Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Buaya Buntung
Setelah drama mengidam tadi malam, lalu ide untuk berolahraga malam di ranjang yang berakhir menonton TV sampai ngantuk. Meski Ola sudah rela memberikan hak suaminya, tapi tidak dengan Prabu. ia masih mengkhawatirkan kondisi kandungan sang istri. Akan memastikannya setelah mereka kembali periksa ke dokter. Ola sudah terjaga dan sibuk di dapur.
Hari ini weekend, Prabu tidak ada jadwal ke kantor. Namun, Ola harus ke kampus. Melanjutkan bimbingan yang sudah tertunda. Karena selera dan keinginan Prabu untuk makan meningkat, ia membuatkan sarapan untuk sang suami.
Sandwich sudah tersaji dan salad buah baru saja dimasukan ke kulkas.
“Beres, tinggal buat kopi.”
“Apa yang beres?”
Ola terkejut bukan hanya karena Prabu yang datang tiba-tiba, tapi dipeluk dari belakang dan bahunya menjadi tumpuan dagu Prabu.
“Sedang apa?”
“Buat sarapan,” jawab Ola.
“Untuk siapa?” tanya Prabu lagi membuat Ola mengu-lum senyum menerima kecup4n di pipi.
“Untuk suamiku.”
“Benarkah? Kenapa repot, kita bisa makan di luar. Aku hari ini libur.”
“Makan di luar terus, nggak sehat.” Ola menepuk tangan Prabu agar melepaskannya. “Sesekali biar aku yang masak.” Memutar tubuhnya saling berhadapan dan tangan Ola mengalung di leher Prabu.
“Kamu bisa masak?”
“Ya bisa, tapi jangan dibandingkan dengan chef atau koki. Waktu training ada kelas memasak, beberapa bulan sekali kami ada bimbingan memasak dan menggunakan teknologi rumah tangga.”
Prabu memandang bibir istrinya, jika diresapi lagi bisa jadi ia tidak bisa membendung hasratnya. Apalagi pagi hari adalah waktu rawan bagi seorang pria.
“Aku mandi dulu, kita sarapan bersama.”
“Hm.”
Sambil menunggu Prabu, Ola mempersiapkan tas dan berkas yang akan dibawa ke kampus. Dengan kondisinya sekarang, seharusnya tidak ada lagi kendala untuk segera menyelesaikan skripsi dan lulus tepat waktu.
Mengganti pakaian dengan yang lebih santai. Blouse floral dengan warna dasar pink dan corak bunga putih kombinasi dengan abu. Celana putih dengan bagian pinggang karet. Wajahnya tidak dipoles make up terlalu berat, hanya sunscreen lalu bedak dan lip tint dengan warna nude.
Membuka salah satu botol parfum dan mencium wanginya, membuat Ola langsung menjauhkan botol dan menutup kembali.
“Baunya bikin pusing.”
Tidak mempersiapkan pakaian untuk Prabu, ia masih mempelajari style suaminya. Mana yang akan dipakai untuk kerja dan resmi, juga ketika keluar saat bersantai. Meletakan tas di sofa juga sepatu yang akan digunakan. Pandangan Ola mencermati gaya Prabu berpakaian. Hari ini pria itu bergaya casual.
“Kamu diantar supir, aku ada urusan hari ini,” ujar Prabu lalu menyesap kopinya.
Menikmati sandwich buatan sang istri. Kunyah-nya berhenti, membuat Ola menelan ludah. Mungkin makanan yang dibuat tidak enak.
“Mau aku ganti dengan yang lain, omelet atau ….”
“Ini enak, aku suka.” Prabu kembali mengunyah dan menggigit dengan potongan lebih besar.
“Ada salad juga, di kulkas. Mau dimakan sekarang?”
“Hm, dibawa saja. Biar aku makan di mobil.”
Ola mengangguk. Ia menyiapkan tas bekal. Memasukan salad, air mineral botol dan juice kemasan.
“Kamu sudah sarapan?”
“Sudah, roti dan yogurt. Belum bisa masuk banyak, nanti aja di kantin kampus.”
Pasangan itu meninggalkan unit apartemen. Seperti biasa, Prabu memeluk pinggang istrinya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan menenteng bekal. Terlihat kalau Ola tidak nyaman, bukan karena sikap Prabu. Namun, tatapan aneh dari orang-orang yang mengenalnya sebagai asisten rumah tangga dan sekarang terlihat mesra dengan salah satu penghuni gedung.
“Pak Prabu.”
Prabu dan Ola menghentikan langkahnya. Ternyata Arta.
“Selamat pagi Pak … Fiola,” ujarnya dengan dahi mengernyit. “Kamu Fiola ‘kan?”
“Iya, dia Fiola,” jawab Prabu sedangkan Ola hanya tersenyum kikuk lalu mengangguk.
“Kalian?” tanya Arta melihat Prabu memeluk Ola dengan posesif. “Kalian ada hubungan?” tanya Arta lagi.
“Dia istriku.”
“Apa?” arta kembali terkejut. “Tidak mungkin. Fiola aku berkali-kali mengajakmu kencan dan aku masih menunggumu. Kenapa dia bilang kamu istrinya? Sorry, ini bukan lagi di kantor,” ujar Arta pada Prabu.
“Maaf pak Arta, saya tidak pernah memberi harapan apalagi minta bapak menunggu.”
“Tidak bisa begitu. Astaga, Prabu … dia,” tunjuk Arta pada Ola. “Kamu menikung.”
“Dia istriku, saat aku menikahinya dia tidak ada menjalin hubungan dengan siapapun. Jadi aku tidak merebut Fiola dan menikung siapapun.”
“Tapi ….”
“Cukup! Jangan buat istriku malu. Ayo, sayang.”
Gama yang tadi menunggu di depan lobby menghampiri melihat bos dan istrinya tertahan.
“Ada masalah?” tanyanya.
“Hei, tunggu dulu. Fiola,” paggil Arta.
“Urus dia!” titah Prabu mengabaikan Arta.
“Pak, nanti …”
“Biar Gama yang urus.” Sudah ada mobil menunggu di depan lobby. Prabu membuka pintu kabin tengah.
“Hati-hati ya, hubungi aku kalau sudah sampai. Jangan makan sembarangan, pastikan tempat kamu makan itu sehat dan higienis.”
Ola mengangguk lalu mencium tangan suaminya dibalas dengan usapan di kepala.
Mobil perlahan menjauh menuju gerbang keluar. Gama menghampiri Prabu.
“Sudah beres, pak.”
Gama dan Prabu menuju mobil.
“Sepertinya rencana pindah harus segera,” ujar Prabu sudah duduk dan menarik seatbelt.
“Saya siapkan segera,” ujar Gama.
“Jangan buru-buru mencari hunian untuk kami, Fiola harus setuju dan cocok. Sementara kami pulang ke rumah papa.”
“Baik, pak. Untuk di kantor, beritanya sudah tayang hari ini,” lapor Gama.
“Benarkah, saya belum kroscek.” Prabu mengeluarkan ponsel dan saku celana, ternyata dalam mode senyap. Ada banyak pesan masuk mengucapkan selamat atas pernikahannya.
Gama mengupload informasi pernikahan Prabu dan Fiola, lengkap dengan foto saat akad dan foto candle light dinner semalam.
“Kamu lakukan apa dengan Arta?” tanya Prabu masih membaca pesan yang masuk.
“Saya minta dia buka web kantor juga info di grup. Beritanya sudah ramai.”
“Kamu yakin dia dan istriku tidak ada hubungan sebelumnya?”
“Yakin pak, Ibu selalu menolak ajakan Arta. Lagi pula Arta sudah dikenal playboy. Informasi yang saya dapat, dia pernah dekat dengan beberapa penuhi juga pekerja seperti Ibu. Bahkan pernah ada skandal kalau Arta berhubungan dengan istri dan tetangga unitnya.”
“Dasar gil4. Untung saja Fiola tidak terjebak dengan pesona buaya darat macam dia,” cetus Prabu. Ada emosi mengingat Arta masih berharap dengan istrinya.
‘Iya, tapi terjebak dengan buaya buntung,’ batin Gama. Tentu saja hanya dalam hati, tidak berani menyampaikan langsung. Bisa-bisa ia dipecat, gagal sudah masa depan yang sedang ia rencanakan.
\=\=\=\=
Pandu : Prabu buaya buntung 🤣🤣
Prabu auto ngejar author bawa batu bata
semangat terus upnya thorrrr
biar pulang-pulang langsung bisa dilanjut adegan godaan Maya nya 🤣
takdir idup org beda² kelesss... gak harus jg sama. fiola itu sdari dlu dah kalian sakitin makanya skrg idupnya dikasih nikmat bahagia
lah kamu, org gakda syukur nya kok mau enak²nya saja. Prabu gak akan kasih lah apalagi kamu berpotensi pembawa bencana
gara gara main air tuh...