NovelToon NovelToon
Dalam Pelukan Pernikahan

Dalam Pelukan Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Lari dari Pernikahan / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ana terpaksa menikah dengan seorang pria lumpuh atas desakan ibu dan kakaknya demi mahar uang yang tak seberapa. Pria itu bernama Dave, ia juga terpaksa menikahi Ana sebab ibu tiri dan adiknya tidak sanggup lagi merawat dan mengurus Dave yang tidak bisa berjalan.

Meskipun terpaksa menjalani pernikahan, tapi Ana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan ikhlas dan sabar. Namun, apa yang didapat Ana setelah Dave sembuh? Pria itu justru mengabaikannya sebagai seorang istri hanya untuk mengejar kembali mantan kekasihnya yang sudah tega membatalkan pernikahan dengannya. Bagaimana hubungan pernikahan Ana dan Dave selanjutnya? Apakah Dave akan menyesal dan mencintai Ana? atau, Ana akan meninggalkan Dave?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyadari Sesuatu

Malam itu sepulang dari acara pesta, Ana duduk di sofa yang selama ini menjadi tempat tidurnya sambil memeriksa ponselnya. Matanya melebar saat membaca pesan dari Rani.

"Ana, ibu sakit parah. Pulang sekarang juga!"

Jantung Ana berdegup kencang. Ibunya sakit? Sejak menikah dengan Dave, ia jarang pulang, meski hatinya masih memiliki sedikit kepedulian terhadap keluarganya.

Tanpa berpikir panjang, Ana bergegas mengambil jaket dan tas. Saat hendak keluar kamar, suara dingin menghentikannya.

"Mau ke mana malam-malam begini?"

Ana menoleh dan melihat Dave duduk di kursi rodanya, menatapnya dengan ekspresi datar.

"Ibu sakit, aku harus pulang," jawab Ana singkat.

Dave diam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Lalu?"

Ana mengernyit, tidak mengerti maksudnya.

"Aku pergi sebentar, hanya untuk memastikan keadaan ibu," katanya, mencoba bersikap tenang.

Dave memutar kursi rodanya mendekati Ana. Matanya tajam, membuat Ana merasa gugup.

"Apa kau yakin ibumu sakit?" tanyanya, suaranya penuh ketidakpercayaan.

Ana terdiam. Dave benar. Keluarganya terlalu sering menggunakan kebohongan untuk memanipulasinya. Tapi bagaimana jika kali ini ibunya benar-benar sakit?

"Aku tetap harus pergi."

Dave menatapnya lama, lalu mengangkat bahu. "Terserah."

Ana tidak membuang waktu lagi. Ia keluar dari rumah dan segera memesan taksi online. Sepanjang perjalanan, ia tidak bisa menghilangkan perasaan cemas yang bercampur dengan firasat buruk.

____

Sesampainya di rumah, Ana mendorong pintu tanpa ragu. Namun, saat masuk, ia mendadak merasakan sesuatu yang aneh.

Rumah terlalu sepi, lampu-lampu tetap menyala terang, tidak ada suara batuk atau keluhan dari ibunya. Ana mengerutkan kening.

"Ibu?" panggilnya, melangkah lebih jauh ke dalam rumah.

Tiba-tiba, pintu di belakangnya tertutup dengan keras.

Ana tersentak dan berbalik cepat. Matanya melebar melihat Ratna berdiri dengan wajah dingin, sementara Rani menyeringai puas di sudut ruangan.

"Duduk," perintah Ratna.

Ana tertegun, menyadari bahwa ini jebakan.

"Ibu tidak sakit?" tanyanya dengan suara bergetar.

Ratna tersenyum sinis. "Tentu tidak. Aku hanya perlu cara agar kau pulang."

Ana mengepalkan tangannya.

"Kenapa? Apa lagi yang kalian inginkan?"

Rani menyandarkan diri ke dinding dan berkata santai, "Ikut rencana Nyonya Lusi."

Ana mengernyit. "Apa maksudmu?" tanyanya dalam kebingungan.

"Bantu kami menyingkirkan Dave," jawab Rani dengan nada ringan, seolah-olah yang dibicarakan bukanlah sesuatu yang keji. "Kalau kau membantu, kita semua akan hidup nyaman."

Ana membelalak. "Tidak!" jawabnya keras. "Aku tidak akan mengkhianati suamiku sendiri!"

Jawaban itu langsung memicu kemarahan Ratna. Wanita itu melayangkan tamparan keras ke pipi Ana, membuat wajahnya menoleh ke samping dengan mata terpejam menahan sakit.

"Dasar anak tidak tahu diuntung!" bentak Ratna. "Kau masih berani membantah ibumu sendiri?"

Ana meraba pipinya yang panas dan perih, tapi ia tetap menggelengkan kepala. "Aku tidak akan melakukannya!"

Rani yang sejak tadi diam, mendekat dengan wajah marah.

"Kalau begitu, kau memang pantas dihajar!"

Tanpa aba-aba, Rani menampar Ana sekali lagi, lebih keras dari sebelumnya. Ana terhuyung ke belakang, rasa sakit membakar tulang pipinya.

Namun, Ratna dan Rani belum selesai. Mereka mendorong Ana ke lantai, dan memukulnya tanpa ampun.

Ana berusaha melindungi dirinya, tapi dua lawan satu—ia kalah telak.

Darah mulai merembes dari sudut bibirnya, wajahnya mulai membengkak, dan tubuhnya penuh rasa sakit.

Ratna menarik rambut Ana dengan kasar, memaksa wajahnya mendongak. "Dengar, Ana!" desisnya penuh kebencian. "Aku ibumu! Kau harus menurut!"

Ana menggigit bibirnya, menahan tangis. Matanya menyala dengan tekad.

"Aku tidak akan mengkhianati Dave."

Ratna mendorong kepala Ana ke lantai.

"Kalau begitu, jangan pernah anggap aku sebagai ibumu lagi!"

Ana tidak menjawab. Ia hanya diam, tubuhnya gemetar karena sakit, tapi hatinya tetap teguh. Bagaimanapun juga, ia tidak akan menyerah.

____

Malam itu, rumah terasa sunyi. Dave sedang duduk di ruang tamu, memutar-mutar gelas wiski yang belum disentuh. Pikirannya melayang entah ke mana—memikirkan Ana yang pergi dengan alasan ibunya sakit. Sesuatu terasa tidak beres.

Suara pintu terbuka tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

"Ana?"

Dave segera menoleh ke arah pintu masuk, dan matanya membelalak lebar.

Ana berdiri di ambang pintu dengan tubuh penuh luka, wajahnya bengkak dan lebam, sudut bibirnya berdarah, rambutnya berantakan, dan langkahnya tertatih.

"Sialan!" Dave segera mendorong kursi rodanya mendekat.

Ana tidak mengatakan apa-apa. Matanya sayu, tubuhnya gemetar karena rasa sakit, tapi ia berusaha tetap berdiri tegak.

"Siapa yang melakukan ini padamu?" Suara Dave penuh amarah.

Ana mencoba tersenyum tipis, meskipun wajahnya kesakitan. "Tidak apa-apa..."

"Tidak apa-apa?!" Dave hampir membentak. "Jangan bodoh, Ana! Kau pulang dalam keadaan seperti ini dan bilang tidak apa-apa?"

Ana menutup matanya sesaat, menghela napas berat sebelum akhirnya berbicara pelan.

"Aku dijebak, Dave..."

Dave terdiam, ekspresinya berubah serius.

"Mereka berbohong tentang ibu yang sakit. Ratna dan Rani hanya ingin aku pulang untuk satu tujuan..."

Ana menatap langsung ke mata Dave, meskipun kelopak matanya mulai membengkak.

"Mereka ingin aku bekerja sama dengan Nyonya Lusi untuk menyingkirkanmu."

Hening.

Wajah Dave menggelap seketika.

"Jadi ini ulah mereka?" tanyanya dengan suara dingin.

Ana mengangguk. "Aku menolak. Aku bilang aku tidak akan mengkhianatimu, Dave. Tapi karena itu..."

Ana terdiam sejenak, mengenang bagaimana ibunya dan kakaknya memukulinya tanpa ampun.

"Mereka menghajarku."

Dave mengatupkan rahangnya, tangannya yang menggenggam pegangan kursi roda mengeras.

Ia marah.

Marah karena Ana disakiti. Marah karena orang-orang itu berpikir bisa memperlakukannya semaunya.

Namun, sebelum ia bisa mengeluarkan amarahnya, Ana tiba-tiba terhuyung ke depan.

"Ana!"

Dave bergegas menangkapnya, meskipun tubuhnya tidak bisa bergerak leluasa. Dengan sisa kekuatan di tangannya, ia menarik Ana ke pangkuannya.

Ana memejamkan mata, merasa nyaman dalam pelukan Dave meskipun tubuhnya sakit.

"Bodoh..." Dave berbisik pelan, tangannya menyentuh wajah Ana yang lebam dengan sangat hati-hati.

Ia tidak menyangka Ana akan memilih membelanya sampai seperti ini.

Tanpa banyak bicara, Dave membawa Ana ke kamar dengan cara memangkunya. Bersusah payah Dave mendorong kursi rodanya sendiri menuju kamar.

Di dalam kamar, Dave dengan telaten mengobati luka-luka Ana. Ia menekan kain lembut yang dibasahi antiseptik pada sudut bibir Ana yang pecah, membuat gadis itu merintih pelan.

"Tahan sedikit," ucap Dave dengan nada lembut, jauh berbeda dari biasanya.

Ana hanya diam, membiarkan Dave merawatnya dengan penuh perhatian.

Saat Dave menempelkan koyo dingin di bagian pipi Ana yang lebam, Ana berbisik lirih.

"Terima kasih..."

Dave menghentikan gerakannya sesaat, menatap Ana dengan ekspresi sulit diartikan.

"Untuk apa?"

Ana tersenyum samar, meskipun masih terasa sakit.

"Untuk tetap membiarkanku di sini."

Dave terdiam, menyadari sesuatu.

Ana tidak meminta harta, tidak meminta belas kasihan, ia hanya ingin bertahan di sisinya. Dan untuk pertama kalinya, Dave sadar...

Ana bukan seperti yang ia pikirkan selama ini.

1
Polintje Tandirate
Laki2 itu harus tegas tidak plinplan, klu mmg dia mencintai ya hrs mengakui dan jangan suka memberi harapan, spy seorg wanita tdk tahu dan tdk mengharapkan lagi
kalea rizuky
laki tolol emank uda lumpuh bodoh lagi
kalea rizuky
mati aja an ngenes hidupmu
Ifah Ifah
buat ana pergi jauh dari kehidupan dave yah thor 😭 kasian ana selama hidup ny ga prnh merasakan kebahagiaan 😭😭😭😭😭
Usaha Berkah
mana lanjutannya... udah 1minggu nunggu ga up up
Ifah Ifah
siipp anak jng kendor lwn terus si dave suami mu yg pelit itu 🤣🤣🤣🤣🤣
Ifah Ifah
Luar biasa
Ifah Ifah
bagus ana 🤣🤣🤣🤣🤣
Ifah Ifah
kasian ana 😭😭😭
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
Polintje Tandirate
Lumayan bagus, tp terlalu lama ya sambungannya, bosan menunggu
Galih Galvin
q paling benci laki2 seperti dave,dh tinggalkan saja ana masih banyak laki2 yang baik hati,q paling benci laki2 tidak tau berterima kasih, sakit yang merawatnya sampe bisa jalan siapa, laki2 berengsek itu namanya
Nania
serah kamu lah, Dave 😏
wariyanti Safitri
lanjut Thor
be1girlsheesh
keluar darii rumah itu Ana tinggalkan Dave, jangan jadi boneka ibu dan saudaramu, diluar sana masih ada kebahagiaan untukmu
🌷💚SITI.R💚🌷
silahkn dave kamu beri kesemlstan ke dua buat bela dan sisp² kecewa kembali..smg Ana mendaostkn kebahagiaan yg sesungguhy..dia bisa trehindar dr kejahatan ibu jg kakay..
imel
si*lan lu
🌷💚SITI.R💚🌷
smg ada jalan yg terbaik ya ana..kli kamu msh bisa bertahan sm dave bersabarlah..tp klu sdh ga kuat coba menepi dulu tenangkan hati ksmu ya..
Dewi Rini
kasian kalau jadi ana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!