NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33. Kebahagiaan Pengantin Baru

Pagi itu, cahaya matahari menyelinap lewat tirai kaca besar restoran hotel. Aroma kopi dan roti panggang bercampur dengan suara sendok yang beradu di cangkir.

Satu per satu pasangan baru turun dari kamar. Nayaka dengan rambut acak rapi, menggandeng tangan Arslan yang tetap berwajah datar, rapi seperti biasa.

Di belakang mereka, Aylara melangkah santai di samping Audra yang senyum tipisnya selalu penuh percaya diri.

Odelia melirik cepat. “Wih, pengantin baru pada turun nih,” ujarnya sambil mengedip ke Kiara.

Kiara menahan tawa, matanya turun melihat cara jalan Nayaka yang agak melebar.

“Eh… ada yang jalannya mirip pinguin, ada juga yang jalannya kayak abis bawa muatan berat,” katanya sambil melirik ke arah Aylara yang cuma pura-pura batuk menutupi senyum.

DJ Raymeer sampai menunduk, menahan tawa yang nyaris meledak. “Aduh, pagi-pagi udah dapat hiburan gratis,” serunya.

Uwais menambah, “Pantesan pada lama turun, ternyata lagi recovery fisik.”

Nayaka mengangkat dagu, senyum nakalnya muncul. “Ya maklum, suami gue kan upgrade performa. Jadi hasilnya gini,” ujarnya dengan nada bangga.

Odelia langsung ngakak. “Upgrade performa? Kok kayak ngomongin mesin motor sih, Na.”

“Apa bedanya? Sama-sama butuh pemanasan, bensin, sama servis rutin,” balas Nayaka santai, bikin meja itu pecah tawa.

Arslan hanya menarik napas, menatap istrinya sebentar lalu duduk tanpa banyak komentar. Tapi dari ujung matanya terlihat ia menahan senyum.

Audra mengangkat alis, memandang sepupunya itu. “Eh, Han, nggak usah pura-pura cool deh. Wajah lo tuh nyimpen kemenangan,” katanya.

“Gue cuma makan,” balas Arslan datar, tapi tangannya diam-diam meremas jemari Nayaka di bawah meja.

Suasana pagi itu jadi hangat, riuh oleh tawa dan godaan. Tapi di balik semua itu, ada rasa puas yang cuma dimengerti masing-masing pasangan bahwa malam sebelumnya bukan sekadar tidur di ranjang mewah, tapi juga awal dari cerita panjang yang mereka jalani bersama.

Tawa di meja mulai mereda saat pelayan meletakkan teh hangat dan croissant di depan masing-masing. Tiba-tiba Uwais menegakkan badan, matanya melirik singkat ke DJ Raymeer yang sudah nyengir lebar.

“Insha Allah bulan depan kami juga akan menikah,” ucap Uwais mantap, bikin semua kepala langsung menoleh.

DJ Raymeer menimpali sambil mengangkat cangkirnya.

“Biar nggak kalah heboh sama kalian, kita juga mau bikin pesta yang nggak bakal dilupain seumur hidup,” katanya penuh percaya diri.

Kiara langsung menepuk bahu Raymeer. “Ya ampun, kalian serius? Kirain cuma wacana di grup WhatsApp,” ujarnya.

Odelia menutup mulutnya, antara kaget dan senang. “Waduh, berarti bentar lagi status gue berubah jadi panitia dadakan lagi nih,” imbuhnya.

Nayaka menyandarkan punggung, senyum miringnya keluar. “Mantap! Tapi jangan berharap bisa kalahin performa pengantin bulan ini,” ujarnya sambil melirik ke Arslan.

Arslan cuma menatapnya sekilas, lalu memotong roti tanpa komentar, meski sudut bibirnya jelas terangkat.

Audra mengangkat alis. “Sip, berarti bulan depan kita kumpul lagi. Tapi ingat, yang penting bukan pestanya gede, tapi siap mentalnya,” ucapnya.

Aylara mengangguk, nada suaranya serius tapi senyumnya hangat. “Betul, nikah itu maraton, bukan sprint. Tapi kalau lari bareng orang yang tepat, capeknya malah kerasa indah,” katanya.

Dan pagi itu, suasana meja kembali ramai. Tawa, rencana, dan harapan mengalir, seakan mereka sedang duduk di awal babak baru masing-masing, siap menghadapi segala cerita yang akan datang.

Gelas-gelas mulai terangkat, tapi bukan untuk bersulang lebih untuk saling memberi ucapan syukur dengan gaya khas masing-masing.

Nayaka yang duduk paling heboh langsung angkat tangan duluan.

“Alhamdulillah, gue bersyukur banget punya suami ganteng, tajir, pintar, dan..”

Dia melirik Arslan sambil tersenyum nakal, “Ternyata sehat walafiat. Semoga langgeng sampai keriput bareng.”

Arslan melirik tipis, tapi jemari di bawah meja menggenggam tangan istrinya erat.

Aylara menyusul dengan nada tenang. “Aku bersyukur dapat pasangan yang sabarnya luar biasa, bahkan bisa ngadepin semua kocaknya keluarga ini. Semoga rumah tangga kami dijaga Allah, jadi ladang pahala sampai akhir hayat,” ujarnya sambil menatap Audra lembut.

Audra mengangguk kecil, lalu menimpali, “Bersyukur banget punya istri yang nggak cuma cantik tapi juga tegas ngarahin hidup gue. Semoga gue bisa jadi imam yang kuat di jalan yang benar.”

Odelia mengangkat cangkir teh. “Aku bersyukur masih punya orang-orang gila tapi tulus di sekitar. Semoga kita semua tetap bareng walau nanti udah punya bocah masing-masing.”

Uwais menyeringai. “Gue bersyukur akhirnya bisa bawa kabar baik, bukan cuma kabar undangan hajatan tetangga. Semoga bulan depan lancar nikahnya, dan nggak kalah gokil dari kalian.”

DJ Raymeer menepuk dadanya. “Bersyukur banget karena Kiara mau nerima gue yang tukang begadang ini. Semoga rumah tangga nanti isinya nggak cuma musik dan lampu disco, tapi juga doa dan berkah.”

Kiara terkekeh. “Aku bersyukur dikasih pasangan yang tahu caranya bikin aku ketawa walau lagi bete. Semoga kita semua istiqamah jaga rumah tangga sampai tua nanti.”

Suasana jadi hangat, tawa dan doa bercampur. Dan di tengah itu semua, masing-masing sadar, pagi ini bukan sekadar sarapan di hotel mewah ini adalah momen mengikat janji dalam hati, bahwa kebahagiaan mereka akan selalu dirayakan bersama.

Mobil hitam Arslan melaju tenang keluar dari gerbang rumah Bu Dina. Udara siang itu cerah, tapi di dalam kabin, suasana lebih banyak diisi obrolan ringan antara Nayaka dan suaminya.

Mereka baru saja mendapat restu untuk tinggal di rumah baru, dan rencana ke rumah kedua orang tua Arslan sudah tersusun rapi.

Namun, baru beberapa kilometer melaju, suara rem berdecit keras memecah udara. Di depan, sebuah sedan merah terguling di pinggir jalan, sementara motor tergeletak tak jauh dari sana. Asap tipis keluar dari kap mobil, dan orang-orang mulai berkumpul.

“Na, pegang tas medis di belakang,” ujar Arslan cepat, nadanya tegas tanpa meninggi.

Nayaka langsung menoleh, matanya terbelalak. “Ya Allah… parah banget ini,” katanya sambil meraih kotak P3K.

Mereka turun dari mobil, langkah Arslan mantap menembus kerumunan. Tangannya sigap memeriksa nadi seorang pria yang tergeletak di aspal, wajahnya berlumuran darah tapi masih sadar.

“Panggil ambulans, sekarang!” seru Arslan pada salah satu warga.

Nayaka jongkok di sisi lain, membantu menghentikan pendarahan pada lengan korban perempuan yang terlihat shock.

Arslan sempat menoleh, matanya terpaku pada salah satu korban pria yang bersandar lemah di tiang listrik. Wajah itu tidak asing.

“Rey?” ujarnya pelan tapi jelas terdengar oleh Nayaka.

Pria itu membuka mata setengah. “Han…?” suaranya serak, bibirnya pecah-pecah.

Napas Arslan tercekat. “Ya Allah… sudah lama kita nggak ketemu, dan malah ketemunya begini,” katanya sambil memeriksa luka di kakinya.

Warga mulai membantu mengatur lalu lintas. Sirene ambulans terdengar makin dekat.

Nayaka menatap suaminya, menyadari tatapan dingin Arslan kini penuh campuran kaget, cemas, dan kenangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Seolah dunia di sekeliling memudar, Arslan fokus pada satu hal menyelamatkan nyawa teman lamanya itu, tak peduli seberapa berat lukanya. Dan di momen itu, Nayaka mulai mengerti, di balik sikap dingin suaminya, ada hati yang menyimpan masa lalu yang mungkin akan ikut mengguncang hidup mereka.

Di ruang IGD, aroma antiseptik bercampur dengan suara alat medis yang sibuk bekerja. Arslan berdiri di sisi ranjang, memantau dokter jaga dan perawat yang menangani luka temannya.

Sementara itu, Nayaka membantu mengambilkan perban dan memeriksa tekanan darah pasien lain yang juga jadi korban.

Teman Arslan, yang akhirnya diperkenalkan sebagai Revan Adyatma, sudah mulai sadar penuh. Meski wajahnya masih pucat, matanya tak pernah lepas dari sosok Nayaka yang bergerak lincah di ruangan itu.

Setiap kali ia melirik, pandangannya seperti terjebak seakan lupa kalau kakinya masih diperban dan nyerinya belum hilang.

Arslan yang memperhatikan dari sudut mata langsung merasa ada yang janggal.

“Kamu istirahat dulu, Van. Obatnya baru bereaksi,” ujarnya dingin, mencoba memutus tatapan itu.

Revan tersenyum tipis, tapi matanya tetap mengikuti langkah Nayaka yang berpindah dari satu sisi ruangan ke sisi lain. “Iya… cuma nggak nyangka, istri lo secantik itu,” katanya pelan, tapi cukup jelas terdengar.

Nayaka menoleh cepat, setengah terkejut, setengah bingung. “Eh… terima kasih,” ucapnya singkat sambil melanjutkan pekerjaannya. Pipinya sedikit memanas, bukan karena tersipu, tapi karena sadar Arslan berdiri kaku di belakangnya.

“Dia nggak cuma cantik, Van. Dia juga milik gue,” potong Arslan datar, suaranya mengandung peringatan halus.

Revan terkekeh lemah. “Santai, Han. Gue cuma bilang yang gue lihat.” Tapi tatapan itu tetap sama hangat, dalam dan jelas-jelas belum ingin lepas dari sosok Nayaka.

Nayaka berusaha mengalihkan perhatian ke pasien lain, namun di sudut pikirannya, ia merasakan ada sesuatu yang baru saja berubah di udara.

Sementara Arslan, yang jarang menunjukkan emosi, kini mulai dihantui rasa tak nyaman bukan karena Revan hanyalah teman lama, tapi karena tatapan itu terlalu mirip dengan tatapan seseorang yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Revan bersandar di ranjang setelah dokter selesai memeriksa lukanya. Wajahnya tampak santai, tapi di balik senyum tipisnya, pikirannya bergerak liar.

Pandangannya sekali lagi berhenti pada sosok Nayaka yang sibuk membereskan peralatan medis bersama perawat lain.

Dalam hati ia berucap pelan,”walaupun mereka udah nikah gue bakal tetep deketin dia. Bukannya Arslan itu sudut bibirnya terangkat tipis,”impoten?

Ia tahu itu hanya kabar yang pernah samar-samar ia dengar berbulan-bulan lalu dari gosip lama yang belum tentu benar. Tapi entah kenapa, di benaknya, kabar itu justru jadi semacam peluang.

Revan bukan sekadar kagum pada kecantikan Nayaka. Ada sesuatu dalam gerak lincah, tatapan nakal, dan senyum singkatnya yang bikin hati Revan seperti tertarik ke pusaran yang sulit dijelaskan.

Arslan berdiri di dekat pintu, sibuk mengecek pesan di ponsel. Namun Revan menangkap sekilas refleksi wajahnya di kaca dingin, rapi, dan nyaris tanpa ekspresi.

Terlalu tenang kayak nggak punya rasa cemburu, pikir Revan sambil memandang Nayaka lagi. Itu malah bikin gue makin penasaran.

Di luar, suara roda brankar berderit, pasien baru masuk. Nayaka berjalan melewati ranjang Revan, dan tanpa sadar, pria itu menatapnya terlalu lama.

Dan di momen itu, dalam hati Revan sudah membuat keputusan ia akan mencari cara untuk tetap berada di sekitar Nayaka, tak peduli status pernikahan yang mengikat perempuan itu.

Sehabis shalat Isya berjamaah, Audra dan Aylara duduk di teras, ditemani sepiring kacang goreng dan jagung rebus yang masih mengepulkan uap. Malam itu angin berhembus pelan, membawa suasana tenang.

“Bebs,” tanya Audra sambil memecahkan kulit kacang, “kenapa ya banyak yang suka baca, tapi jarang banget ninggalin komentar atau ulasan?”

Aylara menoleh sambil tersenyum kecil. “Entahlah, Mas. Mungkin mereka nggak nyangka kalau komentar itu penting banget. Padahal buat penulis, satu kalimat dukungan aja rasanya udah bikin hati hangat. Mak Daeng itu selalu bilang, komentar itu ibarat seteguk air di tengah haus, bikin semangatnya balik lagi.”

Liam mengangguk pelan, lalu menatap langit malam. “Kalau mereka tahu betapa berartinya, mungkin mereka nggak akan ragu buat nulis satu-dua kalimat. Kita doakan saja, semoga makin banyak yang hatinya tergerak biar Mak Daeng bisa terus nulis dan kita semua bisa terus menikmati ceritanya.”

1
Midah Zaenudien
semngat berkarya jgn bt cerita x stuk2 d tempat x
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: siap kakak... kedepannya akan muncul konflik
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lagi donk 🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak sekitar jam 12 WITA sudah update
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjuttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah, besok makasih banyak masih setia baca
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjutt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
wong mantune Bu Retno juga orang biasa gitu kok gak ngaca. tolong dong kirim kaca ke Bu Retno
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: irinya Segede gabang kak 🤭
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
yah nyindir nih, yg bisanya hanya baca dan like 😄😄😄😄
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Naya tersengat belut listrik nya pak dokter 🤣🤣🤣💓💓
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha mati dong 🤣
total 1 replies
Daeng
sangat menghibur
Yani
pwngantin baru oiii pengantin baruu.. yikes sapa dluan yg dpt bonusan malam pertama.. 😁😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semuanya dapat yang gede dan panjang 😂🤭
total 1 replies
Yani
pernikahan semua netizen ini Mah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mewakili yah 🤣
total 1 replies
Yani
waduh Merissa tercubit diriku ha ha haha
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
Maulida greg Ma
hahaha segitunya
Maulida greg Ma
nggak apa-apa istri sendiri
Maulida greg Ma
nikahnya barengan semoga hamil juga barengan
Farhana
ya Allah mereka benar-benar random
Farhana
benar godaan istri luar biasa
Farhana
semoga samawa
Naila
haha kaget tapi penasaran 🤭🤣
Naila
akhirnya sah juga
Inha Khaerunnisa
Haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!