Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
BAB 33
"Karena itulah tuan, masih belum terlambat jika anda benar benar ingin memperbaiki niat anda, cobalah untuk mencintai nyonya, sepengetahuan saya, nyonya Riana wanita baik tuan, jauh lebih baik dari teman teman kencan anda selama ini." Fabian memberanikan diri menasehati tuan muda nya.
Pluk …
Sebendel notebook melayang mengenai kening Fabian.
Seketika pria muda itu terdiam, menyadari bahwa tuan mudanya marah dan tak suka mendengar masukannya.
"Apa kamu ingin aku berhenti mencintai Alicia?"
"Tidak tuan, saya tidak berkata demikian," jawab Fabian.
'ya setidaknya anda harus sadar, nyonya Alicia sudah meninggal, hal terbaik yang harus anda persembahkan untuk nyonya Alicia adalah menyimpan nya sebagai kenangan', lanjut Fabian dalam hati.
"Lalu maksudmu apa?"
Fabian terdiam.
"Maaf tuan."
'Aku harap anda tidak menyesal di kemudian hari tuan' anda sudah memiliki batu berlian, tapi masih memikirkan batu kali yang lepas dari genggaman,' Fabian terus menggerutu, lebih tepat nya di tambah makian dari hati nya, karena melihat tuan muda nya semakin dibodohi oleh cinta buta nya, malangnya seorang Fabian, ia hanyalah bawahan Brian, jadi dia tak bisa berbuat banyak melihat kebodohan Brian, termasuk memberinya nasihat.
Fabian meninggalkan Brian dengan setumpuk pekerjaan, dan hingga larut malam ia masih bergelut dengan kertas kertas serta tiga buah komputer yang terus menyala di hadapannya, alat alat pengaman ciptaannya, memerlukan maintenance rutin agar tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi, walau perusahaannya masih berskala kecil, tapi Brian patut berbangga karena alat alat pengaman ciptaannya masih menjadi yang terbaik.
Brian si jenius di bidang IT, jadi ketika memutuskan menikah dengan Alicia, ia sudah bersiap dengan resiko tidak mendapatkan apapun dari Roger, karena itulah ia merintis perusahaannya sendiri, perusahaan yang membuat sistem pengaman digital, yang kini menjadi anak perusahaan Gustav.Inc, dan kini pekerjaannya kian berat karena sebentar lagi ia resmi menjabat sebagai Presiden Direktur Gustav.Inc karena menikah dengan Riana.
Be.tech berdiri, sebagai wujud kasih sayang Brian pada darah dagingnya, dimana semua harapan dan cita citanya bertumpu pada Be.tech, ia ingin menunjukkan bahwa ia pun bisa tanpa bantuan Gustav.Inc, tapi semua impian, harapan, dan cita citanya musnah tersapu badai ketika Alicia meninggal, dan kini ia kembali berusaha bangkit, karena memiliki harapan baru, yakni bayi dalam kandungan Riana.
🌹
🌹
🌹
Pagi itu Brian terbangun masih dalam posisi duduk di kursi, semalam Brian yang kelelahan langsung tertidur begitu saja, bahkan ia belum sempat membersihkan diri, karena kemarin sengaja ingin membersihkan diri sebelum tidur, tapi yang terjadi ia justru tertidur di ruang kerja nya.
Panggilan alam itu datang, seperti biasa mual serta pusing akan datang ketika ia ta menghirup aroma tubuh Riana.
Dengan cepat Brian berlari ke kamar mandi, kemudian menumpahkan semua isi perutnya yang hanya cairan, karena semalam ia bahkan lupa belum makan malam, Brian berdiri menatap wajah nya melalui pantulan cermin, “kenapa begini tersiksa hanya karena tak berada di dekatmu?” Monolog Brian, kalimat itu tentu ia tujukan untuk Riana, ia pun sebenarnya ingin menjalani pernikahan seperti apa yang mereka sepakati sebelumnya, namun kondisi morning sickness mengharuskannya untuk terus berada di dekat Riana.
Setelah membersihkan wastafel, Brian keluar dari ruang kerja nya, bermaksud mendatangi Riana yang mungkin saja kini masih terlelap di kamar mereka, namun Brian merasa seperti mencium aroma steak favoritnya, Brian biasa menyantap Steak lengkap dengan mashed potato, dan salad, untuk sarapan pagi nya, Brian melangkah mengikuti asal muasal aroma tersebut, ia terkejut karena di meja makan belum terhidang sarapan pagi, namun telinganya menangkap ada orang yang sedang berbincang dari arah dapur bersih.
Rasa penasaran menuntun Brian mendatangi dapur, rupanya ada Riana yang sedang duduk menanti koki menyiapkan makanan pesanannya, si bumil cantik itu menyangga dagunya menggunakan kedua telapak tangannya yang sudah bertumpu di meja bar dapur, pandangan matanya tak lepas dari makanan yang tengah di masak oleh sang koki, rambutnya yang sudah di kepang tinggi membuat wajah cantiknya terlihat semakin manis dan menggemaskan, Brian mendekat, kedua tangannya memeluk pinggang Riana dari belakang, menelusupkan wajahnya di area yang ia ingin kan, beberapa ciuman bahkan kecupan mendarat mesra di sana, aroma favoritnya memang sungguh menenangkan, sketika sakit kepala dan mual nya reda, kedua lengannya melingkar semakin erat, manakala Riana mulai berontak.
“Diamlah sebentar, Koki rumah ini tidak tahu tentang sandiwara pernikahan kita,” Bisik Brian di tengah aktivitasnya, padahal tak masalah jika koki tak tahu, toh mereka juga tidak punya kewajiban menunjukkan kemesraan di depan koki.
“Aku tidak peduli jika koki tahu,” Riana menjawab tegas.