Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Kematian Karto
"Ya Allah kok tambah besar perut nya Bapak, Mas!" teriak Malik melihat perut Karto.
"Ini memang santet, pasti ada yang menyantet Bapak kalian. atau jangan jangan ini kekasih dia, bisa saja janda itu sakit hati dan menyantet nya!" ujar Warti pula.
"Eeeghhh, Eeeghhh!"
"Pak istigfar, Pak." Ridwan terus menggenggam tangan Karto yang sudah dingin.
Semua yang ada di dalam mobil jadi panik bukan kepalang melihat keadaan nya Karto ini, bagai mana bisa orang yang semula perut nya kempes namun mendadak saja sekarang jadi sangat besar seperti ini. urat urat yang membiru juga kelihatan sekali, membuat mereka semua cemas bercampur dengan rasa takut juga.
Yang merasakan sakit nya saja sudah tidak mampu lagi mau berteriak kencang karena tenaga sudah habis untuk menahan rasa sakit yang datang tanpa permisi, hanya urat urat di leher dan genggaman di tangan Ridwan saja yang menandakan bahwa Karto sedang berjuang menahan rasa sakit luar biasa ini.
Mana perjalanan menuju kota masih butuh waktu sekitar setengah jam lagi, entah sanggup entah tidak Karto menahan rasa sakit nya karena ini benar benar parah luar biasa. anak anak sebisa mungkin tetap menjaga nya, walau bau yang amat luar biasa menusuk hidung karena nanah dan darah juga tidak bisa berhenti keluar.
"Mana kain yang tebal lagi, Bu." pinta Malik pada Warti.
"Cepat lah itu sudah mengalir kebawah!" seru Ridwan karena kain sudah tidak sanggup menampung nanah tersebut.
"Ini bukan cuma dari kemaluan saja tapi juga dari anus, Mas." Malik yang melihat secara langsung berapa banyak darah dan nanah itu keluar.
"Hueeeek, Hueeeek."
Alan tidak sanggup dan menghentikan mobil nya untuk berhenti dulu di pinggir jalan, di sana dia langsung muntah muntah sebanyak mungkin akibat bau amis serta busuk itu. memang Alan orang nya penjijik, dan kalau pun bukan penjijik ini bau nya amat sangat luar biasa sehingga susah sekali mau di tahan.
"Kau masih saja seperti dulu." Amir ikut turun dan memijit leher adik nya agar bisa muntah dengan tenang.
"Kenapa, Mas?" Razi yang bawa mobil beda jadi berhenti juga.
"Alan tidak sanggup mencium bau darah jadi nya dia muntah." jawab Amir.
"Kalau tidak biar dia di mobil yang itu. aku yang akan bawa mobil ini." tawar Razi menatap saudara nya.
"Ah tidak mau aku, pusing sekali semobil dengan wanita wanita itu!" tolak Alan langsung karena di mobil yang satu nya ada Selia dan Yuni serta Maura juga, dia ingin ikut walau tangan masih parah keadaan nya karena ia ingin berobat sekalian di kota.
"Ya sudah tenang kan diri dulu baru nanti kita lanjut lagi, aku yang akan bawa mobil nanti." Amir memang sangat pengertian dengan adik nya.
"BAPAAAAAK!"
Baru saja selesai Amir berkata demikian pada Alan, tiba tiba saja dari dalam mobil terdengar teriakan nya Ridwan yang amat pilu. jendela mobil juga berhamburan darah yang amat pekat, Razi cepat membuka pintu belakang dan seketika dia membeku melihat pemandangan yang ada di depan mata nya saat ini.
Karto meninggal dengan keadaan perut meledak karena sejak tadi perut nya terus tambah besar saja, hingga akhir nya perut yang membusung meledak dan nanah serta darah itu berhamburan kemana mana. Ridwan yang wajah nya penuh akan darah, sebab posisi dia yang paling dekat dengan Karto.
"Kenapa, ada apa?!" Selia bergegas turun dari mobil.
"Allahu Akbar, Ya Allah!" Amir lemas sekali melihat keadaan Karto.
"Aaaah!" Selia berteriak kaget dan ketakutan.
"Bapak, Ya Allah bagai mana ini? bangun dulu, Pak!" Malik yang langsung histeris mengguncang tubuh Karto.
Sementara itu Warti terdiam tidak bisa bergerak dari posisi duduk nya, pria yang amat ia cintai harus mati seperti ini. mau bagai mana pun buruk nya sikap Karto, tapi tetap saja Warti amat cinta, karena dari awal memang dia yang mengejar ngejar suami nya.
Alan tetap di luar tidak berani mau menoleh, keadaan tubuh nya bergetar parah antara takut dan juga sedih kehilangan orang tua dengan cara seperti ini. duka jelas menyelimuti hati anak anak Karto, mau bagai mana pun mereka tetap sayang pada orang tua nya yang sudah membesarkan diri nya.
"Massss, kenapa kau tinggalkan aku sekarang? bangun lah, Mas!" pekik Warti memeluk kepala Karto.
"Bapak, ayo kita berobat ke dukun! aku minta maaf karena tidak percaya ucapan mu, Bapak memang kena santet." Malik sangat menyesal karena tidak percaya dari awal bahwa Bapak nya memang bukan sakit biasa.
"Kejam sekali orang yang sudah menyantet Bapak, bagai mana bisa di buat begini?" Razi pun tertunduk lemas.
"Bagai mana ini, Mas?" Alan menatap Ridwan yang berlumuran darah dari kepala hingga tubuh nya.
"Kita pulang, mau di bawa kerumah sakit pun untuk apa karena Bapak sudah meninggal." jawab Ridwan pelan.
"Hubungi Julia agar menyiapkan rumah, kita akan pulang sekarang." Amir berkata pada Alan.
Alan segera menghubungi istri nya yang ada di rumah, namun tidak kunjung di angkat membuat Alan mulai resah juga, takut ada apa apa dan ini hari sudah mulai mau mau malam. pukul lima sore dan mereka ada di jalanan sepi, maka lebih baik segera bergegas saja untuk pulang kerumah, di tambah Alan barusan melihat bayangan hitam berkelebat masuk kedalam mobil.
"Ada apa?" Amir menatap adik nya yang melongok kedalam mobil.
"Tidak, aku hanya halusinasi saja." jawab Alan pelan.
"Biar aku yang bawa mobil, kau di sebelah ku saja." Amir segera masuk dan duduk di belakang kemudi.
"Mas masuk mobil kami saja, atau mau tetap di sini?" Selia menatap suami nya agak jijik karena Ridwan yang penuh darah.
"Aku di sini saja, kamu masuk lah kedalam mobil sambil suruh Yuni atau Maura menghubungi Julia." ujar Ridwan pelan.
"Oke, kamu cepat masuk." Selia mengangguk dan segera menuju mobil nya.
Razi yang mengemudi dan Selia bergantian dengan Yuni untuk menghubungi Julia yang ada di rumah, mobil mereka beriringan menuju rumah. tanpa ada yang sadar bahwa usus Karto ada yang ketinggalan di tepi jalan, tadi mungkin saja terpental dan saat membuka pintu langsung jatuh.
Semua nya kurang perhatian karena di kandang rasa sedih yang amat besar satu sama lain, sehingga ada apa saja yang jatuh mereka tidak tau. nama nya juga pikiran gundah karena orang tua meninggal, sudah lah meninggal dengan cara yang amat sangat tidak wajar atau bisa di bilang sangat sadis.
Bab kelima ya besty, jangan lupa like dan komen nya ya biar othor tambah semangat nulis nya.
lanjut thor
lanjut thor 🙏