(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Adik Untuk Lyla ...
"Wira, bagaimana kabarmu?" sapa Aldi sembari mengulurkan tangannya. Ia tersenyum penuh arti, yang mana membuat Wira semakin kesal. Wira bahkan tak menyambut ukuran tangan teman lamanya itu, sehingga tangan Aldi menggantung begitu saja. Tak mendapat sambutan dari Wira, ia kemudian memasukkan tangannya ke saku celana. "Oh, ya ... bagaimana kabar istrimu?"
Pertanyaan itu pun membuat Wira semakin geram. Ia mengepalkan tangannya. Ingin rasanya menghadiahi Aldi kepalan tinju. Namun, ia menyadari semua bukan kesalahan Aldi semata. Dirinyalah yang begitu mudah terpengaruh oleh ucapan laki-laki itu tanpa mencari tahu kebenaran.
Ivan, yang menyadari raut wajah Wira segera menepuk bahu sahabatnya itu. "Jangan pedulikan! Dia memang begitu. Ayo kita duduk saja." Ivan berbisik di telinga Wira.
Akhirnya, Wira memilih menghindar. Ia segera duduk di kursi bersama Ivan. Sepanjang rapat berlangsung, tidak ada pembicaraan berarti antara Wira dan Aldi. Seakan Wira benar-benar menunjukkan rasa tidak suka nya pada Aldi.
******
_
_
_
Selepas rapat, Wira buru-buru keluar dari ruangan itu tanpa mempedulikan siapapun. Ia melangkah dengan cepat menuju ruangannya. Sepanjang jalan, ia menggerutu kesal. Jika mengingat semua ucapan buruk Aldi tentang Via, maka tidak ada jalan baginya untuk mengampuni laki-laki itu.
Masuk ke dalam sebuah ruangan, Wira membuka jas dan menghempaskan ke kursi. Ia mengendurkan dasi yang melilit kerah kemejanya, sembari beberapa kali menghela napas panjang, berusaha mengurai emosi yang seakan membakarnya.
Tidak lama, Ivan ikut masuk ke ruangan itu dengan membawa sebuah map di tangannya. "Ada apa? Kau langsung keluar dari ruang rapat begitu saja?" tanya Ivan menjatuhkan tubuhnya di kursi.
"Aku tidak suka basa-basi dengan manusia menyebalkan itu," jawabnya kesal.
"Aldi?" tanya Ivan. Ia menghela napas, sambil meletakkan map di hadapan Wira. "kau kan tahu sejak dulu dia memang begitu. Dia playboy terkutuk!"
Wira membuka map yang diletakkan Ivan di hadapannya. "Jadi bagaimana? Apa aku harus ikut keluar kota denganmu?"
"Sepertinya begitu. Ini proyek besar."
"Tapi anakku masih dirawat. Aku tidak bisa meninggalkannya."
"Tenang saja. Jadwalnya masih dua Minggu lagi. Semoga keadaan Lyla cepat membaik."
"Baiklah."
****
_
_
_
_
Hari mulai gelap, ketika Wira baru saja tiba di sebuah cafe. Malam itu ia ada janji bertemu dengan seorang sahabatnya. Seorang dokter yang bekerja sebagai kepala rumah sakit tempat Lyla dirawat.
Memasuki tempat itu, Wira mengedarkan pandangan. Mencari temannya itu. Hingga pandangannya menangkap sosok dokter yang sedang duduk seorang diri di meja yang berada di sudut. Wira pun segera menghampiri laki-laki itu.
"Maaf, aku terlambat. Aku ada lembur," ucap Wira sembari menarik sebuah kursi dan duduk di sana.
"Tidak masalah. Aku juga baru tiba," sahut sang dokter. "Ada apa? Tidak biasanya kau menghubungiku."
"Aku mau membicarakan sesuatu denganmu." Wira mengangkat tangan, memberi kode pada seorang pelayan. "Kau sudah memesan sesuatu?"
"Belum. Aku menunggumu," ucapnya sembari membaca sebuah buku menu. "Akhir-akhir ini aku kesepian. Sejak anak ke dua Marchel lahir, dia melupakanku. Dia tidak ada waktu bahkan hanya untuk minum kopi bersama. Aku jadi ingin meracuninya." Mendengar ucapan Dokter Willy membuat Wira tertawa terbahak-bahak.
"Eh, kau tidak usah tertawa begitu. Kita bertiga hanyalah sekumpulan badjingan yang baru sembuh dari patah hati!" seru Dokter Willy.
"Ya, kau benar! Kau patah hati selama empat tahun ditinggal meninggal oleh Shan, Marchel ditinggal kabur selama empat tahun oleh istrinya, dan aku ..." Wira tidak melanjutkan ucapannya setelah tersadar bahwa nasibnya lah yang paling buruk. Dikhianati istri, dan harus kehilangan anaknya.
"Kau mau bilang kau yang paling sengsara di antara kita bertiga kan?" ucap Willy meledek.
"Diamlah! Setidaknya aku sudah menemukan anakku. Soal Shera aku sama sekali tidak peduli."
"Ya, aku lihat istri mudamu jauh lebih baik dari Shera."
Dokter Willy, seorang dokter tampan berusia 32tahun yang hingga kini masih melajang. Terkenal playboy, namun ia seorang dokter yang dikagumi banyak orang.
"Wil, sebenarnya aku mau membicarakan sesuatu yang penting denganmu. Aku butuh pendapatmu."
"Tentang apa?" tanya Willy.
Wira terdiam beberapa saat. Ia tidak tahu harus mulai dari mana bertanya.
"Apa? Kau terlihat sangat galau," tanya nya seolah tak sabar.
"Wil, bagaimana dengan anakku? Bisakah dilakukan tes secepatnya untuk mengetahui apa aku bisa menjadi pendonor untuknya?"
Menghela napas beberapa kali, Willy menatap Wira dengan serius. "Kau tahu kan, pendonor paling cocok sebenarnya adalah saudara kandung. Tapi semoga saja hasil tes mu nanti cocok dengan Lyla. Seandainya Lyla memiliki kakak atau adik hasil pernikahanmu dengan Shera. Mungkin kesempatannya akan lebih besar."
Mendengar ucapan Willy membuat Wira berdecak. "Tolong jangan sebut nama wanita itu."
"Baiklah, maaf!" Willy mengangguk pelan, lalu kembali menjelaskan. "Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Salah satu pengobatan yang sedang dikembangkan saat ini adalah stem Cell. Transplantasi sel induk. Ini bisa didapatkan dari tali pusar adik pasien. Sudah banyak yang berhasil dengan cara ini."
"Maksudmu Lyla harus punya adik?" tanya Wira tak mengerti.
"Kenapa kau terkejut begitu? Kau punya istri. Buat saja adik untuk Lyla." Ucapan Willy yang frontal tanpa disaring membuat Wira melayangkan kotak tissue ke tubuh sahabatnya itu.
"Bagaimana aku melakukannya? Kau juga tahu bagaimana hubunganku dengan Via."
Gelak tawa Willy pun menggema di ruangan itu. "Kau dan Marchel sama! Sama-sama bodoh!"
Wira menyeruput secangkir kopi yang baru saja dibawakan seorang pelayan cafe. Matanya melirik Willy dengan kesal. "Aku harus bagaimana? Apa kau punya solusi? Kau kan playboy. Kau pasti tahu cara menaklukkan wanita."
Willy yang memang selalu menjadi pakar cinta bagi sahabat-sahabatnya pun memulai ocehan sok bijaknya. Padahal dirinya pun kerepotan menghadapi ketiga kakak dari kekasihnya yang tidak merestui hubungan mereka. Membayangkan harus menghadapi Trio Azkara adalah sebuah mimpi buruk. Apalagi seseorang bernama Zian Azkara.
"Kau tinggal menunjukkan perhatianmu pada wanita. Beri dia apa saja. Bunga, cokelat, perhiasan."
"Tapi sepertinya Via tidak suka barang seperti itu," ujar Wira. Ia sama sekali belum mengenal Via lebih jauh. Apa yang Via suka dan tidak, sama sekali belum dipahami oleh suaminya itu.
"Kau memang bodoh, Wira!" seru Willy sembari menggeleng kesal. "Wanita memang suka barangnya. Tapi, kalau kau memberinya benda-benda itu, mereka akan lebih melihat perhatianmu. Bukan barangnya. Hati mereka akan cepat luluh."
"Benarkah?" tanya Wira.
"Kalau tidak percaya tanya Marchel. Dia sudah membuktikannya."
"Baiklah, kali ini aku percaya padamu."
"Dan setelah itu kau bisa melanjutkan rencana selanjutnya. Membuatkan adik untuk Lyla ..."
Jawaban paling tidak berakhlak yang terucap dengan bebas dari mulut sang dokter membuat Wira tersendak kopi yang baru diseruputnya. Ia mengusap dadanya pelan. Sambil melirik kesal pada sahabatnya itu.
****
Edisi gabut. Maaf😁
kalian kenal Dokter Marchel, dan Dokter Willy kan??
kalau belum, silakan temui mereka di novel berjudul
"GADIS CULUN DAN DOKTER DINGIN"