NovelToon NovelToon
PEMBANGKANG SURGAWI

PEMBANGKANG SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:28.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Almeira Seika

Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?

**

Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17—Bangkit dari Lumpur

Xu Yin mengangkat cawan perak itu ke atas kepala, lalu menyesap isinya perlahan. Ramuan itu mengalir di tenggorokannya seperti bara api yang dingin, membakar namun menenangkan. Sesuatu di dalam tubuhnya seperti sedang bergolak, lalu meresap ke meridian dan dantiannya.

Seketika, mantra emas yang mengambang di langit-langit aula menyala.

"Dengan nama Langit dan Dao, kami mengangkat Xu Yin sebagai Murid Inti Sekte Tiangu. Terikat oleh Qi, Sumpah, dan Kehendak Jalan Sejati."

Gema suara mantra seperti datang dari langit itu mengguncang dada semua yang hadir. Xu Yin segera bersimpuh di lantai dan kedua tangannya yang sedikit gemetar menggenggam ke depan sembari menunduk.

"Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Tuan. Saya akan berlatih sebaik mungkin agar tidak mencoreng nama Sekte."

Aula hening sejenak sebelum riuh tepuk tangan dan bisikan tak percaya mulai terdengar dari seluruh penjuru ruangan.

Kabar mengenai pengangkatan Xu Yin sebagai murid inti menyebar bak angin kencang di antara para Murid. Riak kecemburuan dan rasa tidak adil pun merebak, terutama di kalangan Murid-Murid Dalam Senior yang telah bertahun-tahun mengabdi tanpa mendapat kehormatan serupa.

Salah satunya adalah Wu Ling, yang sejak awal telah memandang Xu Yin dengan kebencian yang dalam, hanya karena ia menjadi satu-satunya murid dari Senior Xu Liang.

Namun, takdir seolah mempermainkan segalanya. Setelah kepergian Xu Liang yang misterius, Xu Yin yang tidak berdaya justru dipilih oleh Tetua Qian sebagai murid pribadi, dan tanpa diduga, namanya diumumkan sebagai Murid Inti Sekte Tiangu. Keputusan itu seketika mengguncang kedamaian para Murid di dalam Sekte, dan menyalakan bara dendam di hati Wu Ling.

Di sudut aula yang lebih gelap, Wu Ling berdiri dengan kedua tangan mengepal. Ia telah bermeditasi selama tiga tahun untuk naik satu tingkat, yaitu Qi Awekening 9. Tetapi, malah Xu Yin yang diangkat sebagai murid inti.

Murid-murid lain yang dulu sering mengejek Xu Yin kini tidak hanya memiliki tatapan kebencian, tapi, juga memiliki tatapan kedengkian. Namun, mereka juga dipenuhi oleh rasa takut, jika sampai menyinggung murid langsung dari Tetua Qian itu.

Fakta bahwa Xu Yin telah menjadi Murid Inti. Bukan karena prestasi, tapi karena dia adalah murid langsung Tetua Qian. Itu lebih dari cukup untuk menutup mulut siapa pun yang ingin menjatuhkan atau menganiayanya.

"Sialan..." gumam Wu Ling pelan. "Bagaimana bisa bajingan itu malah naik derajat?"

Para murid pengikut Wu Ling mendekat dan berbisik.

"Bukankah Senior Wu Ling jauh lebih lama berada di sekte Tiangu? Kenapa malah cecunguk itu yang diangkat sebagai murid inti?"

"Sangat tidak adil."

"Mungkin dia menggunakan trik licik untuk menarik perhatian Tetua Qian. Kau lihat sendiri, dia hampir mati tempo hari... dan sekarang malah jadi murid inti?"

"Aku gak terima," dengus Wu Ling geram, rahangnya mengeras. "Suatu hari nanti, aku akan buat dia jatuh dari ketinggian itu."

"Kalau Tetua Qian tahu?" tanya seorang murid yang berada di sebelah Wu Ling.

"Maka kita harus pintar. Diam... tapi mematikan." Tatapan Wu Ling berubah dingin. Benih kebencian dalam hatinya tumbuh semakin pekat dan kuat.

Sementara para murid tengah gaduh dengan berita menggemparkan itu. Tetua Qian dan Xu Yin duduk bersantai di bawah pohon ginkgo yang tampak tua. Di depan mereka sebuah meja berdiri rendah, di atasnya terdapat satu buah teko giok dan dua buah cangkir yang terbuat dari giok juga.

Asap teh panas mengepul di udara, aromanya sangat harum dan menenangkan. Xu Yin menuangkan teh ke dalam cangkir Tetua Qian menggunakan tangan kanan, sementara tangan kiri menopang lengan. Di hadapan mereka, pegunungan yang diselimuti kabut tipis. Angin membelai daun-daun ginkgo yang berguguran.

Xu Yin memberikan secangkir teh itu kepada Gurunya. Tetua Qian menerima tehnya dan menyeruput secara perlahan. "Mulai sekarang, kau adalah muridku. Tidak akan ada yang berani menganiayamu lagi." Ucap lembut Tetua Qian sembari menatap mata Xu Yin.

Tatapan mata Gurunya yang memancarkan ketulusan, membuat Xu Yin menunduk malu. Seumur hidupnya, ia tak pernah diperlakukan lembut oleh kakeknya. Kini, ia merasakan hal yang tak pernah ia alami.

"Saya... sangat berterima kasih terhadap anda, Guru. Tidak tahu harus membalasnya dengan apa." Balas Xu Yin dengan suara lirih yang nyaris seperti bisikan.

Tetua Qian memandang daun-daun ginkgo yang tertiup angin. Senyuman tipis muncul dari bibirnya. “Kau hanya perlu bangkit dan menjadi kuat. Itu saja sudah cukup bagiku.”

Beberapa saat setelah selesai meminum teh, Tetua Qian dan Xu Yin bersiap untuk pergi ke sebuah goa di pegunungan utara. Mereka menaiki pedang terbang. Xu Yin kini sudah bisa mengendalikan pedang terbang dengan baik. Menurutnya, kendaraan ini lebih efisien dibanding mobil atau kereta cepat di dunia modern.

Mereka pun sampai di depan goa. Tempat itu tenang dan tertutup kabut spiritual. Langkah demi langkah, Tetua Qian dan Xu Yin berjalan masuk. Di dalamnya, dinding-dinding yang lembab, terasa dingin dan aliran Qi yang lembut seperti embun pagi.

Ditengah goa itu, terdapat pelataran batu datar. Tetua Qian segera duduk bersila di pelataran, lalu, jari telunjuknya menunjuk area datar untuk Xu Yin. "Tempat ini memiliki fluktuasi Qi yang stabil. Cocok untuk kultivasi tanpa gangguan."

"Mulai sekarang, kau memiliki target baru." Lanjut Tetua Qian, matanya menatap muridnya dengan serius.

Xu Yin duduk di pelataran yang ditunjuk, lalu menghirup udara yang tenang. Ia merasakan aura hangat walau cuaca sedang dingin.

"Apa target saya, Guru?" Tanya Xu Yin.

"Kau harus mencapai Qi Awakening 19." jawab Tetua Qian tegas. "Tapi bukan dalam waktu yang singkat. Latihan ini akan berlangsung minimal sepuluh tahun. Jika bisa lebih lama, maka lebih baik."

Xu Yin mengangguk dengan berat hati. Ia memiliki keraguan, sebab, sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Ia ingin segera mencapai puncak, untuk membalas orang-orang yang pernah menganiayanya. Selain itu… dia juga ingin pulang ke rumah kedua orang tuanya.

"Saya mengerti... tapi… Guru. Saya merindukan kedua orang tua saya. Sudah beberapa tahun saya tidak berkunjung ke rumah mereka.” Xu Yin memberikan alasan pada Tetua Qian. Ia menundukkan wajahnya ke tanah.

Tetua Qian terkekeh melihat alasan muridnya itu. Ia pun menjawab dengan bijak. “Baiklah. Qi Awekening 6 dalam dua tahun.”

Lalu, melanjutkan. "Dan jangan melakukan metode brutal dalam penyerapan Qi. Kalau kau lakukan itu lagi... meridianmu akan hancur total."

Xu Yin terdiam, bukan karena setuju. Pikirannya sedang berkecamuk. Memikirkan beberapa tahun yanh lalu saat ia dengan mudahnya mencapai Qi Awekening 19 hanya dalam satu setengah tahun. “Aku yakin, yang merusak meridianku bukanlah karena metode brutal. Tapi karena teknik terlarang itu.” Gumamnya dalam hati. Ia mengerutkan kening lalu menatap gurunya. “Baiklah, saya paham, Guru." Jawabnya dengan senyuman sembari menatap mata gurunya.

Tetua Qian menatap muridnya dengan senyum tipis namun tulus. Siapapun yang melihat, pasti akan mengira jika mereka adalah kakek dan cucu.

Saat Xu Yin menatap dinding-dinding goa lembab yang berselimutkan lumut, ia teringat dengan Bai Huixin. Ia menyipitkan matanya. "Guru... saya ingin bertanya."

"Tanya saja." Balas Tetua Qian, sembari mengusap janggut peraknya.

"Pamanku… Xu Liang, pergi begitu saja tanpa berpamitan denganku. Dan juga Guru Bai Huixin, ia juga pergi tanpa memberi tahu aku. Apakah Guru tahu dimana mereka?" Tanya Xu Yin dengan nada serius, namun terdapat lembut. Matanya menunjukkan kesedihan, kerinduan dan kekhawatiran.

1
Donna
apakah mirip dg yg d gambar??
Filanina
maksudnya, pamannya itu pintar karena sudah golden core stlh belajar 16 tahun tapi walau pun pintar ttp blm bisa mengenali primordial keponakannya?
Filanina: tapi kurang pintar karena tidak bisa mengenali primordial kan?

soalnya kok kayak tolak belakang. dikatakan pintar tapi tidak mampu.
LaoTzy: Iya pamannya punya bakat terpendam mungkin😭
total 2 replies
Filanina
kayak orang kurang sopan nggak sih ga jawab pertanyaan. Jatuhnya bukan dingin tapi ga sopan.
LaoTzy: Bener banget
total 1 replies
Filanina
oh... berarti itu khusus pedang kendaraan ya.
LaoTzy: Iya. Terinspirasi dari novel sebelah😭
total 1 replies
B A B Y B U N N D
Uupp
༆ᴛᴀ°᭄ᴠᴇᴇʀᴮᴼˢˢ彡
Gaadsss lanjooottt thorr
Filanina
Kalau dalam novel china kayak gini emang jarang sih ngasih penjelasan... terjadi begitu saja dan diterima begitu saja.
Filanina
ini pedang terbang itu biasanya pedang yg dipakai bertempur atau bukan sih? Atau khusus kendaraan?
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
Filanina
lucu juga ya, siapa yang pertama kali dapat ide pedang jadi kendaraan?

mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
Filanina
mungkin diberikan bukan memberikan. kalau nggak memberikannya. objeknya diganti -nya. subjeknya ttp wanita itu.
Filanina
Thor, ini dalam narasinya bakal ditulis Chen lian terus sementara di sana namanya Xu Yin?
Filanina
owh... yang terkuat bukan yang nomor 1 ya... ?
Filanina
semnanti mungkin typo ya. apa sembari?
Filanina
kalau mau perbaiki, pakailah koma sebelum petik alih-alih titik. trus dialog tag ditulis huruf kecil.
Filanina
saya ngasih koreksian typo
Filanina
kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.
Filanina
wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar
Filanina
cuma basuh muka? /Shame/
Filanina
jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...
Filanina
iya-ya
ibunya jadi hangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!