~ hadirmu membuka luka lama yang susah payah kulupakan. _azzalea jhonson.
~ berlarilah sejauh yang kau mau namun, ingat tidak ada tempatmu kembali selain kepelukanku. _Deanirta wiliam.
Bagaimana jadinya jika kenyamananmu terusik karena kehadiran seseorang dari masa lalu. Menghindar atau menyambut? Yuk ikuti kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 30
"mah, jadi gimana dong?!" tanya Syifa berbisik ditelinga ibunya.
"mama juga tidak tahu. ah, mama pusing." jawab Ratih menggaruk kepalanya.
"bagaimana nyonya?" tanya sang kasir yang sedang menunggu mereka untuk membayar belanjaan yang sudah mereka kemas.
"maaf. Apakah bisa dicancel?" tanya Ratih dengan pelan, ia takut nanti akan di dengar oleh pelanggan lainnya yang sedang mengantri.
"astaga!!! Ngapain coba sok sokan belanja kalau tidak punya uang!" ucap kasir itu bernada sinis.
"eh, kami bisa bayar yah!" ucap Syifa tidak terima ia merasa direndahkan oleh seorang kasir.
"ya sudah bayar!" sahut si kasir lagi semakin kesal.
"kalau gak bisa bayar tolong cepatlah pergi. Ada banyak pelanggan yang mengantri di belakang" tunjuk si kasir itu pada pelanggan yang sedang mengantri di belakang mereka.
"jangan belagu kamu. Jadi kasir saja sudah belagunya minta ampun. Ingat jika saya mengadu kepada suami saya kamu bisa di pecat nanti nangis lagi" ucap Ratih berlalu dari meja kasir yang diikuti oleh Syifa anak gadisnya.
"sial" umpat Ratih saat mereka telah sampai di area parkiran.
"sekarang kita akan kemana mah?" tanya Syifa. Gadis itu cukup kesal karena ayah sambungnya tidak mengirimi mereka uang berakhir mereka di permalukan oleh seorang kasir di mall.
"Kita kekantor ayah" Ratih kemudian masuk kedalam mobilnya yang di susul dengan Syifa mereka pun pergi, menuju kantor Ricard.
Ratih dan Syifa sampai di kantor Ricard William. Ratih langsung menuju ruang kerja Ricard yang terletak di lantai sepuluh william's group.
"Banu, suami saya ada di dalam?" Tanya Ratih. Banu yang sedang fokus dengan leptopnya mendongak. "maaf nyonya. Tuan sedang sibuk" jawab Banu.
"sibuk apa!!" ucap Ratih ia tidak perduli wanita itu menerobos masuk tanpa menghiraukan peringatan dari Banu sang asisten suaminya itu.
"astaga!!! Mengapa mereka membuatku pusing" keluh Banu, lelaki muda itu memegang pelipisnya yang terasa berdenyut.
"mengapa kamu menonaktifkan kartuku mas?" tanya Ratih yang membuka kasar pintu ruangan Ricard.
Semua pasang mata menoleh dan tertuju pada Ratih yang sedang berdiri kaku di depan pintu. Wanita itu sangat kaget ternyata di dalam ruangang bukan hanya ricard seorang diri. Melainkan, ada beberapa teman ricard yang entah sedang membahas masalah apa.
"Ratih, Banu akan mengantarmu pulang." ucap ricard dengan wajah yang sudah memerah. Mengapa bisa ia memiliki istri yang sangat bodoh seperti Ratih ini. Bukannya membantu menyelesaikan masalah. malah, wanita itu menambah dan mungkin akan memperburuk keadaan.
"tapi.."
"tolong patuh!!! Banu tolong antar dia" ucap Ricard setengah berteriak agar Banu mendengarnya yang berada di luar ruangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
drtttttt.... Drtttt.... Drttt.... Azalea menoleh kearah Leon karena mendengar ponsel lelaki itu terus bergetar. "ya ada apa Sean?" Tanya Leon.
"semuanya berjalan lancar tuan." jawab Sean. "apa mereka mengetahui itu di sengaja?" tanya Leon lagi. "sepertinya tidak tuan. Mereka menganggapnya seperti sebuah musibah" Leon mengangguk anggukkan kepalanya pelan mendengar jawaban dari asistennya itu. "putuskan kontrak kerja samanya sekarang juga Sean" titah Leon. Rahang lelaki itu mengeras emosinya selalu tidak stabil jika menyangkut pria yang sudah menghancurkan hidupnya. "baik tuan" jawab Sean.
"kamu masih ada rupanya.... eh, ada tamu?" dokter bram masuk membawa sebuah nampan yang berisi dengan obat obatan lalu menaruhnya diatas nakas.
"ah, iya paman. Kenalin dia Azalea tunangan aku" jawab Leon memperkenalkan Azalea pada dokter bram.
"wah,,, paman sempat meragukanmu son. Ternyata yang kau cari spek bidadari toh!" goda dokter bram membuat pipi Azalea seketika memerah.
"jangan di goda dong paman, nanti dia baperan" sambung Leon yang ikutan menggoda Azalea.
Pukkkk... Azalea memukul lengan Leon dengan pelan.
"awwwww ini kDrT namanya, sayang." ucap Leon mengelus lengannya yang sebenarnya tidaklah sakit.
"dokter, bagaimana kondisinya?" tanya Azalea kembali menatap wajah tenang ibu Leon yang belum juga bangun.
Dokter Bram menghela nafasnya pelan. "dia tidak ada kemauan untuk sembuh" jawab Dokter Bram. "segala usaha kami selalu dia tolak" sambungnya lagi. Azalea tidak kaget sunggu ia tahu dari masalah ini. Azalea sangat faham jika dilihat dari kondisi pasien bisa jadi beliau mengalami tekanan batin yang sangat dalam.
"sudah berapa lama?" tanya Azalea wanita itu berjalan menghampiri ranjang lebih dekat lagi.
"enam tahun" jawab Leon. "sudah enam tahun ibuku seperti ini, sayang. Segala cara pengobatan telah ku upayakan untuk ibuku. Namun, hasilnya tetap sama. Dari dalam negri sampai keluar negri hasilnya tetap sama." ucap Leon.
Azalea menghampiri Leon dan memeluknya. Ia tahu bagaimana rasanya depresi, ia sangat tahu bagaimana memiliki gangguan mental. Itu bukan kemauan kita namun, jiwa dan pikiran kita yang tidak mau merespon. Apalagi kalau didukung dengan rasa trauma yang dalam itu semakin memperburuk. Mungkin bagi orang lain penyakit itu hanya sepele namun jika orang yang mengalaminya itu sangat sulit.
Ait mata Azalea jatuh dengan sendirinya. Ia mengingat bagaimana perjuangannya untuk sembuh, bagaimana usahanya melawan rasa takutnya sendiri dan itu semua tidak lah mudah.
"kita akan berjuang bersama untuk ibu" ucap Azalea. Bahagia bercampur haru Leon memeluk dengan erat tubuh mungil Azalea. Ia tidak menyangka jika wanita itu akan menerima ibunya dengan besar hati. Ia menyembunyikan fakta ini karena menduga Azalea akan menolak kehadiran ibunya yang seperti ini. Namun, rupanya pikirannya yang sangat sempit.
"terima kasih, sayang" jawab Leon.
Khemmmm... Mendengar deheman Dokter Bram membuat Azalea sadar jika ada orang lain diruangan itu. Wanita itu segera melepaskan pelukannya dan membalikkan badannya ia sangat malu sekarang. ingin rasanya ia meminjam pintu ajaib doraemon untuk menghilang dari sana. Astaga!! Bagaimana bisa ia menemplok seperti cicak pikir Azalea.
"paman, aku akan pulang. Jika ada yang terjadi sesuatu disini segera hubungi saya. " ucap Leon. Paman Bram mengangguk. "jangan khawatir, yon." jawab paman Bram.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"mah, apa kakak sudah pulang?" Ratna yang sedang asyik menyulam di ruang keluarga menoleh kearah anak gadisnya yang sedang menghampirinya.
"mengapa mencari kakakmu?" bukannya menjawab Ratna malah, bertanya kembali kepada putrinya membuat gadis itu mendengus kesal.
"mama, mah. Gitu!" Ariella menaruh jus jeruknya diatas meja lalu duduk disamping ibunya.
"kak, belum pulang sayang." jawab Ratna. "ada apa sih, riel?" Ratna menggeleng gelengkan kepalanya. Jika Ariella sedang mencari Leon itu pertanda buruk. Bisa jadi gadis itu telah membuat masalah dan membutuhkan bantuan kakak sepupunya itu. Sejauh ini itulah fakta yang bibi Ratna ketahui.
"gak papa kok ma" jawab Ariella, gadis itu menegus jus jeruknya dengan perasaan yang sedikit kecewa karena kemungkinan kakak sepupunya itu tidak akan pulang malam ini.