarrr😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: udah tenggelam 🤣🤭
total 1 replies
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
kalea rizuky
katanya keguguran salah satu bayinya g jd kah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kembar tiga kak satu keguguran
total 1 replies
Rizka Susanto
keren bgd sih km nay...
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir baca kakak, bisa mampir baca novel baru aku dong kakak judulnya Terjerat Pesona Ustadz Tampan
total 1 replies
Rizka Susanto
jodoh km sdh mulai mendekat ay...
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Dipaksa Menjadi orang ketiga ceritanya nggak kalah seru kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Rizka Susanto
ya allah bang... dpt serangan mendadak untung aja km gk pingsan 😆
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Faika Pertiwi
lanjut
Yani
mau satu ky pak dokter di real world ada ga yaa /Silent/
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sulit dan langka banget 🤣🤭
total 1 replies
Yani
nah kan dibilangin bu dokter suruh anteng mlh bikin rusuh yg ujungnya resah dan gelisah.. ha ha/Silent//Silent/
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehe 🤭🤣
total 1 replies
Fatimah Zarah🎯™🦩⃝ᶠ͢ᵌꨄ​
next
Fahira Febrina
semakin suka
Aqila nurifa
lanjut
Fadila Bakri
apakah akan melahirkan
Yani
pagi pagi udah local abis
suasana ter absurd dan terkonyol menjelang lahiran Di dunia pernovelan
pingin salto tp takut kesleo /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha minum obat keseleo atau ke tukang urut saja 🤣☺️
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
kok aq penasaran dengan mantannya aylara, dia kan nikah sama sepupunya suaminya juga kan ?
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar nanti aku khususkan kisahnya mereka.
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
ya, Allah kak author ini ngetik sambil lihat Al Quran apa kak author hapal Al Quran nih 🤔🤔🤔👍👍👍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nyontek kakak ☺️🙏🏻🙏🏻🤭
total 1 replies
sasip
mantab sekali komentarnya suster.. 👍🏻🫶🏻✌🏻
sasip
wih, bagaimana itu rasanya dicintai sebegitu mendalam tapi diam² yak? 😉🤭 bikin penasaran ajah karya dikau neh thor.. lanjut..
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe...

makasih banyak 😘🙏🏻
total 1 replies
Farhana
crazy update dong kak
Yani
ya Allah ya Robbi pagi pagi udah kaku perut aku ama tingkah klga absurd ini... /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣

kak follback yah 🙏🏻 aku follow 🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!