Kerajaan Danemor menjadi sebuah kerajaan yang kuat setelah Raja Adolf I telah naik takhta menggantikan raja sebelumnya, namun dibalik kuatnya kerajaan itu, menyimpan sisi kelam yang sangat mengerikan, Raja yang sangat keji terhadap musuh dan rakyatnya sendiri, pertumpahan darah sangat lumrah terjadi di kerajaan Danemor.
Kelahiran seorang anak laki laki menjadi harapan untuk semua orang untuk menggulingkan takhta Raja Adolf I, mampukah anak harapan itu mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sergey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Berita khusus
Pagi harinya Adolf bersama Pan bersiap untuk menyamar menjadi warga biasa, ditemani oleh beberapa orang untuk menjamin keamanan Adolf, tibalah waktunya mereka siap untuk pergi ke ibukota dan kota sekitar, sebelum berangkat Adolf berpesan kepada Jhon.
"Jhon sementara aku tidak ada di istana, jagalah istana ini, tugas telah kuberikan kepadamu, pastikan semuanya baik baik saja."
"di mengerti yang mulia, hamba akan melaksanakan tugas ini dengan baik."
"Pan ayo berangkat."
setelah itu mereka meninggalkan istana dan menyamar menggunakan pakaian dan jubah hitam biasa, meski tidak menggunakan armor kebanggaan nya, Adolf masih nampak sangat tampan dan berwibawa, dengan memimpin barisan depan, dia dan pengawal nya berjalan menuju ke kota Sula.
Kota Sula terletak di bagian barat kerajaan dengan wilayah dekat pegunungan, membuat perjalanan menjadi lama, diperlukan waktu 2 hari untuk sampai ke kota Sula, dan perlu waktu hanya 1 hari jika menggunakan kuda dan kecepatan penuh, akan tetapi Adolf tidak ingin terburu-buru untuk sampai ke kota Sula, dia ingin mampir terlebih dahulu ke pedesaan dan kota kecil sekitar untuk memantau para rakyat setempat.
Waktu telah berjalan selama setengah hari, awan berwarna oranye dan matahari akan tenggelam, dia tiba di pedesaan Yats, dia melihat aktivitas penduduk yang tidak kalah ramai dengan suasana sore hari, jalanan kota mulai diterangi oleh obor, membuat desa itu menjadi terang, Adolf pun datang restoran untuk mencari informasi, entah itu berguna atau tidak, itu diperlukan agar mengetahui kondisi desa menjadi lebih baik, dia pun memesan makanan khas yang restoran sediakan, Adolf melihat segerombolan pria masuk ke restoran dan singgah ke tempat duduk yang kosong, Adolf yang sedang menikmati makanan pun memasang telinga nya baik baik agar mendengar pembicaraan para pria itu.
para pria duduk dan memesan segelas bir untuk menikmati waktu mereka, ketika bir telah sampai, mereka meminum itu hingga akhirnya salah satu dari mereka dalam keadaan mabuk, Adolf yang melihat itu tersenyum bahwa kesempatan untuk mendengar informasi gratis datang begitu saja, kemudian dia pun menyimak pembicaraan mereka.
"aku dengar para pandai besi telah membuat bubuk hitam, namun jika diberi api maka bubuk itu akan meledak, tidak hanya itu saja, bubuk itu juga telah melukai beberapa pekerja yang ada di tambang sekitar gunung Sula."
"benarkah demikian? Aku tak percaya jika sebuah bubuk mampu melukai seseorang, itu terlalu mengada ngada."
"heh jika tidak percaya tidak apa apa, lagipula aku mendengarkan dari sepupuku yang bekerja secara langsung di tambang."
"sepupu mu itu terlalu mengada ngada, aku ingin lihat secara langsung bubuk itu, jika bisa meledak, akan ku tabur itu di wajahmu."
"dasar sialan, kurang ajar sekali kau." pria itu memukul meja dan menarik temannya dalam keadaan mabuk itu.
Tanpa ampun dia memukul temannya sendiri hingga babak belur, beruntung sebelum terjadi hal yang tak diinginkan pegawai restoran telah melerai kedua nya, Adolf yang puas mendengar berita itu, dia segera membayar dan pergi meninggalkan restoran, sambil mencari penginapan, Adolf pun bertanya kepada Pan mengenai informasi itu.
"menurutmu apakah informasi itu benar adanya, bubuk hitam yang jika terkena api akan meledak?."
"menurutku informasi nya akurat tuan, karena saya mendengar desas desus itu sebelum kenaikan tahta anda, informasi dari mata mata yang saya tempatkan di kota Sula, mereka melaporkan bahwa memang ada bubuk hitam yang akan meledak, para pandai besi kota Sula sedang meneliti bubuk itu, dan mereka masih tahap pengembangan bagaimana bubuk itu bisa tercipta, tak hanya pandai besi saja, bahkan beberapa ahli seperti peneliti batu batuan alam, ahli kimiawan, dan ahli fisikawan telah ikut untuk meneliti bubuk hitam misterius itu."
"baiklah karena masih hal yang baru dan diteliti, maka biarlah itu menjadi urusan para ahli terlebih dahulu, kita fokuskan ekonomi Danemor yang sebenernya kacau ini."
Setelah perbincangan antara Adolf dan Pan, mereka menemukan penginapan sementara untuk malam ini, Adolf pun masuk dan berjalan menemui pelayan wanita penjaga penginapan itu, ia terpana sejenak dengan kecantikan wanita itu yang sangat natural dan apa adanya, Adolf pun menggelengkan kepala nya.
"nona, saya memesan 4 kamar tidur untuk malam ini, berapa biayanya
"tuan, penginapan malam ini dan memesan 4 kamar dengan biaya total 4 koin perak."
"wah murah sekali nona, baiklah ini 1 koin emas, sisanya untuk nona saja."
"anda baik sekali tuan, terimakasih atas tip yang tuan berikan, ini kunci pintu kamar, berada di lantai dua." nona itu melihat Adolf sambil tersenyum bahagia.
Adolf yang melihat senyum manis dari pelayan wanita penginapan itu menjadi senyum senyum sendiri, entah apa yang dia rasakan, dia dalam keadaan senang, ketika sudah memesan kamar dia menemui Pan dan 2 pengawalnya, dia menyerahkan kunci kamar itu kepada mereka.
Pan pun bertanya kepada Adolf yang wajahnya merah tersenyum senang.
"tuan, anda kenapa, seperti nya anda sedang sakit? Perlu kah saya memberi obat herbal penurun demam tuan?"
"kamu ini bicara apa Pan, aku sedang sehat, saya hanya senang dengan pelayan itu karena dia memiliki senyum yang manis."
"ah ternyata karena wanita, eh bukankah umur tuan sekarang telah mencapai 23 tahun, bukankah ini waktunya tuan untuk menikah?"
"kurasa kamu yang sedang sakit Pan, bicaramu melantur saja, sudah waktunya tidur."
Adolf pun meninggalkan Pan dan masuk ke kamar tidur yang dia pilih, Adolf tidak langsung untuk tidur, dia membuka jendela dan tampak bulan yang indah di malam hari, ia melihat bulan dibarengi dengan pemandangan cahaya obor desa yang tampak syahdu dan angin malam hari yang dingin, ia berdiam diri dan merenung, saat itulah dia melihat wanita itu tadi memegang tanaman dan ia menyiram tanaman, tanaman itu memiliki bunga yang indah, bunga mawar yang khas, wanita itu tersenyum melihat bunga itu dan membelai nya, puas dengan bunga itu wanita pun kembali masuk ke penginapan, Adolf pun menutup jendela dan tidur.
Keesokan harinya Adolf pun terbangun, dia minum air dan keluar dari kamar, dia berolahraga pagi, dia berlari pelan, sedang cepat, memutari penginapan, kemudian dia mengayunkan pedang yang dia bawa berkali kali, wanita itupun melihat Adolf berolahraga, wajahnya merah merona karena ketampanan Adolf, wanita itupun berjalan menuju Adolf dnegan pakaian khas nya, ia pun menyapa Adolf.
"selamat pagi tuan, anda sedang apa." wanita itupun bertanya dengan senyum nya.
"selamat pagi juga nona, saya melakukan olahraga rutin untuk menjaga kesehatan, nona sedang apa?."
"aku berjalan untuk mengecek keadaan penginapan, oh iya tuan, bolehkah kita berkenalan?." wanita itu sambil mengarahkan tangan ke Adolf.
"te-tentu saja boleh nona, namaku Adolf." Adolf pun menjadi salah tingkah sendiri, dia berjabat tangan dengan wanita itu.
"hai tuan Adolf, aku namaku Eva, senang telah berkenalan denganmu." Eva tersenyum manis melihat Adolf.
Tidak salah jika Adolf menjadi salah tingkah sendiri karena Eva begitu cantik, dia memiliki wajah yang cantik, tanpa ada noda, dan rambut hitam yang panjang sampai ke leher, dia memiliki tinggi badan yang pendek, membuat Eva memiliki kecantikan dan daya tarik sendiri untuk Adolf.
"ehem nona Eva, ngomong ngomong apakah kamu sendirian mengurus penginapan ini?" Adolf pun mencoba mengobrol dengan Eva.
"benar tuan, saya sendiri mengurus penginapan ini, ayah saya meninggal dunia sejak saya masih kecil, dan ibu saya meninggal setelah aku berumur 20 tahun."
"wah maaf aku telah menanyakan hal yang membuat nona Eva sedih." Adolf menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"tidak apa tuan, sekarang sudah 1 tahun semenjak ibu meninggal saya berhasil merawat penginapan ini sendirian." Eva menjawab dengan tersenyum kembali.
"wah berarti nona telah berusia 21 tahun? Hebat yah kamu, umur segitu mampu mengelola penginapan sebesar ini sendirian." puji Adolf
"hehe terimakasih tuan, tuan sendiri berusia berapa?."
"aku berusia 23 tahun, aku seorag ra- ehem maksudku seorang petualang, aku sedang mencari bebatuan bersama 3 pengawalku."
Adolf hampir saja membocorkan penyamarannya sendiri, ia pun marah dalam hati "dasar bodoh, bagaimana identitas bisa dengan mudah dibocorkan begitu saja?."
"anda keren sekali tuan, dahulu ayah saya juga seorang petualang sebelum akhirnya dia membangun penginapan sendiri."
"benarkah begitu? Aku jadi merasa senang." Adolf pun senyum sendiri.
Disaat Adolf sedang asik mengobrol dengan Eva, Pan datang menemui Adolf ia pun berkata.
"mohon maaf tuan telah mengganggu perbincangan tuan dengan nyonya, namun perjalanan harus dilanjut 30 menit kemudian tuan."
"30 menit, baiklah, Kamu makan bersama pengawal terlebih dahulu, aku akan segera menyusul."
"baik tuan "
"sepertinya saya mengganggu waktu anda tuan, kalau begitu permi-." belum sempat Eva meninggalkan Adolf, Adolf menarik tangan Eva...