Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Kembali ke Rumah
...****************...
Setelah tiga hari dirumah sakit, akhirnya Anna di perbolehkan untuk pulang. Dan selama waktu itu, Damian hampir tak pernah meninggalkannya. Ia selalu ada disamping Anna—mengawasi, merawat bahkan memastikan setiap makanan yang masuk ke tubuhnya. Damian juga terus bekerja dari sana dengan Jeff yang terus mondar-mandir membuat Anna tak enak hati.
Namun, Anna tak bisa memungkiri, perhatian Damian yang tiba-tiba itu membuatnya bingung.
Di perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara mesin yang terdengar dan Damian yang sesekali melirik Anna dari sudut matanya.
Anna bersandar dikursi dengan lelah. Walaupun kondisinya jauh lebih baik, tapi rasa sakit di tubuhnya belum sepenuhnya hilang.
"Kau baik-baik saja?" tanya Damian.
Anna menoleh dan menatap wajah pria itu yang fokus mengemudi.
"Aku baik-baik saja."
"Bohong." jawab Damian cepat sambil mendengus pelan.
"Aku benar-benar sudah lebih baik."
Ketika mereka tiba di mansion, Damian keluar lebih dulu dan langsung membukakan pintu untuk Anna. Anna menatapnya dengan heran.
"Kenapa?" tanya Damian dengan wajah datarnya seperti biasa.
"Kau terlalu manis hari ini."
"Jangan terlalu percaya diri." Jawabnya sambil mendecak. Anna hanya tersenyum tipis sebelum melangkah masuk ke dalam mansion. Saat pintu terbuka, Anna menghirup udara itu.
Rasanya.. Seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali ia berada di sini. Mansion ini masuk u terasa sama. Dingin, luas dan megah.
Damian berjalan di belakangnya memperhatikan Anna dalam diam.
"Kau ingin langsung ke kamar?" tanyanya.
Anna menoleh, "Bolehkah aku ke dapur dulu?"
"Untuk apa?" tanya Damian heran.
"Aku hanya ingin membuat teh."
Damian menghela napas dan meletakkan barang-barang mereka diujung sofa.
"Biar aku yang buat. Kau tunggu disini." Anna pun mengangguk patuh dan duduk di sofa sambil sesekali memperhatikan Damian. Pria itu benar-benar telah berubah. Tapi ia tak ingin memakai perasaannya lebih dalam. Karena ia sadar akan posisi Anna sebagai apa disini.
Tak lama kemudian, Damian kembali dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia meletakkannya di meja dan mendorongnya perlahan ke arah Anna.
"Minum." perintahnya singkat.
"Sejak kapan kau bisa membuat teh?"
"Sejak tadi." Jawabnya datar.
Anna menatap ya sejenak sebelum mengambil cangkir dan menyeruput isinya. Hangat dan menenangkan. Sementara Damian mengamati setiap gerakan Anna dengan seksama.
Setelah minuman itu habis, Damian menarik tangan Anna dengan lembut.
" Kau harus istirahat," katanya. Anna mengangguk dan ikut bangkit berjalan beriringan dengan Damian. Ia tahu ini sedikit berlebihan, tapi perasaannya menuntunnya untuk diam saja.
Namun, Anna terheran ketika Damian membawanya kekamarnya bukan kamar Anna.
Anna sedikit tersentak dan berhenti melangkah.
"Kenapa ke kamar—"
"Hari ini kau tidur denganku." potong Damian tanpa ragu.
Anna membelalakan matanya. "Tunggu.. Apa?!"
Damian menoleh dan menatapnya.
"Aku tak mau kau jauh dariku."
Suasana hening sejenak. Anna menggigit bibirnya sedikit ragu.
"Damian.. Ini berlebihan."
"Tidak, kita sudah pernah tidur 2x sebelumnya dan tak terjadi apa-apa. Kau tak perlu takut begitu." Ucap Damian.
"Dan.. Aku hampir kehilanganmu, Anna." lanjutnya lagi.
Mata Anna membesar. Ia semakin bingung mendengar jawaban Damian. Damian mendekat dan menatapnya dengan intens.
"Aku tak akan mengambil resiko lagi. Mulai sekarang, aku ingin kau ada di dekatku."
Anna menelan ludahnya. Jantungnya berdebar kencang. Lagi-lagi, Damian membuat pertahanannya roboh.
Saat ia hendak membalas Damian, tiba-tiba tubuhnya terangkat dan dalam sekejap sudah berada dalam gendongan Damian dengan ala bridal style.
Anna berusaha protes.
"Damian! Aku bisa jalan sendiri—"
"Diamlah."
.
.
.
Next👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩