Silent Love

 Setelah momen manis itu, istri dosen memanggil jan masuk ke dalam ruang rawat sriya.

Dan saat jan masuk dan mendekat, dengan lembut istri dosen meraih tangan jan dan menyatukan tangan jan dengan tangan sriya dan berkata,

     " Jan mulai hari ini aku percayakan putriku tersayang padamu, jagalah dia seperti kau menjaga dirimu sendiri.

Aku tahu kalian baru beberapa waktu lalu resmi baru menjadi sepasang kekasih. Tapi, ibu meminta padamu jan,

Jagalah putriku sebagaimana kau memimpin dirimi, rekan di kampusmu, dan menjadi contoh terbaik bagi semua mahasiswa sebagai satu - satunya asisten dosen di kampus.

Kau paham, kan jan. Pinta istri dosen pada jan.

Jan pun mengangguk dan membalas

    " Bu, demi ibu dan bapak, saya siap mengemban tigas dan tanggungjawab baru, yaitu menjaga putri kalian dengan sangat baik.

Akan kupastikan sriya tak sakit lagi dan bahagia di kampus, bahkan kalau perlu kampus menjadi rumah kedua bagi sriya,. Ucap jan dengan serius dan mantap.

Hari itu sriya sudah bisa pulang dari rumah sakit, namun harus tetap dalam pemantauan medis.

     " Ayah.. Aku kembali ke kampus, yah..

Mendengar sriya meminta hal itu, sontak sang ayah menolak tegas.

    " Tidak.., kau langsung pulang kerumah, biarkan jan mengambil tas dan bekalmu di kampus, kau tak perlu kembali ke kampus.

Ayah sudah infokan soal kesehatanmu pada semua dosenmu hari ini. Tegasnya.

Karena tak dapat pengecualian dari sang ayah, sriya hanya bisa menghela nafas berat.

Dan mengikuti perintah agar pulang ke rumah bersama sang bunda.

Sesampainya di rumah sriya langsung baring di sofa ruang tengah, sambil menutupi wajah dengan tangannya.

    " Kakak... Apa masih pusing, sebaiknya kakak tidur di kamarnya kakak saja. Nanti kesehatanmu makin menurun. Ucap bunda yang khawatir.

Sriya pun dengan lesu bergegas masuk ke kamarnya lalu mulai tidur.

Saat jelang sore hari sang ayah pulang dan sriya masih belum bangun.

    " Ayah.. Pulang, Bunda .. Kakak dimana..? Tanya sang ayah khawatir.

Bunda hanya menunjuk ke arah kamar sriya.

    " Kakak belum bangun dari tidurnya, bunda baru saja mengeceknya dan tampaknya kakak masih lemah sejak keluar rumah sakit.

Ucap bunda menuntun ke kamar sriya.

    " Selamat sore kakakku, sayang.. Sudah sore nak, ayo bangun.. Sembari sang ayah mengusap pipi dan membantu sriya duduk.

Namun sriya tak kunjung bangun meski di bantu duduk, dan sriya yang masih mengantuk hanya bisa tidur bersandar pada dekapan sang ayah.

    " Kakak masih lemas yah.. ucap sang ayah sambil memeluk dan mengusap punggung sriya.

Bunda yang melihat itu pun hanya bisa berkata,

   " Ini efek dari sriya yang tak pernah di rawat sejak kecil, membuatnya adaptasi seperti ini. Ungkap bunda.

Sang ayah hanya tetap memeluk sriya.

    " Bu,.. Ayah tak mau kakak sakit atau apapun itu, ini pertama kalinya kita punya seorang putri,

Ayah pernah berjanji kan, bila kita menemukan seorang putri maka ayah akan lakukan apapun demi kebahagiaannya.

Dan ayah akan pastikan sriya bahagia bersama kita dirumah ini. Biar bagaimana pun, sriya sekarang menjadi putri kita.

Menjaganya sepenuhnya adalah tugas dan tanggungjawab kita sebagai orangtuanya.

Ucap sang sang ayah kembali melepaskan pelukan dan meletakkan sriya pada kasurnya.

    " Bu,,, ayah mau lihat kakak tertawa, tersenyum dan bersenda gurau bersama kita disini.

Ucap sang ayah. Bunda hanya tersenyum dan menjawab..

   " ayah.. Nanti kakak akan tertawa dan bahagia bermain bersenda gurau bersama kita. Tenang saja, ingat tadi siang kakak begitu manja,

Momen itu akan terulang kembali, ayah tunggu saja. Sekarang biarkan kakak istirahat banyak, besok pagi baru bangunkan kakak, Ucap bunda.

Malam itu semua tidur dengan tenang hingga pukul 11 malam, sriya terbangun dan memanggil manggil sang ayah dan bunda.

    " Ayah... Bunda... Ayah... Bunda...." panggil sriya.

Tak lama sang ayah dan bunda terlonjak terkejut mendengar panggilan sriya yang berulang.

 sang ayah mendapati sriya sudah di ruang tamu berdiri sedikit kedinginan.

    " Kakak..!?! Kenapa kak.. Katakan ada yang sakit, atau pusing.. Ucap sang ayah melihat sriya agak gemetar.

Sriya pun berkata gemetar..

    " ayah.. Bunda ... Kakak menggigil kedinginan. Ucap sriya dengan nada gemetar.

Melihat sang putri kedinginan sang ayah bergegas menyelimuti sriya dengan selimut tebal,

   " Ayah... Biarkan kakak ridur dalam pelukan ayah, ucapnya perlahan mulai merasa hangat dalam pelukan sang ayah.

Akhirnya sang ayah harus tidur di lantai ruang tengah dengan tetap memeluk erat sriya yang tertidur.

   " Ayah.. Apa kakak demam.. tanya bunda.

Sang ayah hanya menggeleng,

   " Tidak bun, tapi mungkin kakak memang ingin tidur dalam pelukan karena itu kakak sampai menggigil kedinginan tadi,

Bunda mengusap kepala sriya.

     " Apa putri kita mulai manja hanya pada ayahnya saja, dan bukan pada bundanya..hm.. Goda sang istri.

Sang ayah hanya berkata,

   " Bukan bunda, inilah yang di sebut dengan mengasuh anak, biar bagaimana pun sriya butuh kasih sayang kita. Ucap sang ayah dan tertidur sambil memeluk sriya yang tergulung dengan selimut tebal.

Akhirnya malam makin larut dan ketiganya tidur di ruang tamu dengan perapian sedang.

Keesokan paginya sriya perlahan bangun,

    " Ayah... " ucap sriya dengan suara serak.

Sang ayah sontak terbangun.

   " Selamat pagi princessnya ayah, sudah sehat kak. Ucap sang ayah mengecek suhu tubuh sriya dengan tangan di kening sriya.

Sriya malah membenamkan wajah pada dada sang ayah.

    " Ayah.. Peluk.. ' dengan manjanya.

Sang ayah langsung memeluk erat sriya.

    " Apa princess ayah manja tiap bangun tidur dan harus tidur dalam pelukan seperti ini..mm..

Ucap sang ayah yang mengecup kening srita lalu mengusap rambut sriya.

     " Ayah... Kakak boleh minta sesuatu..?

mendengar sang putri ingin mengajukan permintaan untuk pertama kalinya, sang ayah pun penasaran,

    " Kakak minta apa, katakan saja.. Ayah akan beri apapun itu..

Sriya hanya menggeleng lembut dan berkata lembut,

    " Kakak hanya punya satu permintaan pertama dan terakhir, tolong jangan buang kakak lagi, ucap sriya menatap sang ayah dengan berkaca - kaca.

Mendengar permintaan sang putri, sang ayah hanya bisa tertegun sesaat lalu memeluk sriya erat.

    " Tidak kakak, ayah takkan membuang kakak.. Tidak akan ada yang menyakiti kakak disini, ayah dan bunda sudah berjanji menjagamu dengan sangat baik,

Dan takkan biarkan siapapun melukai kakak, jangan lupa kakak itu putri ayah, dan ayah takkan membuang kakak.

Jauhkan pikiran itu kak.. Kakak itu oantas di cintai, bukan di lukai. Ucap sang ayah menahan sakit di dada,

Seperti tertusuk pisau di jantung setelah mendengar perkataan sriya.

Dengan hal itu sang ayah pun menyimpulkan bahwa sriya pernah di buang, dan tak di cintai tulus oleh keluarganya.

Sang bunda yang mendengar itu langsung menangis dan mendekap sriya

    " Bunda juga janji kakak, bahwa bunda takkan membuang kakak atau bersikap acuh tak acuh pada kakak, ingatlah kakak itu putri kecilnya bunda.

Meski kakak sudah 18 tahun, namun bagi ayah dan bunda kakak tetaplah gadis kecil kami yang masih 8 tahun. Ucap sang bunda sambil menangis dengan hati serasa remuk.

Karena ini pertama kalinya mereka punya anak perempuan yang langsung berkata seperti itu untuk pertama kalinya.