Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKE LOVE WITH YOU
Tapi kedatangan beliau kesini memang cukup mengganggu ketentraman batinku. Entahlah kalimat apa lagi yang bakal membuatku sakit untuk mendengarnya ketika kami bertemu lagi.
Tidak terasa jam 7 malam Ghavi menepati janjinya pulang ke Paris. Klik ... pintu apartemen terbuka perlahan "Sayang ... I'm home !" ujar Ghavi. Aku yang masih baru selesai mandi segera keluar kamar karena kudengar suara kekasihku sudah pulang. Masih dengan rambut yang setengah basah dan bathrobe yang membungkus tubuh mulus ku. Aku langsung memeluk Ghavi diruang tengah. "Darling ... I miss you so much" ujarku. Seminggu kami tidak bertemu dan sekarang waktu bagi kami seharusnya meluapkan kerinduan.
Ghavi mulai memeluk tubuh ku ... mencium bibirku dengan penuh kerinduan "I miss you so bad ... my Cat. Apapun yang terjadi please stay with me honey" ujarnya terdengar lelah. "Hey look ... something wrong with you honey ?" aku mencoba menanyakan hal itu disela-sela pelukan dan ciuman kami yang intens. "I don't know. Aku punya firasat buruk tentang kedatangan mamaku. Aku tau bagaimana dulu papa dan mama bercerai. Ambisinya mama dan keluarganya tidak patut aku ceritakan ... sayang" lirih kudengar Ghavi menyampaikan hal itu kepadaku. "Coba ceritakan ke aku tadi mama ngomong apa ?" tanya Ghavi. Akhirnya aku menceritakan semua kejadian tadi pagi tanpa aku hilangkan sepenggal kalimat pun yang disampaikan mamanya kepadaku. "Dan aku mencoba mencerna maunya apa. Sepertinya dia menganggap aku gak layak untuk jadi pendamping anaknya. Karena dia bilang kamu pewaris usahanya. Mungkin itu yang jadi alasannya" ujarku lirih. Ghavi berhak tau untuk apa mamanya yang sekian tahun tidak pernah datang dan tiba-tiba saja muncul tanpa diundang.
Ghavi terlihat sangat memikirkan hal itu, dan aku berusaha memberikan pelukan yang bisa menenangkan nya. Cup ... ciuman tersingkat yang kuberikan di bibirnya. Tapi Ghavi menahan tengkukku ... melumat bibirku dengan penuh rasa cinta dan seperti takut kehilangan benda yang paling berharga dalam hidupnya. Dan entah siapa yang memulai duluan dari sebuah kecupan berakhir dengan desahan saling memburu seolah kami tidak saling ingin terpisah satu dengan lainnya. Malam itu kami melakukan semuanya dengan brutal.
Sehingga malam itu Ghavi lupa memakai pengaman dan mengeluarkan benihnya kedalam rahimku. Dan baru ingat setelah kegiatan bercinta selesai kami lakukan.
Flashback off
Aku bergegas kembali ke apartemen yang sudah kubeli beberapa waktu yang lalu karena selain aku harus menetralisir hatiku karena pertemuan tadi, aku juga kangen melihat buah hatiku yang kemungkinan jam segini masih bobok manis. Klik ... Pintu apartemen aku buka perlahan. Mbak Yuni yang biasanya ngemong Gavin tergopoh keluar dari kamar anakku. "Oh ibu udah pulang ? Adek masih bobok Bu" ujarnya. "Tadi Gavin rewel gak mbak ? Badannya udah gak demam kan ?" tanyaku sambil melangkah menuju kamar Gavin setelah mencuci tangan terlebih dahulu. "Gak rewel kog bu. Cuma karena giginya ada yang mau tumbuh lagi jadi semua mainan digigit. Mungkin gusinya gatal" ujar mbak Yuni. Sedangkan Bik Imah yang sedang sibuk di dapur keluar menuju meja makan untuk mengantarkan segelas jus dingin dan camilan untukku "Mbak Cat ... Ini jus nya diminum dulu dan tadi bibik bikin brownies juga. Udah makan belum ? Kalau belum biar bibik siapin makanan" ujar Bik Imah yang setia menemaniku sejak kelahiran Gavin. "Aku udah makan bik jadi gak usah disiapin makan" ujarku menjawab. Buah hatiku terlihat tidur dengan nyenyak, rambut tebal, kulit putih dengan pipi bersemu merah, bibir mungil menggemaskan persis anak kembar jika disandingkan dengan "papanya". Diusianya 2 tahun jagoanku sangat lucu-lucunya. GAVIN AXELLENDRA ATMADJA, sosok yang kucintai sepenuh hati dan rasanya untuk melihatnya menjadi anak yang bahagia aku akan rela berkorban dengan cara apapun. Walaupun aku membesarkan nya seorang diri tapi aku yakin Gavin tidak kekurangan cinta kasih dan kebahagiaan. Walau tidak ada sosok papa dalam hidupnya, namun aku yakin sosok kakek dapat menggantikan seorang papa dalam hidup Gavin.
Kelahiran Gavin adalah karena kesalahan ku dimasa lampau yang selalu aku syukuri. Selama 3 tahun ini kami cukup mampu untuk menghindari hal apapun yang berkaitan dengan masa lampau. Namun hari ini, saat pertemuan tadi cukup mengiris hatiku. Bagaimana bisa kami bertemu lagi setelah sekian lama ? Apakah keberadaan Gavin akan aman ? Apakah dengan menerima pekerjaan dari Ghavi dan Amara akan membuat luka baru dihatiku ?
"Mbak Yuni dan Bik Imah, tolong siapin semua barang-barang kita yang bisa dibawa aja. Besok kita pulang ke Denpasar jam 10 pagi. Jadi besok jam 6.30 kita sudah ke bandara ya" ujarku tiba-tiba. Karena akan membahayakan bagiku kalau keberadaan Gavin diketahui oleh orang-orang yang bisa jadi akan menyakitinya nanti. "Baik Bu ini sebagian barang udah di packing. Jadi siap untuk berangkat sewaktu-waktu" ujar mbak Yuni. Dan bibik Imah juga berkata "ini bahan makanan di kulkas juga udah habis kog mbak. Jadi kalau kita pulang sudah gak ada yang terbuang".
"Saya mandi dulu dan masih ada acara sampai malam. Tolong sekalian koper saya disiapin baju-baju udah saya susun semua jadi tinggal ditutup aja. Titip Gavin dulu ya bik dan mbak Yuni. Tapi kalau memang nanti Gavin rewel langsung telpon mbak Gaby atau mbak Laura aja kalau HP saya gak bisa dihubungi" ucapku sambil segera masuk kamar untuk menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Gaby adalah asisten yang sudah bekerja denganku selama 2 tahun. Sedangkan Laura adalah manager boutique ku yang ada di Jakarta. Sedangkan untuk di Denpasar bukan hanya usaha boutique yang berskala internasional yang aku miliki. Tapi aku sudah mengembangkan usaha lain seperti restaurant, pusat oleh-oleh dan hotel kelas bintang 3*. Bahkan saat ini aku sedang melakukan penjajakan untuk pembangunan restaurant dan hotel kecil di lombok. Semua ini pelan-pelan kulakukan untuk kesejahteraan Gavin nantinya.
Malam ini adalah grand launching cafe & boutique HOUSE OF GOWN by Catie's di Jakarta Selatan. Dan acara ini nanti akan banyak mengundang para pengamat mode, artis, selebgram dan sosialita. Aku berharap malam ini bisa sukses seperti usahaku yang ada di New York dan Denpasar. Bukan hanya sekedar untuk pembuktian seorang Catelyn Adipta di kancah Fashion Indonesia, namun pembuktian kepada mamanya Ghavi bahwa tanpa uang sogokan nya 2 milyar aku mampu membangun bisnisku. Walaupun kejadian itu tidak ada yang mengetahui selain mama papaku yang mendengar ceritaku. Tapi itu cukup menjadi cambuk untuk diriku bahwa tidak harus memiliki bobot bibit bebet untuk menjadi seseorang yang memiliki status sosial tinggi. Namun cukup dengan bekerja keras, focus dan didukung kemampuan bisnis yang baik, seseorang akan mampu memaksimalkan dirinya. Tidak harus menjadi terpandang karena memiliki uang banyak, namun cukup menjadi seseorang yang bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain.
***