NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: tamat
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:59k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Li Feng menunggang kudanya dengan tatapan tajam, rahangnya mengeras seolah marmer pahatan. Di sampingnya, Han Sunyi berkuda dengan penuh konsentrasi, memeriksa setiap gerakan di balik kabut hutan. Keduanya hampir tidak berbicara, tapi ketegangan di antara mereka terasa seperti petir yang mengumpulkan energi sebelum menyambar.

Sementara itu di belakang, Zhi Dao dan Mei Lian sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing, meski sesekali saling mencuri pandang dengan sangat kikuk.

Bai Ren, yang berjalan di samping mereka, mendesah panjang.

“Kalau ketegangan mereka bertiga ini makin parah, kita bisa meminjamkan tali busur untuk memotongnya,” gumamnya lirih.

Mei Lian menoleh. “Memotong… apa?”

“Ketegangan,” jawab Bai Ren sambil mengangkat bahu. “Tidak apa-apa, lupakan saja.”

----

Jalan menuju bendungan semakin sempit. Tanah berganti batuan kasar, dan suara deras air dari arah utara mulai terdengar lirih.

Han Sunyi memberi isyarat. “Hentikan dulu.”

Para prajurit berhenti serentak.

Zhi Dao turun dari kuda lalu mendekat. “Apa ada masalah, Nona?”

Sunyi menunjuk jejak roda di tanah. “Kereta. Berat. Melewati sini sekitar dua hari lalu.”

Yu Qian ikut memeriksa. “Jejak kereta pengangkut material?”

“Bukan,” jawab Sunyi. “Lebarnya tidak cukup besar. Ini kereta kecil, kemungkinan digunakan untuk membawa barang yang… tidak seharusnya.”

Li Feng berlutut di sampingnya. “Seperti bahan peledak.”

Sunyi mengangguk.

Mei Lian yang berdiri sedikit lebih jauh memegang jubahnya erat-erat. “Tuan Wen—ah, maksudku Nona Han… apakah bendungan benar-benar akan dihancurkan?”

Sunyi menoleh. “Kalau tidak, mereka tidak akan mengirim pembunuh ke hutan.”

Mei Lian menelan ludah.

Zhi Dao menghiburnya. “Jangan takut. Kami ada di sini.”

Alih-alih tenang, pipi Mei Lian justru merah. “Aku… tidak takut.”

Zhi Dao tersenyum kecil. “Iya. Tapi kau gemetar.”

“Aku tidak gemetar!”

“Kau gemetar,” bantah Zhi Dao sambil menatap kedua bahunya yang bergerak halus.

Mei Lian semakin memerah. “Itu karena dingin!”

Bai Ren mencibir. “Dingin dari mana? Matahari sudah muncul dari tadi!”

Zhi Dao mendelik tajam. “Diam, Bai Ren.”

“Baik, baik, aku diam…” Bai Ren menjauh sambil mengangkat tangan.

Han Sunyi hanya menggeleng terpatah-patah.

---

Setelah setengah jam berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah dataran tinggi. Di bawah sana, bendungan besar berdiri megah, menahan aliran sungai besar yang mengalir dari pegunungan.

Namun pemandangannya jauh dari baik.

Sunyi menyipitkan mata. “Lihat itu.”

Bendungan yang seharusnya kokoh terlihat memiliki retakan memanjang di sisi kiri. Beberapa pekerja tampak bekerja, tetapi gerakan mereka lambat dan tidak terkoordinasi seperti orang-orang yang tidak benar-benar tahu apa yang mereka lakukan.

Yu Qian mengumpat pelan. “Mereka bukan pekerja yang disertifikasi. Ini pekerja palsu.”

Li Feng menatap retakan itu dengan wajah kelam. “Kalau retakan itu melebar, seluruh desa bawah akan tersapu habis.”

“Benar,” jawab Sunyi. “Dan kereta yang lewat dua hari lalu kemungkinan membawa bahan peledak untuk menghancurkan sisi kanan bendungan juga.”

Prajurit Naga Putih menegang.

Zhi Dao mendekat. “Apa kita harus menyerbu mereka, Nona?”

“Tidak.” Sunyi menggeleng. “Kalau kita menyerbu langsung, mereka mungkin sudah menyiapkan detonator atau jebakan. Kita harus turun diam-diam dan menangkap dalangnya dulu.”

Li Feng memberi perintah. “Formasi dua tim. Sunyi dan aku turun dari sisi barat. Yu Qian dan Zhi Dao dari sisi timur. Bai Ren, kau lindungi Mei Lian di titik pengamatan.”

“Siap!” seru semua prajurit.

Mei Lian hendak protes. “Tapi aku bisa berguna—”

“Tidak,” jawab tiga suara sekaligus: Sunyi, Li Feng, dan Zhi Dao.

Mei Lian merengut. “Kalian tidak percaya padaku.”

Zhi Dao menghela napas pelan. “Bukan begitu. Aku hanya… kau itu orang penting. Dan kalau sesuatu terjadi… aku...kami tidak bisa menerimanya.”

Mei Lian menatap Zhi Dao lama sebelum menunduk. “Baiklah…”

----

Han Sunyi dan Li Feng menyelinap turun di antara bebatuan.

Diam. Cepat. Terlatih.

"Hati hati" ujar Han Sunyi

"Tenang aku sudah biasa seperti ini" ujar Li Feng

Sunyi mengangkat satu alis. “Ku pikir selama kau jadi Kaisar kau berhenti melakukan misi?”

Li Feng terdiam sejenak.

---

Bai Ren mendirikan tenda kecil di balik dua batu raksasa, tempat mereka bisa melihat bendungan tanpa terlihat dari bawah.

Mei Lian duduk sambil memegang termos air. “Apakah semuanya akan baik saja?”

“Percayalah,” jawab Bai Ren. “Kalau Han Sunyi dan Li Feng ada di satu medan, musuh lebih baik berdoa.”

Mei Lian menggigit bibir. “Aku… khawatir untuk Zhi Dao.”

Bai Ren memiringkan kepala. “Untuk Zhi Dao?”

Pipi Mei Lian memerah. “Iya. Dia… dia baik. Dan aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya.”

Bai Ren terkekeh kecil. “Ah, jadi begitu.”

“Tutup mulutmu,” desis Mei Lian.

“Tentu, tentu. Tapi kalau kau ingin saran, kau harus bilang langsung ke dia setelah misi selesai.”

Mei Lian menatap tanah. “Tidak… aku tidak berani.”

Bai Ren menyipitkan mata. “Kau cantik, baik, pintar, dan punya keberanian memukul pembunuh dengan tongkat. Kau sudah punya modal yang lebih besar daripada kebanyakan wanita.”

Mei Lian terdiam.

Lalu ia mengangguk pelan. “Baik… mungkin nanti aku akan bilang.”

----

Han Sunyi dan Li Feng tiba di sebuah titik di mana mereka bisa melihat pekerja palsu mengangkat peti-peti berat. Beberapa peti memiliki tanda merah mencurigakan.

Bahan peledak.

Sunyi meraba gagang pedangnya. “Kita serbu?”

“Tidak,” jawab Li Feng. “Ada seseorang di balik ini.”

Tepat saat itu—

Suara tepuk tangan terdengar dari balik dinding kayu sementara.

Tok. Tok. Tok.

Seorang pria bertubuh kurus tinggi keluar sambil tersenyum lebar. Mata sipitnya penuh ejekan.

“Lama tidak bertemu, Yang Mulia,” katanya dengan angkuh.

Li Feng shock “Kau…”

Bo Yuan tersenyum. “Ya. Aku. Pengawal setia dari pamanmu, Li Sun. Atau seharusnya kusebut… pengkhianat masa depan kekaisaran.”

Sunyi menghunus pedangnya. “Kau berani menghancurkan bendungan yang menahan air untuk enam desa?! Ribuan jiwa!”

Bo Yuan mengangkat bahu. “Pengorbanan kecil untuk masa depan besar.”

Li Feng melangkah maju. “Kau gila.”

“Tidak,” jawab Bo Yuan. “Aku hanya memastikan Li Feng turun dari takhta.”

Bo Yuan memberi isyarat.

Puluhan prajurit bersenjata muncul dari balik bangunan kayu.

Han Sunyi memutar pedang. “Aku hitung tiga…”

Li Feng mengangguk. “Lalu kita habisi mereka.”

“TIGA!”

----

Serangan pertama datang dari sisi kiri. Sunyi melompat ke udara dan menebas dua prajurit sekaligus. Gerakannya halus, cepat, dan mematikan. Seperti angin musim dingin yang membekukan musuh sebelum mereka sempat berteriak.

Li Feng bertarung dengan brutal tapi penuh kontrol. Setiap tebasan adalah peringatan bahwa ia bukan sekadar Kaisar yang duduk di tahta ia pejuang yang ditempa peperangan.

Bo Yuan mengibaskan kipas baja besar. “Tahan mereka!”

Ledakan suara petir kecil muncul dari kipas itu, membuat tanah bergetar.

Sunyi menghentak tanah dan melompat ke belakang. “Dia menggunakan jurus kipas petir!”

Li Feng menggeram. “Dia belajar dari mana jurus berbahaya itu?!”

“Kau pikir aku tidak bisa belajar sementara kalian sibuk saling jatuh cinta?” teriak Bo Yuan.

Sunyi memukul kepalanya sendiri. “Kenapa setiap musuh harus membawa masalah pribadi?!”

“Kau tanya aku?!” balas Li Feng.

Tapi keduanya tetap bertarung berdampingan.

Tepat saat Bo Yuan bersiap mengeluarkan jurus kedua, suara teriakan dari bukit terdengar.

“NONAAA HAN!!!”

Zhi Dao melompat turun sambil menebas dua prajurit, diikuti Yu Qian dan pasukan Naga Putih.

Pertempuran menjadi seimbang.

Dan Mei Lian yang seharusnya tetap di titik pengamatan diam-diam mengikuti dengan celana robek sedikit karena terjatuh saat turun bukit.

“Mei Lian?!” teriak Zhi Dao.

“Aku tidak bisa diam saja!” balas Mei Lian sambil menutupi wajahnya yang memerah.

“Kau kau membahayakan dirimu!”

“Aku hanya ingin melihatmu selamat! Itu saja!”

Zhi Dao hampir menjatuhkan pedangnya karena terkejut.

Bai Ren dari atas bukit berteriak: “AKU HANYA BERBALIK SATU MENIT!!”

-----

Han Sunyi berduel langsung dengan Bo Yuan. Kipas petirnya mengeluarkan kilatan yang membuat tanah retak retak kecil. Sunyi menghindar, melompat, berputar tetapi kekuatan angin dari kipas itu sangat kuat.

Li Feng membantu dengan menebas dari samping, namun Bo Yuan bergerak lincah.

“Tidak mudah menangkapku, Yang Mulia!” ejek Bo Yuan.

Tepat saat Bo Yuan bersiap mengeluarkan serangan kilat jarak dekat

Mei Lian berteriak, “Nona Han, kiri!!”

Sunyi langsung berguling ke kanan.

Petir menyambar tanah dan membuat lubang besar.

Sunyi melompat, menjejak bahu prajurit musuh, dan meluncur ke arah Bo Yuan.

Li Feng menyerang dari arah berlawanan.

Bo Yuan mencoba mundur, tapi—

DUAAARR!!

Sunyi menebas kipas Bo Yuan tepat di tengah, mematahkannya.

Li Feng menendang dadanya keras hingga ia terpental ke dinding kayu.

Bo Yuan muntah darah.

Semua prajurit musuh membeku.

Han Sunyi menodongkan pedan—

“Menyerah.”

Bo Yuan tertawa pahit. “Tidak. Aku sudah menang.”

Sunyi menyipitkan mata. “Apa maksudmu—”

Tepat saat itu, ledakan keras terdengar dari bagian selatan bendungan.

BOOOOM!!!

Retakan bendungan melebar.

Yu Qian berteriak, “Yang Mulia! Retakan terbuka!”

Li Feng pucat. “Air akan runtuh!”

Han Sunyi memutar pedang. “Zhi Dao! Mei Lian! Semua! Kita ke sisi selatan BUKAN untuk melawan, tapi menyelamatkan warga!”

Semua orang bergerak.

Tapi Bo Yuan hanya tertawa.

“Sudah terlambat. Dalam satu jam, enam desa akan hilang.”

Sunyi kembali menatap bendungan.

Li Feng di sampingnya.

Zhi Dao menggenggam pedangnya.

Mei Lian memegang tangan Zhi Dao.

Yu Qian memeriksa celah retakan.

Dan semua menyadari satu hal jika pertarungan baru saja dimulaidan bencana jauh lebih besar menunggu.

BERSAMBUNG…

1
Lee 0893
🤣🤣🤣🤣 kaisar dan jendral perang takut sama ibu hamil ,,
emang boleh semenakutkan itu ,,, 🤭🤣🤣🤣
Lee 0893
nah loo nyesek kn ,, awas bengek kang raja ,,
Lee 0893
bengeek knpa harus kata itu yg keluar ,,
TUUAAAAA🤭🤣🤣🤣🤣
Lee 0893
si tu tu tetap tidak suka istana ,,
🤭🤣🤣
Lee 0893
aduuh tu tu gemezzzz ,, ikut pulang aq yuuk ,,
drumah ku ad bayi ta ta ,, 🤭🤣
Lee 0893
waah mulai konflik nii ,,
Lee 0893
author keren ,,
cerita ny bnr2 bagus bgt ,,
sukaaaa ,,
sehat2 terus yx kak author ,,
Kustri
kata'a permaisuri bodoh, koq bs bantu suami'a 🤔🤔🤔
Risna Udi
suka banget karya othor
Musliha yunos
typo bertebaran thor😅
Lee 0893
jangan2 yg mandul raja ny bukan permaisuri ,,
seperti cerita yg udh2 ,,
waah seruu Ni ,,
semangat trus kak ,,
sehat2 selalu ,,
Rina Ahyar
cerita yg bagus thor..alurnya pn tdk bertele2..ttp semangat berkarya..
Iyus Iyus
bagusssss
Suzanne Shine Cha
😂😂😂😂😂😍😍
Suzanne Shine Cha
seruuu dan lucuuu 💝💝💪💪💪
kaylla salsabella
terimakasih atas karya mu thor... sehat selalu🤲🤲🤲
kaylla salsabella
sebenarnya kasihan sih kerjaan Hui sama rakyat yang tidak bersalah ikut jadi korban... atas kesalahan orang-orang egois🙏
Fitrian
uu tu uu tuuu😍
Wiwin Ma Vinha
😍😍😍
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!