Iblis Dari Laut

"Zayden panas tinggi dan aku tidak bisa meninggalkan dia seperti ini, ini untuk pertama kali nya dia mau sama aku." Purnama ngajak Arya berbicara empat mata.

"Kak apa kau tidak merasa ini semua seperti tidak secara kebetulan saja." Arya menata Purnama serius.

"Maksud mu bagaimana?" karena sedang panik Purnama tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Zahra baru saja ketahuan bahwa dia lepas dari segel dan secara mendadak Zayden langsung demam dan dia sangat membutuhkan dirimu." Arya memang sudah memendam rasa curiga.

"Ya aku sebenarnya juga ada rasa curiga ke situ namun sekarang ini aku tidak bisa berpikir yang lain dulu." jelas Purnama pelan.

Arya menarik nafas berat karena dia tahu bahwa Purnama sudah sangat pusing bila urusan tentang Zahra seperti ini, sebab pikiran dia begitu pro dan kontra karena yang akan di hadapi adalah anak sendiri dan itu memang harus memantapkan hati agar tidak ada rasa ibadi dalam hati Ratu ular itu sendiri.

Sebab Purnama memiliki rasa iba maka sudah pasti Zahra akan memanfaatkan keadaan itu untuk membuat masalah semakin keruh dan dia bisa menang dengan sangat licik, bahkan sebenarnya Zahra itu juga sangat tega bila nanti menghabisi nyawa purnama dan pasti tidak akan pernah berpikir dua kali untuk melakukan hal itu.

Sebab Zahra memang murni seorang iblis sehingga tidak memiliki rasa iba atau kasihan kepada saudara terdekat sekali pun, bila orang itu menguntungkan maka dia akan terus selalu saja mendekat dan berusaha untuk mengikat orang tersebut agar jangan sampai lari dari cengkeraman dia sehingga nanti bisa untuk di gunakan dengan baik.

Tapi bila memang sudah tidak ada guna maka Zahra tidak akan pernah membuang tanpa ragu, walau itu adalah ibu kandung sendiri tapi Zahra memang sama sekali tidak memiliki rasa iba dalam hati sehingga Purnama pun harus bersikap demikian agar tidak kalah oleh perasaan yang tumbuh di dalam hati ini.

"Bagaimana bila kau saja dengan Sagara yang menemui para penduduk di pulau itu?" tawar Purnama karena dia tidak bisa meninggalkan Zayden.

"Ya sudah kalau memang belum bisa maka aku dan Sagara saja yang akan pergi." Arya setuju untuk mengambil keputusan itu.

"Untuk berjaga-jaga maka lebih baik jangan pergi berdua saja." Purnama takut bila nanti Arya dan Sagara bisa celaka.

"Tidak apa apa, aku dengan Sagara bukan langsung mau berperang karena kami hanya ingin melihat keadaan terlebih dahulu." Arya ingin pergi berdua saja karena semakin banyak maka nanti akan semakin heboh.

"Apa tidak masalah bila hanya pergi berdua?" Purnama sangat cemas.

Arya mendekati purnama dan dia mengelus pundak sang kakak untuk menenangkan diri terlebih dahulu karena sekarang ini pasti Purnama begitu cemas dan juga ketakutan, terlihat jelas dari wajah dia bahwa menyimpan sejuta rasa takut di dalam hati karena akan berhadapan dengan iblis yang paling kejam dan iblis itu adalah anak dia sendiri.

"Jangan terlalu takut." Arya berusaha menenangkan Purnama.

"Ar, aku sebenarnya sudah lama mempersiapkan diri tapi ternyata aku tidak pernah siap." Purnama gemetar dan memegang tangan Arya.

"Kalau Kakak begini maka aku juga pasti akan takut." Arya mengusap air mata Purnama yang jatuh meluncur.

"Kakak, Abang?!" Nolan datang dan melihat mereka sedang menangis seperti itu.

"Diam kau!" Sagara menarik Nolan agar jangan mengganggu momen sakral ini.

"Aku takut, Arya!" Purnama mengakui perasaan yang ada di dalam hati karena sekarang dia memang memiliki rasa takut.

"Tidak, kau berani karena kau tidak pernah memiliki rasa takut." Arya memeluk erat Purnama.

Berharap dia bisa menenangkan hati Purnama walau hanya sedikit saja karena Arya tahu perguncangan batin Purnama saat ini begitu kencang dan juga erat, sungguh dia pasti di landa dengan rasa takut yang begitu besar karena harus berhadapan dengan anak sendiri dan nanti sudah pasti akan berbagai macam pertumpahan darah terjadi dalam perang kali ini.

Tidak berhadapan dengan Zahra saja sudah ada member yang musnah dan itu langsung sekaligus dua, lalu bagaimana nanti bila berhadapan dengan Zahra yang kekuatannya memang tidak main-main dan dia juga memiliki kekejaman luar biasa sehingga tidak akan pernah memiliki rasa iba walau itu kepada orang tua sendiri.

"Tenang lah, ada aku di sini." Arya dengan lembut mengelus punggung Purnama.

"Hiks, Hiks aku takut, demi Allah aku takut sekali." lirih Purnama.

"Ada aku ya, tidak akan terjadi apa apa kok." Arya harus berperan sebagai pria yang tegar walau saat ini dia juga bisa di katakan terguncang.

"Tolong aku, Arya! kenapa aku harus menghadapi ini lagi, kenapa?" isak Purnama semakin menjadi.

"Menangis saja biar hati Kakak plong ya, ada pundak ku dan aku akan selalu di sini menemani dirimu." Arya bertahan sekuat tenaga agar tidak ikut menangis.

"Huhuhuuuuu ya Allah aku sungguh tidak kuat bila sudah menghadapi masalah seperti ini." tangis Purnama memang pecah sekarang.

Wanita yang selama ini selalu bersikap kuat dan juga tegar tapi bila sudah berurusan dengan anak maka dia tidak akan pernah sanggup untuk tenang kembali, ini bersangkutan dengan nyawa orang banyak sehingga tidak bisa bersikap gegabah dan bahkan bila nanti sesuatu yang telah terjadi itu semakin parah maka bisa saja Purnama yang akan kehilangan nyawa.

"Huhuuuu aku ingin menangis juga." Nolan menggigit lengan Sagara.

"Hei bangsat!" Sagara memaki karena Nolan punya taring.

"Maaf, aduh maaf aku terbawa suasana." Nolan memang menangis sekarang.

"Nangis ya nangis saja, malah kau gigit aku seperti ini." Sagara mengusap tangan dia.

Nolan yang berhati keras itu juga memiliki rasa iba ketika melihat Purnama menangis seperti itu kepada Arya, sekarang baru dia menyadari bahwa hubungan purnama dan Arya memang begitu dekat dan juga erat sehingga mereka bisa saling mencurahkan perasaan satu sama lain dan begitu sulit untuk di pisahkan karena memang sudah bersama sejak kecil.

"Ada apa ini, Sagara?" Zidan menarik tangan Sagara karena dia memang tidak tahu apa masalah nya.

"Jangan bertanya pada aku karena ini bukan kuasa ku untuk bercerita, biar nanti Purnama yang akan pada dirimu." Sagara tidak ingin mendahului cerita karena Purnama sudah mengatakan agar dia tutup mulut.

"Ya Allah ada apa lagi ini?" Zidan juga mulai bingung.

Kalau istri nya saja sudah sampai menangis seperti itu maka pasti permasalahan yang di hadapi sangat besar dan juga rumit, ada firasat tidak enak juga dihati Zidan sehingga dia merasa pasti ini ada sangkut paut dengan dia juga.

Selamat pagi besti, jangan lupa like dan komen nya.