“Kuberi kau uang satu miliar dalam sebulan. Tapi, kau harus tinggal jauh dariku!” ucap Blue Rivero pada Red Forstrom—gadis desa nan polos yang dijodohkan oleh ayah mereka.
*
*
Blue Rivero, seorang pewaris dari pengusaha terkemuka, terpaksa menjalani perjodohan yang diatur oleh sang ibu demi memenuhi ayahnya.
Dia dijodohkan dengan Red Forstrom, gadis desa sederhana yang begitu polos namun cerdas.
Kedua ayah mereka, yang bersahabat sejak kecil dan berasal dari panti asuhan yang sama, telah membuat kesepakatan agar anak-anak mereka menikah suatu hari nanti.
Meski jarak usia mereka terpaut jauh—Blue berusia 30 tahun dan Red 23 tahun—itu dianggap usia ideal untuk menikah.
Namun, Blue menolak perjodohan ini karena dia sudah memiliki kekasih. Blue menganggap Red pasti kolot dan tak menarik karena berasal dari desa meskipun dia tak pernah berjumpa dengan gadis itu sebelumnya.
Terpojok oleh ancaman ayahnya yang menolak menandatangani hak warisnya, Blue akhirnya menikahi Red.
Dalam keputusasaan, dia membuat kesepakatan dengan Red yaitu wanita itu harus pindah ke luar negeri dengan imbalan uang bulanan SATU MILIAR.
Namun, apakah rencana ini akan berjalan mulus?
Atau justru membuka babak baru dalam kehidupan mereka yang penuh kejutan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawanya Ke Mansion
Restoran eksklusif di tengah London itu dipenuhi oleh suara musik piano yang lembut. Meja mereka berada di sudut paling privat, diterangi oleh lilin kecil yang menari-nari.
Red mencicipi anggurnya sedikit karena dia memang tak terlalu suka, sementara Blue mengamatinya dengan intens.
"Kau cantik malam ini," ujarnya tiba-tiba.
Red menahan senyumnya agar tak terlalu terlihat senang. "Terima kasih."
Blue kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya—sebuah kotak kecil. Saat dibuka, sebuah cincin berlian berkilauan di dalamnya.
"Blue, aku sudah memiliki cincin pernikahan," kata Red.
Blue menggeleng lalu memakaikannya pada jari manis di tangan sebelah kiri. “Ini adalah janji baru. Aku ingin memulai yang baru. Denganmu."
Red tak bisa berkata-kata. Matanya berkaca-kaca. Apakah ini mimpi atau kenyataan?
Otak Red penuh dengan pikiran itu. “Blue … kau serius?”
"Red," bisik Blue, tangannya memegang jemari Red lalu kembali menciumnya. "Aku mungkin tidak pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi ... aku akan belajar mencintaimu."
Dan di bawah cahaya lilin, di tengah gemerlapnya kota London, Red akhirnya merasa bahwa pernikahan mereka—yang dulu hanyalah ilusi—kini menjadi nyata.
Malam itu, bukan hanya sekadar makan malam.
Malam itu, adalah awal dari kisah cinta mereka yang sebenarnya.
*
*
Mobil hitam mewah itu meluncur pelan melalui gerbang besi yang megah, memasuki jalan berliku yang dipenuhi pepohonan rindang.
Red menatap keluar jendela, matanya menangkap cahaya lampu taman yang menerangi jalan menuju mansion Blue. Jantungnya berdegup kencang.
Ini bukan apartemennya.
Selama ini, mereka tinggal terpisah. Blue di mansionnya yang megah, Red di apartemen mewah yang dia belikan untuknya.
Pernikahan mereka seperti perjanjian semata—formal, dingin, tanpa kehangatan. Tapi malam ini, segalanya berbeda.
"Kita tidak pulang ke apartemenku?" tanya Red, mencoba menyamarkan getar suaranya.
Blue, yang sedang memandang jalan di depan, menoleh sebentar. "Tidak. Mulai malam ini, kau tinggal bersamaku di sini."
Kalimat itu diucapkan dengan senyum tipis, tapi bagi Red, dia seperti mendengar lagu terindah.
“Tinggal di sini?”
Blue mengangguk. “Ya, kenapa kau tak mau?”
“Aku mau … hanya saja, ini terlalu mendadak,” jawab Red.
“Rumah ini milikmu.” Blue menegaskan.
*
*
Lalu Blue keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk sang istri.
“Ayo masuk.” Blue memegang tangan Red dan membimbingnya masuk ke dalam.
Blue melepas jasnya dan meletakkannya di sofa. "Aku sudah menyiapkan kamar kita.”
Red terkesiap. Selama ini, mereka bahkan tidak pernah berbagi ranjang dan hanya bercinta saja, itu pun di kamar yang berbeda.
"Kau yakin?" tanyanya, mencoba tidak terdengar terlalu berharap.
Blue mendekat, tangannya dengan santai menyentuh pinggang Red. "Aku lelah menjauh darimu. Aku ingin mendekat padamu.”
Dan di sana, di balik matanya yang biasanya dingin, Red melihat suatu keinginan. Keinginan untuk menjadikan pernikahan ini benar-benar nyata.
*
*
Kemudian mereka masuk ke dalam kamar. Kamar itu sangat luas, dengan tempat tidur king-size yang tertutup sprei sutra merah gelap.
Red berdiri di depan jendela, memandang taman yang diterangi lampu taman.
"Aku tidak pernah membayangkan ini," bisiknya.
Blue berdiri di belakangnya, tangannya perlahan melingkari tubuh Red dari belakang. "Aku juga tidak. Tapi sekarang, aku ingin kau ada di sini. Selamanya."
Red menutup matanya, merasakan kehangatan Blue begitu dekat. Selama ini, dia hanya bisa memimpikan momen seperti ini. Namun sekarang semua mimpi itu menjadi benar-benar nyata.
*
*