NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: arsifa nur zahra u

naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22 * jangan hari ini dan mantan raka datang kembali *

Matahari sore menyusup lewat jendela besar di ruang tamu apartemen Raka. Cahayanya keemasan, menyinari permukaan meja marmer yang penuh dengan dua gelas wine, sisa kue red velvet, dan tawa kecil kami yang masih menggema.

"Aku gak nyangka kamu bisa masak steak," aku berkomentar sambil menyandarkan dagu di punggung tangan. "Ternyata gak cuma jago nyuruh-nyuruh anak buah, ya."

Raka tertawa kecil. “Sebenarnya tadi nyaris gosong. Tapi demi kamu, aku rela belajar dari YouTube 3 jam.”

Aku tertawa, lalu memandangnya lebih lama. Senyumnya... tenang. Bukan senyum formal bos-bos di ruang meeting. Tapi senyum seseorang yang nyaman bersama orang yang dia sayangi.

Kami sudah tiga bulan saling membuka hati. Melewati fase canggung, fase bertanya-tanya, hingga akhirnya... kami sampai di titik ini. Titik di mana semuanya terasa begitu mudah. Terasa benar.

Aku berdiri dan berjalan ke balkon. Angin sore menyambut lembut. Kota mulai menyala dengan cahaya lampu. Raka menyusul di belakangku, menyelimuti bahuku dengan jaketnya yang hangat.

“Nay,” katanya, suaranya berubah lebih dalam. “Kamu bahagia gak... sama aku?”

Aku menoleh, sedikit heran dengan nada serius itu. “Iya, tentu. Kenapa?”

Dia menatapku. Lama. Dan saat dia meraih sesuatu dari saku jaketnya, aku bisa merasakan dunia berhenti sebentar.

Sebuah kotak kecil beludru biru.

Deg.

“Naya,” ucapnya pelan, “aku tahu hubungan kita gak biasa. Kita mulai dari benci, dari salah paham, dari ribut-ribut gak penting. Tapi justru itu yang bikin aku yakin... kita ini nyata. Gak dibangun dari ilusi atau ekspektasi palsu. Aku lihat kamu, dengan semua keras kepalamu, ambisi, luka, tawa, dan segala hal yang bikin aku jatuh cinta setiap hari.”

Tanganku mulai gemetar. “Raka...”

Dia membuka kotaknya. Cincin simpel dengan permata kecil yang berkilau dalam cahaya matahari terakhir hari itu.

“Aku gak bisa janji hidup kita bakal selalu mudah. Tapi aku bisa janji aku akan berjuang buat kamu. Setiap hari. Jadi, maukah kamu... menikah denganku?”

Dunia berhenti. Jantungku berdentum seperti genderang perang. Suaranya masih bergema di telingaku.

Menikah.

Kata itu menyelinap masuk ke bagian terdalam pikiranku. Aku menatap Raka, laki-laki yang dulu kupikir menyebalkan, menyuruh-nyuruh, arogan. Laki-laki yang kini jadi tempat pulang.

Tapi mulutku kelu. Hati ini gemetar.

“Raka...” bisikku.

Dia masih menatapku, penuh harap.

“Aku... aku sayang kamu. Banget.” Aku tarik napas panjang, lalu melanjutkan dengan hati-hati, “Tapi aku gak bisa. Bukan sekarang.”

Matanya seketika berubah. “Kenapa?”

Aku menarik jaketnya erat di tubuhku. Bukan karena dingin, tapi karena tubuhku mulai kehilangan kendali.

“Karena aku belum siap kehilangan diri sendiri.”

Raka diam. Matanya menatapku, tidak marah. Tidak kecewa. Tapi jelas terpukul.

“Aku baru aja mulai percaya sama cinta lagi. Sama laki-laki lagi. Dan kamu tahu, selama ini aku jalan sendiri, ngelindungin diri sendiri. Sekarang aku lagi bangun fondasi buat hidupku sendiri. Aku belum mau ngegantungkan itu ke siapa pun. Bahkan ke kamu.”

Dia masih diam. Tapi aku tahu dia mendengar.

Aku menyentuh pipinya, pelan. “Bukan karena aku gak cinta. Justru karena aku cinta, aku gak mau asal nikah. Aku mau ketika aku bilang ‘ya’, itu karena aku udah siap, bukan karena suasana mendukung atau karena aku takut kehilangan kamu.”

Raka menarik napas panjang. “Aku gak marah, Nay. Sedikit sedih, ya. Tapi aku ngerti.”

Aku menghela napas lega. “Kamu gak nyesel?”

Dia tersenyum kecil. “Nyesel? Enggak. Tapi mungkin nanti aku coba lagi. Kalau kamu udah siap.”

Aku tersenyum, mataku mulai berkaca-kaca. “Janji?”

“Janji,” katanya, lalu menyelipkan kotak cincin itu ke sakunya lagi. “Sampai saat itu tiba, aku akan tetap di sini. Nemenin kamu tumbuh, bareng-bareng.”

Aku memeluknya. Erat.

Di antara angin sore dan lampu kota yang berkelip, aku tahu satu hal—aku mencintainya.

Dan suatu hari, ketika waktunya tepat, aku akan bilang "ya" dengan segenap hati.

*

Dua hari setelah lamaran itu, aku masih merasa dunia belum kembali ke sumbu. Raka tidak berubah, dia tetap perhatian, tetap hadir. Tapi aku tahu, ada ruang kosong di antara kami yang belum sepenuhnya bisa diisi hanya dengan cinta.

Aku butuh waktu. Dan dia memberikannya.

Sore itu, aku memutuskan mampir ke butik Alia sebelum pulang. Tapi begitu keluar dari lift, langkahku terhenti.

Seorang perempuan berdiri di depan butik. Rambut panjang bergelombang, pakaian sleek dan mewah, dengan heels hitam mengkilap. Sekilas, dia tampak seperti model yang baru turun dari panggung Paris Fashion Week.

Dan aku mengenalnya.

Ara.

Mantan tunangan Raka.

Jantungku berdetak tak beraturan. Dia belum melihatku, sedang sibuk membuka ponselnya. Tapi saat aku berjalan mendekat, dia menoleh. Pandangan kami bertemu.

“Oh,” katanya, senyumnya tipis. “Naya, kan?”

Aku mengangguk, menjaga ekspresi tetap netral. “Ara.”

Dia menatapku dari atas ke bawah, lalu tersenyum seolah kami sedang bertemu di pesta amal. “Kita belum sempat ngobrol waktu itu ya. Pas acara kantor.”

Waktu itu—yang dia maksud adalah acara gala dinner kantor tempat dia muncul tiba-tiba, menggandeng Raka seenaknya, dan membuatku nyaris muntah karena suasana jadi dingin.

“Ya, kamu agak... sibuk waktu itu,” jawabku pelan.

Ara tertawa kecil, lalu melipat tangan di depan dada. “Aku baru tahu kamu sekarang dekat sama Raka. Atau... lebih dari dekat?”

Nada suaranya tak terlalu kasar, tapi ada nada menantang tersembunyi. Aku ingin menjawab santai, tapi ada rasa ganjil yang naik ke tenggorokan.

“Ya,” jawabku akhirnya, “kami sedang menjalaninya.”

Ara tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. “Lucu ya, dunia ini kecil. Dulu aku hampir menikah sama dia.”

Dan di situlah dia menancapkan paku pertamanya.

Aku hanya mengangguk. “Aku tahu.”

Dia melangkah mendekat, sedikit terlalu dekat. “Kamu yakin bisa handle Raka? Dia bukan tipe laki-laki yang... gampang dihadapi. Trust me.”

Aku mengangkat dagu. “Aku bukan cewek yang gampang dikalahkan juga. Trust me.”

Tatapan kami bertabrakan, dan aku bisa lihat sorot matanya berubah. Mungkin dia tak menyangka aku akan menantang balik.

Sebelum dia sempat menjawab, pintu butik terbuka dan Alia keluar.

“Oh, Ara ya? Eh, Nay! Lo udah dateng!” serunya cepat, mungkin merasa ketegangan di udara. Ara pun akhirnya tersenyum sopan pada Alia, lalu pamit.

Tapi sebelum pergi, dia sempat berbisik ke arahku, “Kalau dia pernah milih aku, siapa bilang dia gak bisa balik lagi?”

Dan dengan itu, dia melangkah pergi.

Aku berdiri diam. Marah. Bingung. Tapi juga takut.

Bukan takut kehilangan Raka. Tapi takut kehadiran Ara akan mengguncang fondasi yang belum sempat kami kokohkan.

*

Aku masih berdiri diam di depan butik, pandangan kosong menatap langkah Ara yang menjauh. Kata-katanya menggantung di kepalaku seperti jerat halus yang makin lama makin mengencang.

“Kalau dia pernah milih aku, siapa bilang dia gak bisa balik lagi?”

Aku menutup mata sejenak. Mencoba menenangkan diri. Tapi yang muncul justru bayangan malam itu—malam saat aku menyerahkan semuanya pada Raka. Malam saat aku melepas semua benteng, membiarkannya masuk ke dunia yang bahkan aku sendiri tak pernah buka untuk siapa pun sebelumnya.

Dan sekarang, seorang perempuan dari masa lalunya muncul, mengusik keyakinanku.

“Nay, lo gak apa-apa?” suara Alia menarikku kembali ke realita. Aku mengangguk pelan, tapi air mataku hampir jatuh. “Dia emang jago bikin orang ngerasa kecil. Tapi lo gak sendirian.”

Aku menarik napas panjang, mencoba meredam rasa sesak yang tiba-tiba datang. Aku percaya Raka. Aku percaya hubungan ini. Tapi luka lama dan rasa insecure kadang datang tanpa diundang.

Dan aku tahu, kalau aku gak kuat-kuat banget, semua yang kami bangun bisa runtuh begitu saja.

1
putrie_07
mantap pollll.....
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
putrie_07
akhirnya /Proud//Proud//Proud//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
kantor Thor... BKN kantot😁😁😁🤭
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩
As'asri Mbu'a Bayu: /Facepalm/wkwk
total 1 replies
putrie_07
knp sih g MW😬😬😬
putrie_07
/Chuckle/
putrie_07
sabar y cint btuh pejuangann😭😭😭
putrie_07
/Smug/
putrie_07
/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
putrie_07
/Smile//Smile//Smile/
putrie_07
masa lalu tp terkdan kita teringat masa lalu. betul ap btul/Grin//Grin/
putrie_07
asykk/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
qiu qiu/Joyful//Joyful//Joyful/
putrie_07
ud mulai deh jatuh cinta /Sly/
putrie_07
/Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
mecom...😊
yeqi_378
Cocok buat semua.
Sena Kobayakawa
Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭
Lửa
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!