Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25: MOBIL SPORT DAN KEJUTAN DARI TEMAN
Melati denger nama itu, mikir lama banget baru inget. Itu cowok ganteng yang dulu antar wine ke apartemennya.
Waktu itu Rio sempet kasih kode ke Melati soal tunangannya, setelah itu Melati mulai perhatiin gerak-gerik Gunawan. Pas belum curiga, Melati gak nyadar apa-apa, tapi setelah beberapa hari ngawasin, ternyata bener aja. Bajingan itu punya selingkuhan di luar, dan gak cuma satu!
Gara-gara tekanan keluarga, meskipun Melati gak rela, dia terpaksa nikah sama Gunawan. Melati pikir kalau cowok itu setia ya udahlah, tapi ternyata selain tampangnya jelek, kelakuannya juga busuk. Sekarang Melati lagi kumpulin bukti, nanti di waktu yang tepat, dia bakal hajar Gunawan habis-habisan. Gak cuma bikin namanya hancur, tapi juga rebut semua hartanya.
Kalau cewek udah marah beneran, apapun bisa dia lakuin.
Beberapa hari ini Melati sebenernya mau kontak Rio duluan, mau minta tolong cari bukti tambahan. Eh belum sempet kontak, malah sepupunya yang nyebutin nama Rio duluan.
"Kenal sih, kenapa emangnya?" tanya Melati dengan nada penasaran.
"Soalnya dia klien gue hari ini, trus dia sewa unit yang udah lama kosong itu, yang paling lucu, pas pertama ketemu dia malah salah kenalan, ngira gue itu lu!" cerita Ratna sambil ketawa.
Melati ikutan ketawa, meskipun mereka sepupu, tapi emang mirip banget. Sering ada yang salah kenali mereka berdua.
Setelah ngobrol sebentar, Melati baru inget maksud utamanya.
"Kak Ratna, bisa gak bantuin gue cari tau tentang Rio?" pinta Melati dengan hati-hati.
"Loh, kenapa? Jangan-jangan lu suka sama dia? Ingetin diri lu sendiri dong, lu kan udah mau nikah," ledek Ratna sambil cengengesan.
"Kak Ratna mikir apa sih! Gue ada urusan penting sama dia!" sanggah Melati dengan nada kesal tapi malu.
Setelah mikir sebentar, Melati akhirnya cerita soal Gunawan ke Ratna. Begitu denger cerita lengkapnya, Ratna langsung panas, hubungan mereka deket banget. Ratna dari awal udah ngerasa Melati nikah sama Gunawan itu kayak bunga jatuh ke tai. Ratna udah berkali-kali protes ke keluarga. Tapi gak ada gunanya. Keluarga mereka keras kepala, maksa nikahkan Melati demi balas budi. Gak ada yang mau dengerin.
"Oke, gue bantuin lu cari tau, tapi menurut gue sih, Rio orangnya enak diajak ngomong. Kalau lu emang mau minta tolong, mending terus terang aja daripada nyelidikin dia diam-diam. Nanti kalau ketauan, dia malah tersinggung," saran Ratna dengan nada serius.
Melati diem sebentar, mikir keras. "Oke, gue ngerti harus gimana."
Sementara itu, disisi Rio, hidupnya lagi enak-enakan.
Setelah Ratna anterin Rio sampe dealer Porsche, begitu turun dari mobil, Nadya yang udah nungguin langsung lari sambil meluk Rio.
"Sayang!" teriak Nadya manja sambil langsung cium pipi Rio.
Sekarang Nadya kelakuannya persis kayak cewek yang lagi kasmaran. Soalnya tadi Rio baru aja kirim chat, suruh Nadya liat-liat rumah, kalau ada yang cocok, bisa dibeli. Itu bukan petunjuk lagi, itu udah terang-terangan!
Beli rumah jauh lebih berharga daripada beli tas branded. Nadya emang udah bayangin suatu saat bakal dapet ginian, tapi gak nyangka secepat ini.
Rio emang udah pernah nikah, tapi itu bukan salah dia, murni gara-gara mantan istrinya yang bodoh. Nadya malah berterima kasih sama mantan istri Rio, kalau bukan gara-gara dia, Nadya gak bakal dapet kesempatan ini. Nanti kalau ketemu, Nadya harus ucapin terima kasih.
Setelah puas bermesraan sama Rio, Nadya gandeng tangan Rio, jalan masuk ke dealer Porsche sambil pamer kemesraan.
Temen Nadya yang kerja di situ langsung menyambut mereka. Cewek ini umurnya kayaknya sebaya sama Nadya, dia pake setelan kantor hitam ketat. Meskipun gak pake high heels, tingginya tetep keliatan jangkung banget, apalagi kakinya yang dibalut stocking hitam itu, bikin siapapun gak bisa lepas pandangan.
Nadya nyadar Rio lagi ngeliatin temennya. Tapi dia gak kesel, soalnya kaki sahabatnya itu emang bagus banget, bahkan Nadya yang cewek aja iri liatnya. Kalau Rio gak bereaksi apa-apa, Nadya malah curiga ada yang aneh.
Dari awal hubungan mereka udah gak seimbang. Nadya juga gak pernah berharap Rio cuma setia sama dia, yang penting Rio baik sama dia, itu udah cukup.
Temen Nadya juga gak ambil pusing, malah dia agak bangga. Begitu denger Nadya dapet pacar tajir, Fiona sebenernya iri. Mereka berdua sahabat deket karena prinsip hidup mereka mirip-mirip, Fiona juga pengen dapet cowok kaya yang ganteng buat dijadiin tujuan hidup. Tadinya Fiona pikir dia yang bakal duluan dapet, eh ternyata Nadya yang menang.
Lagipula liat tampang Rio, meskipun gak dijadiin pacar resmi, cuma jadian biasa juga gak rugi.
Fiona itu tipenya: takut temen susah, tapi juga takut temen pamer mobil mewah.
Tapi Fiona cepet banget ngatur emosinya. Dia langsung jabat tangan Rio sambil senyum profesional. "Selamat datang Pak Rio. Saya Fiona, sahabat Nadya. Nadya sering cerita soal Bapak. Seneng banget akhirnya bisa ketemu langsung."
Rio senyum sambil balas jabat tangan Fiona. "Nadya juga sering cerita soal lu. Kali ini merepotkan ya."
"Gak ada yang repot kok, Pak, justru saya yang harus berterima kasih karena Bapak mau belanja di sini. Oh iya, Bapak tertarik model yang mana?" tanya Fiona dengan nada ramah sambil gestur profesional.
Begitu denger pertanyaan itu, Rio langsung nunjuk mobil hitam mengkilat yang ada di panggung display. "Jelasin soal itu dong."
Sejak masuk, mata Rio udah tertarik sama mobil itu. Spesifikasi teknis dia gak ngerti, yang penting dua hal: enak dikendarai dan keren diliat! Mobil sport di jalan biasa juga gak bisa ngebut maksimal. Rio juga sayang nyawa, gak mau balapan di sirkuit, jadi buat dia yang penting nyaman dan estetik aja.
Fiona gak nyangka Rio langsung ngincer mobil paling mahal di toko mereka.
"Pak Rio, ini mobil edisi ulang tahun ke-50 kami, 911 Turbo S 3.8T. Harga on the road sekitar dua ratus tiga puluh sembilan juta, tapi tergantung custom tambahan sih..." jelas Fiona sambil buka pintu mobil, kasih Rio coba masuk.
Mobil sport emang beda. Kenyamanannya gak bisa dibandingin sama sedan atau SUV, tapi yang beli mobil sport juga gak nyari kenyamanan.
Setelah denger penjelasan lengkap, Rio nanya, "Bisa test drive?"
Fiona agak ragu. "Waduh, itu harus apply dulu, Pak, soalnya mobil ini beda dari yang lain. Ini mobil display khusus."
Rio geleng. "Kalau gitu gak jadi deh, gue gak mau nunggu."
Fiona kecewa, dia kira Rio batalin pembelian. Eh ternyata detik berikutnya Rio bilang, "Ya udah, yang ini aja langsung, berapa lama bisa diambil? Gue bayar cash!"
Fiona sampe kaget, matanya melotot lebar. Mobil display ini full custom dengan part terbaik. Harganya sepertiga lebih mahal dari model standar.
Fiona menelan ludah gugup. "Pak Rio... serius? Mobil ini harga finalnya lebih dari tiga ratus juta," ucap Fiona dengan suara bergetar.
Rio senyum santai. "Tiga ratus juta doang, bukan tiga miliar. Gue masih sanggup lah. Lu tinggal jawab kapan bisa diambil?" tanya Rio sambil angkat alis.
Nadya liat sahabatnya masih bengong, langsung nyenggol Fiona. "Fe, kalau lu gak bisa mutusin, tanya bos lu. Rio udah bilang mau beli, masa dia boong?"
Fiona baru sadar, langsung lari cari manajer. Gak lama kemudian, cowok paruh baya gendut dateng sambil senyum lebar, mukanya penuh keramahan palsu.
"Pak Rio, salam kenal. Saya Tommy Wijaya, manajer dealer ini. Mobil yang Bapak mau bisa saya kasih harga pas tiga ratus juta, tapi masih ada pajak kendaraan sama asuransi yang harus Bapak bayar sendiri. Sebagai bonus, saya kasih gratis sepuluh kali servis, satu tangki bensin penuh, plus beberapa merchandise eksklusif," tawar Tommy dengan nada meyakinkan.
Rio langsung keluarin kartu ATM. "Oke, gesek aja sekarang. Oh iya, gue butuh plat nomor bagus."
"Siap, Pak! Langsung saya atur!" sahut Tommy sambil terima kartu Rio dengan hati-hati.
Tommy langsung suruh staffnya urus dokumen.
Di kota besar emang semua plat harus diundi. Tapi bukan berarti cuma itu satu-satunya cara. Kalau mau keluar duit lebih, masih ada jalan lain buat dapet plat bagus.