Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28: LAYANAN EKSKLUSIF DAN PERASAAN TERPENDAM
Kiara denger omongan Rio, langsung gigit bibir bawahnya. Rio udah mau rekrut babysitter, apa itu artinya dia gak butuh Kiara lagi? Terus nanti Kiara masih punya alasan apa buat dateng kesini?
Kiara sayang banget sama Kenzie, tapi dia baru sadar—ternyata dia lebih gak rela ninggalin Rio. Kesadaran itu bikin dadanya sesak, napasnya jadi agak pendek. Bahkan Kiara sampe lupa jawab pertanyaan Rio. Dia cuma berdiri kaku di situ, mukanya berubah-ubah antara merah sama pucat.
Rio yang ngeliat Kiara gak gerak sama sekali jadi bingung. Dia lambaikan tangan di depan muka adik iparnya itu.
"Kiara? Lu kenapa?" tanya Rio dengan nada khawatir.
Kiara baru sadar. Begitu mata mereka ketemu, muka Kiara langsung merah kayak kepiting rebus.
"M-Mas Rio... kalau gitu... aku usahain gak ganggu lu lagi ya..." ucap Kiara terbata-bata, suaranya nyaris kayak bisikan.
Rio menatap Kiara dengan ekspresi aneh. Keningnya mengerut.
"Ganggu apaan sih? Gue gak pernah bilang lu ganggu. Gue cari babysitter justru biar kita berdua gak terlalu repot ngurus Kenzie. Mikir dong, kalau tiap hari harus antar-jemput sekolah, kapan kita bisa ngerjain hal lain?" jelas Rio sambil menggaruk kepala yang gak gatal. Dia lanjutin lagi dengan nada lebih serius, "Lagian, ngerjain babysitter sama lu dateng kesini itu dua hal yang beda. Sekarang kakak lu gak ada, Kenzie paling deket sama lu, kalau lu juga pergi, gimana perasaan dia? Lu tega?"
Kiara langsung luluh. Sebenernya dari awal dia juga pengen denger jawaban kayak gitu, hatinya yang tadi serasa diremas sekarang jadi hangat.
'Ternyata dia masih butuh aku...' pikir Kiara dalam hati sambil senyum tipis.
"Kalau gitu... aku tetep sering kesini ya, Mas Rio," jawab Kiara dengan suara lembut, mukanya masih merah tapi senyumnya mulai mengembang.
Rio ikutan senyum. "Ya iyalah, emang gue bakal ngusir lu?"
Suasana antara mereka berdua jadi lebih hangat. Kiara langsung sibuk beresin mainan Kenzie yang berantakan, sementara Rio duduk sambil ngecek ponselnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Nomor gak dikenal.
Rio angkat aja tanpa pikir panjang. "Halo?"
"Pak Rio, masih inget sama saya gak? Saya Melati!" seru suara perempuan dari seberang dengan nada excited.
Rio langsung inget. Cewek cantik yang nyaris kena rampok di apartemen sepupunya Jasmine waktu itu.
"Oh, Bu Melati, tentunya inget. Ada perlu apa nih nelpon saya?" tanya Rio sambil berdiri dari sofa, jalan ke arah jendela.
"Gak enak ngomongnya lewat telepon, Pak Rio. Gimana kalau kita ketemu aja? Saya pengen ngajak makan siang sambil ngobrol. Anggep aja sebagai ucapan terima kasih karena Bapak udah nolongin saya waktu itu," tawar Melati dengan nada manis.
Rio mikir sebentar. Denger nada suara Melati, kayaknya ada urusan penting, mungkin soal Gunawan, cowok brengsek yang jadi tunangannya.
"Boleh. Kapan dan dimana?" jawab Rio singkat.
"Besok siang, jam setengah sebelas, saya kirim alamat restorannya lewat chat ya. Perlu saya jemput?" tanya Melati dengan nada harap-harap cemas.
"Gak usah. Saya bisa kesana sendiri," balas Rio sambil tersenyum tipis.
"Oke! Sampai ketemu besok ya, Pak Rio!" seru Melati excited sebelum tutup telepon.
Baru aja telepon ditutup, ponsel Rio langsung bergetar. Melati ngirim friend request di WhatsApp. Rio approve, terus langsung dapet kiriman lokasi restoran.
[Besok jam 11.30 ya, Pak Rio, kita ketemu di sana. Perlu saya jemput?]
[Gak usah, Bu. Saya bisa kesana sendiri.]
[Baik! Saya tunggu!]
Rio ngirim emoji OK, terus iseng buka profil Melati. Ternyata Melati setting privacy-nya ketat, cuma bisa liat tiga hari terakhir aja. Postingan paling baru foto-foto tanaman hias di rumah barunya.
'Gak nyangka cewek ini hobi nanem bunga. Cocok dong sama namanya,' pikir Rio sambil senyum geli.
Tapi yang bikin Rio tertarik, foto profil Melati itu pake foto dirinya sendiri. Lagi duduk di depan jendela besar, tangan nopang dagu, matanya natap keluar dengan tatapan misterius. Dia pake dress hitam yang simpel tapi elegan.
'Fotografernya jago juga, atau emang orangnya yang fotogenik banget ya?' pikir Rio sambil zoom foto profilnya.
Tapi Rio langsung sadar—besok mau ketemu Melati masa pake baju seadanya kayak biasa? Dia liat dirinya sekarang: kaos oblong kusam, celana pendek, sendal jepit. Gak banget.
'Gue tajir sekarang. Masa tampang aja masih kayak gini?' batin Rio sambil ngelus dagu.
Rio langsung inget soal layanan priority banking yang dia dapet dari bank. Udah lama banget gak dipake. Dia buka kontak, cari nama Yuni—manajer khusus yang ditugasin buat handle kebutuhannya.
Awalnya bank ngasih manajer cowok, tapi Rio protes keras, dia minta diganti cewek, dan ceweknya harus muda dan cantik. Bank nurut aja. Mereka kirim Yuni, cewek cantik berumur dua puluh delapan tahun dengan attitude profesional tinggi.
Rio langsung telpon.
"Mbak Yuni, saya butuh fashion consultant. Sekalian mau beli beberapa setelan baju baru. Bisa diatur gak?" tanya Rio langsung to the point.
Suara lembut Yuni langsung nyahut dari seberang. "Pak Rio, untuk layanan ini kira-kira budget Bapak berapa? Biar saya bisa mengatur sesuai kebutuhan."
Rio mikir sebentar. "Lima puluh juta dulu deh. Tapi syaratnya besok pagi sebelum gue keluar rumah, semua udah harus siap. Bisa?"
"Siap, Pak Rio. Saya langsung koordinasi dengan tim kami. Mohon ditunggu sebentar," jawab Yuni dengan nada penuh percaya diri.
"Oke, gue tunggu."
Rio tutup telepon sambil nyengir puas. Penasaran juga sebenarnya seberapa bagus layanan priority banking ini. Gak gratis sih, tapi kalau emang worth it ya gak masalah. Lagian kalau mau sewa jet pribadi juga mereka bisa atur,cuma harganya bikin dompet nangis.
Belum sampe setengah jam, tiba-tiba ada yang ngetuk pintu. Rio ngintip lewat lubang pintu dulu. Di luar ada tiga orang muda pake setelan hitam rapi. Dua cowok satu cewek, keliatan dari body language mereka kalau ceweknya yang jadi leader.
Rio buka pintu. Cewek itu langsung senyum profesional lebar.
"Selamat siang, Pak Rio. Nama saya Ratna. Saya fashion consultant yang ditugaskan Mbak Yuni untuk membantu Bapak, ini dua asisten saya," ucap Ratna sambil nunjuk dua cowok di belakangnya.
Rio ngangguk sambil mundur, kasih mereka ruang buat masuk. "Silakan masuk. Makasih ya udah repot-repot dateng."
"Ini memang tugas kami, Pak Rio. Tidak merepotkan sama sekali," balas Ratna dengan senyum ramah.
Begitu masuk, Ratna langsung keluarin peralatan dari tas kerjanya. Dia mulai ukur badan Rio dari ujung rambut sampe ujung kaki, bahkan detail kayak Rio biasa taro "anu"-nya ke kanan atau kiri juga dicatat.
'Buset, detail banget. Profesional beneran nih,' pikir Rio dalam hati sambil nahan senyum.
Setelah selesai ngukur, Ratna minta izin foto Rio dari beberapa sudut, terus dia buka laptop, mulai ngetik dan edit dengan cepet.
"Pak Rio, kalau Bapak mau kenyamanan maksimal dan pengen tampilan eksklusif, saya saranin langsung custom order dari brand ternama. Pertama, bahannya pasti berkualitas. Kedua, gak bakal ketemu orang lain pake baju yang sama. Soalnya di kalangan tertentu, meskipun limited edition, tetep aja ada kemungkinan kembar," jelas Ratna sambil ngetik.
Rio manggut-manggut. Dia pernah denger beberapa brand luxury nerima custom order, cuma harganya selangit. Dulu mah cuma bisa mimpi, sekarang? Tinggal angkat tangan doang.
"Lu yang tentuin aja deh. Gue percaya sama selera lu," ucap Rio santai sambil duduk di sofa.
Ratna langsung senyum manis. Senyumnya kali ini jauh lebih asli dibanding pas pertama dateng.
"Terima kasih atas kepercayaan Bapak. Saya sudah menyiapkan beberapa kombinasi outfit berdasarkan ukuran dan preferensi Bapak, gabungan dari beberapa brand ternama. Mau saya tunjukkan dulu?" tanya Ratna sambil nyodorin tablet ke Rio.
Rio terima tabletnya, liat beberapa foto yang udah di-edit. Foto-foto itu nunjukin Rio pake berbagai macam outfit elegan. Ada yang formal, ada yang semi-formal, ada yang casual tapi tetep classy.
'Anjir, gue bisa sekeren ini?' pikir Rio dalam hati sambil takjub.
"Oke, ini bagus. Tapi inget ya, gue butuhnya besok pagi sebelum keluar rumah, bisa gak?" tanya Rio dengan nada serius, matanya natap Ratna tajam.
"Tenang, Pak Rio. Kami akan koordinasi langsung dengan pihak brand. Dijamin barangnya sampe sebelum Bapak berangkat," jawab Ratma dengan penuh percaya diri.
"Bagus."
Setelah semua diskusi selesai, Ratna keluarin kontrak. Rio baca sekilas, terus langsung tanda tangan.
Soal pembayaran? Yuni yang urus. Langsung potong dari rekening Rio, gak perlu repot-repot gesek kartu.
Setelah Ratna sama timnya pergi, Rio balik ke ruang tamu. Kiara lagi main sama Kenzie, tapi matanya sesekali ngelirik ke arah Rio dengan tatapan penasaran.
"Mas Rio, tadi siapa yang dateng?" tanya Kiara dengan nada hati-hati.
"Fashion consultant dari bank. Besok gue ada meeting penting, jadi harus tampil lebih sesuai," jelas Rio sambil duduk di sebelah Kenzie.
Kiara diem sebentar, terus senyum tipis. "Mas Rio sekarang bener-bener beda ya, kayak orang penting banget."
Rio ketawa. "Gak juga sih, cuma berusaha adaptasi aja sama kondisi sekarang."
Tapi dalam hati, Rio ngerasa excited. Besok dia bakal ketemu Melati dengan penampilan terbaik, siapa tau bisa dapet info penting soal Gunawan sekaligus... well, siapa yang tau kan?