Akan Aku Pertahankan Suami SMAku

"Caesar kamu kok bisa pulang bareng Claudia?" Tanya Bunda Caesar yang bernama Marlina menatap curiga.

"Oh... Iya ini Karmila Wulandari. Kamu tidak lupa kan Caesar? Dia teman kamu sedari kecil. Sekarang dia akan tinggal di sini bareng kita karena orang tuanya telah menitipkan kepada Bunda." Ucap Bunda Marlina memberi penjelasan.

"Memangnya orang tuanya kemana Bunda?" Tanya Caesar juga ingin tahu.

"Neneknya Karmila yang di Desa sedang sakit parah, jadi Mama Karmila yang merupakan Putri sulung terpaksa pulang untuk membantu merawatnya. Karena Neneknya Karmila selama ini tinggal dengan Anak laki-lakinya. Sedangkan Menantu Perempuannya tidak perhatian terhadap Mertuanya." Jawab Bunda Marlina.

"Ya sudah terserah Bunda saja. Oh ya Bunda besok Senin, aku akan menikah dengan Claudia. Tidak perlu buat pesta pernikahan, yang penting SAH di KUA. Dan setelah itu aku akan tinggal dengan Claudia di rumah kontrakan." Ucap Caesar membuat Bunda Marlina syok, sedangkan Karmila langsung mengepalkan kedua tangannya dengan keras.

"Apa Bunda merestui hubungan kami?" Claudia memberanikan diri bertanya dan menatap raut wajah calon Mertua.

"Apakah selama ini kalian pacaran? Tapi tidak masalah kok sebenarnya, karena pacaran ataupun tidak juga kalian tetap akan menikah nantinya. Perjodohan kalian berdua sudah diatur oleh Almarhum orang tua Claudia, dan kami juga sudah menerimanya."

"Tapi... Kenapa mendadak sekali Caesar? Apakah kamu telah berbuat buruk pada Claudia?" Tanya Bunda Marlina.

"Tidak Bunda, Putramu ini tahu batasan meskipun nakal di Sekolahan. Lantas kemana Ayah? Kita harus melamar resmi Claudia nanti malam. Bunda tolong persiapkan semuanya ya. Sekarang aku akan antar dulu Claudia sampai depan pintu kamarnya."

"Astaga... Kamu jangan macam-macam. Jangan buat Kakek Bima marah." Tegur Bunda Marlina, dan mereka tidak sadar telah mengabaikan Karmila.

"Satu macam saja Bundaku cantik, dan itu juga hanya Claudia. Cintaku sudah mentok untuk dia, bahkan hati, jantung dan paru-paruku sudah terpahat nama Claudia Anastasya Putri Papa Frederick Alamsyah."

"Caesar?" Panggil Karmila dengan suara lembut pelan seperti tidak bertenaga.

"Oh... Astaga... Maafkan Tante Karmila. Kamu kalau mau Istirahat biar Bibi antarkan ke kamar tamu. Karena Tante mau mempersiapkan acara lamaran anak nakal nanti malam. Kamu tidak masalah kan sendirian di rumah." Ucap Bunda Marlina.

"Apa aku boleh ikut Tante?"

"Kamu mau ikut? Ya tidak masalah sih sebenarnya, Tante cuma takut kamu capek karena baru saja tiba dari luar kota."

"Aku mau bantu pernikahan Caesar." Ucap Karmila seolah gadis baik.

Sedangkan Claudia menatap tak suka, dia bingung dengan alur hidupnya. Kenapa tidak sama dengan sebelum waktu terulang, kenapa Karmila datang.

Seharusnya Karmila masih belum ada, karena seingatnya dia baru datang langsung masuk menjadi murid baru. Itu baru akan terjadi dua minggu lagi, bukan hari ini. Bukan sebagai tamu yang justru tinggal di rumah Keluarga Caesar.

"Kalau seperti ini, dia akan semakin mudah mengganggu hubunganku dengan Caesar yang bahkan baru dimulai."

Claudia hanya diam, tidak seantusias saat tadi masih di Pantai. Hal itu disadari oleh Caesar. Claudia yang hanya duduk di atas ranjang dengan tatapan kosong, menjadi pemandangan yang sangat mengganggu untuk Caesar yang baru saja merasakan kebahagiaan setelah cintanya diterima.

"Clau... Apa yang mengganggumu." Tanyanya, tapi Claudia masih tidak menyahut.

"Clau..." Ulangnya kemudian ikut duduk di ranjang, karena rumah sepi. Kakek Bima sedang tidak ada, mungkin ke Perusahaan untuk mengontrol.

"Apa kamu sekarang berubah pikiran." Ucap Caesar merangkul pundak Kekasihnya, membuat Claudia tersentak karena kaget.

"Maaf... Aku melamun sejak tadi. Aku takut Caes, takut kamu akan meninggalkanku." Ucap jujur Claudia.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, karena aku sangat mencintaimu." Ucap Caesar.

"Tapi... Tapi dia sudah datang dengan segala tipu daya yang lambat laun akan menjadi belati." Gumam Claudia terdengar oleh Caesar.

"Karmila maksudnya? Dia hanya teman masa kecil, tidak lebih Sayang." Ucap Caesar mengerti arah pembicaraan, Kekasihnya ini merasa cemburu padanya.

"Jika kamu melihat sesuatu yang bagaikan aku seorang yang jahat. Padahal aku tidak melakukan apa-apa, kamu akan lebih percaya padaku atau pada temanmu itu? Kebanyakan hubungan akan mudah hancur, karena orang dari masa lalu. Apalagi jika seorang suami memberi celah untuk pihak ketiga masuk, Istri hanya akan menjadi korban."

Ucapan Claudia yang terlihat ketakutan disertai air mata yang mengalir, membuat hati Caesar merasa terenyuh. Apakah cintanya benar-benar sudah dibalas Claudia, apakah ini artinya Claudia telah mencintainya dengan sangat besar sehingga ketakutan akan kehilangannya. Tiba-tiba, Caesar merebahkan dirinya lalu menarik Claudia masuk ke dalam pelukannya dengan lebih intim.

"Jangan takutkan apa pun lagi. Terima kasih sudah membalas cintaku. Aku akan menjaga jarak dengannya jika itu yang kamu mau..."

"Tidak perlu kamu lakukan jika kamu terpaksa Caes." Sela Claudia.

"Melakukan sesuatu hal bukan dari hati, akan membuatmu merasa tertekan. Aku tidak ingin adanya diriku kamu anggap sebagai penghalang kebahagiaanmu."

"Kebahagiaanmu adalah bisa menikah denganmu, aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu." Entah siapa yang memulai kini pasangan remaja itu sudah berciuman dengan sangat mesra. Bahkan tangan Caesar telah berada di tengkuk Claudia untuk memperdalam ciuman mereka yang kini tidak hanya sekedar ciuman bibir biasa tapi sudah membangunkan hasrat Caesar.

Dengan canggung, Caesar menyudahi ciumannya. "Maaf, aku takut kebablasan." Ucapnya. Bukannya takut, justru Claudia memegang sesuatu yang menusuk-nusuk pahanya.

"Ini milikku kan?" Tanya Claudia.

"Setelah kita menikah, aku akan membuatmu puas Caesar." Ucapnya lagi.

"Sehingga Kuntilanak itu tidak akan menggatal karena kamu sudah terpuaskan." Gumam Claudia dari dalam hati.

Bukan hanya Caesar yang terkejut setelah mendengar ucapan vulgar Claudia. Kakek Bima yang baru datang justru sangat syok karena Cucu Perempuannya yang dulu bertingkah seolah menolak dan cuek dengan Caesar. Sekarang malah bicara tentang pernikahan dan hal intim orang dewasa.

Braakkk...

"Kalian harus menikah sekarang juga, sebelum perut Claudia besar."

"Astaga... Kakek?" Claudia terkejut melihat Kakeknya ada di depan pintu. Dia bangun tergesa-gesa lalu merapikan baju dan rambutnya yang berantakan lalu mendekati Kakek Bima.

"Aku dan Caesar pacaran Kek, dan rencananya Senin lusa Caesar akan menikahiku." Ucap jujur Claudia.

Wajah Caesar memerah karena malu, sudah tertangkap basah bersama Claudia.

"Kata Kakek dulu juga aku dan Caesar sudah terikat perjodohan. Makanya aku setuju waktu Caesar melamarku, karena aku pun mencintainya."

"Caesar... Apa benar kamu masih mencintai Claudia dengan setulus hatimu? Bukan karena kamu ingin menyakitinya setelah dia menolakmu puluhan kali?"

"Benar, aku masih sangat mencintainya."

"Kalau begitu, nikahi sekarang juga."