NovelToon NovelToon
Gigoloku Bossku

Gigoloku Bossku

Status: tamat
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Cinta Terlarang / Menikah dengan Kerabat Mantan / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

“Satu malam, satu kesalahan … tapi justru mengikat takdir yang tak bisa dihindari.”

Elena yang sakit hati akibat pengkhianat suaminya. Mencoba membalas dendam dengan mencari pelampiasan ke klub malam.

Dia menghabiskan waktu bersama pria yang dia anggap gigolo. Hanya untuk kesenangan dan dilupakan dalam satu malam.

Tapi bagaimana jadinya jika pria itu muncul lagi dalam hidup Elena bukan sebagai teman tidur tapi sebagai bos barunya di kantor. Dan yang lebih mengejutkan bagi Elena, ternyata Axel adalah sepupu dari suaminya Aldy.

Axel tahu betul siapa Elena dan malam yang telah mereka habiskan bersama. Elena yang ingin melupakan semua tak bisa menghindari pertemuan yang tak terduga ini.

Axel lalu berusaha menarik Elena dalam permainan yang lebih berbahaya, bukan hanya sekedar teman tidur berstatus gigolo.

Apakah Elena akan menerima permainan Axel sebagai media balas dendam pada suaminya ataukah akan ada harapan yang lain dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Tujuh

Elena melangkah masuk dengan kepala tegak, meski dadanya terasa sesak dan tangannya bergetar. Senyum sinis mengembang di bibirnya, bukan senyum bahagia, tapi senyum getir yang penuh kepedihan.

“Wah …,” ucap Elena dengan suara yang terdengar pelan tapi tajam, memecah keheningan. “Nggak ada tempat lain ya, Mas, buat mesra-mesraan? Kantor ini kan tempat kerja, bukan kamar hotel. Masa nggak bisa nunggu sampai pulang?”

Aldi seketika kaku. Wajahnya pucat. Ia buru-buru melepaskan Lisa yang masih setengah duduk di pangkuannya. Lisa panik, buru-buru membenarkan kancing bajunya yang terbuka.

“Elena …,” balas Aldi dengan terdengar lirih. “Ini nggak kayak yang kamu pikirkan.”

Elena mendengus, lalu tertawa pendek, tawa yang terdengar getir. “Nggak kayak yang aku pikirkan? Mas mau aku jelasin nggak? Aku masuk, lihat Mas dan Lisa berpelukan, baju kalian kusut, dan itu di kantor! Apa aku harus pura-pura buta biar kelihatan jadi istri baik yang nggak ‘macam-macam’?”

Lisa menggigit bibirnya, menatap Elena dengan wajah memerah. “Elena, kamu salah paham. Ini cuma .…”

Elena langsung menatap tajam ke arah Lisa, memotong ucapannya. “Salah paham? Serius, Lis? Kamu duduk di pangkuan suamiku, di ruangan kerjanya, dan kamu bilang ini cuma salah paham? Jangan bercanda.”

Suasana semakin tegang. Axel berdiri di dekat pintu, bersandar dengan tangan terlipat di dada. Matanya mengawasi Aldi dan Lisa dengan dingin. Ia tidak mengatakan apa pun, membiarkan Elena mengeluarkan semua yang selama ini terpendam.

Di luar ruangan, beberapa karyawan yang penasaran mulai mengintip. Bisikan-bisikan kecil terdengar. Axel tidak menghentikan mereka. Bahkan, ia sengaja membiarkan pintu tetap terbuka.

Aldi bangkit berdiri, mencoba mendekati Elena. “Elen, tolong … dengerin aku dulu. Ini nggak seperti yang kamu lihat. Aku cuma ... aku lagi stres dan Lisa cuma ….”

“Cuma apa, Mas?” potong Elena cepat. Matanya kini berkilat marah. “Cuma jadi pelampiasan kamu? Cuma jadi tempat kamu lari tiap kamu bosan sama aku? Kamu sadar nggak Mas, setiap kali kamu ‘stres’, aku yang di rumah nungguin. Aku yang berdoa semoga kamu pulang. Aku yang nangis setiap malam karena nggak tahu kamu di mana!”

Aldi terdiam. Kata-kata itu menamparnya lebih keras dari apa pun.

Lisa akhirnya bersuara, mencoba menenangkan suasana. “Elena, aku minta maaf. Tapi kamu harus tahu, hubunganmu sama Aldi juga nggak sehat. Kalian udah saling menyakiti. Mungkin ini saatnya .…”

“Mungkin ini saatnya apa, Lis?” Elena menatapnya tajam. “Saatnya kamu ambil alih posisi aku sebagai istrinya? Saatnya kamu tunjukkan ke semua orang kalau kamu lebih baik dari aku? Kamu pikir aku nggak tahu kamu yang kirim foto-foto itu ke aku?”

Lisa terkejut. Wajahnya langsung memucat. “Foto? Foto apa?”

Elena menyeringai tipis. “Jangan pura-pura. Kamu pikir aku nggak kenal gaya tulisanmu? Kamu bahkan lupa hapus tanda air di salah satu foto itu. Aku lihat jelas kamu yang kirim. Kamu yang bikin aku sakit hati, Lis. Kamu yang bikin aku akhirnya sadar kalau aku cuma buang waktu mempertahankan pernikahan ini.”

Lisa terdiam, bibirnya bergetar. Karyawan yang menonton dari luar mulai saling berbisik lebih heboh. Beberapa bahkan mengangkat ponsel mereka diam-diam.

“Berhenti rekam!” bentak Aldi tiba-tiba, suaranya keras. Para karyawan langsung mundur, sebagian ketakutan, sebagian lagi pura-pura sibuk.

Axel maju selangkah. “Biarkan saja, Di. Kamu kan nggak salah … atau kamu takut salahmu ketahuan semua orang?” suaranya dingin, menusuk.

Aldi menoleh tajam ke arah Axel. “Kamu seneng, ya, lihat rumah tangga aku hancur?”

Axel hanya mengangkat bahu. “Aku cuma senang lihat Elena akhirnya berani bicara. Selama ini dia cuma diam, nangis sendiri. Kamu harusnya bersyukur dia masih mau hadapi kamu di sini, bukannya kabur.”

“Diam, Xel!” Aldi mulai emosi. “Ini urusan pribadi aku sama istriku. Jangan ikut campur!”

Elena maju selangkah, berdiri di antara keduanya. “Aku yang minta dia ada di sini, Mas. Jadi kalau Mas mau marah, marah sama aku.”

Aldi menatap Elena lama. Napasnya berat. “Kamu benar-benar nggak mau kasih aku kesempatan, Elen?”

Elena menggeleng perlahan, air mata mulai jatuh. Tapi suaranya tetap tegas. “Kesempatan itu udah habis, Mas. Aku udah kasih terlalu banyak kesempatan, tapi Mas tetap sama. Mas tetap pilih dia. Dan sekarang … aku pilih diriku sendiri.”

Lisa menelan ludah. “Elena, kamu tega banget ….” Wanita itu pura-pura sedih. Padahal dalam hatinya sangat bahagia karena sebentar lagi pasti sahabatnya itu minta cerai dengan Aldi.

“Tega?” Elena menatapnya dengan mata berkilat. “Kamu yang tega, Lis. Kamu yang tidur sama suami sahabatmu sendiri. Kamu yang menghancurkan rumah tangga orang. Kamu yang pura-pura datang ke rumah, senyum, seolah-olah kita masih sahabatan. Dan sekarang kamu bilang aku tega?”

Lisa tidak bisa menjawab. Matanya mulai berkaca-kaca.

Axel melangkah mendekat, berdiri di samping Elena. “Sudah cukup, Elen. Kamu nggak perlu buang tenaga lagi untuk orang-orang yang nggak menghargai kamu.”

Elena menghela napas panjang, lalu menatap Aldi sekali lagi. “Aku akan tetap ajukan gugatan cerai. Aku nggak peduli kamu tanda tangan atau tidak. Aku cuma minta satu hal, jangan ganggu aku lagi setelah ini.”

Aldi terdiam. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Wajahnya antara marah, sedih, dan terluka. Tapi dia tahu, kata-kata Elena kali ini bukan ancaman. Itu keputusan.

“Elena ….” Suara Aldi terdengar hampir berbisik. “Aku masih cinta sama kamu.”

Elena menutup mata sebentar, menahan air mata yang terus jatuh. “Cinta yang seperti ini bukan cinta, Mas. Jika cinta kamu tak akan mengkhianati aku. Ini cuma keterikatan. Dan aku sudah putuskan untuk bebas.”

Keheningan panjang kembali menyelimuti ruangan. Aldi akhirnya menunduk, menahan emosi. Lisa berdiri di sampingnya, menatap Elena dengan campuran marah dan malu.

Axel mengambil tangan Elena. “Ayo, Lena. Kamu sudah bilang apa yang perlu kamu bilang.”

Elena mengangguk pelan. Mereka berdua melangkah keluar, melewati para karyawan yang masih mengintip dengan wajah tegang. Suasana kantor mendadak hening, semua orang pura-pura sibuk.

Begitu sampai di lorong, Elena berhenti, menatap Axel. “Aku gemetar ….”

Axel tersenyum tipis. “Itu wajar. Tapi kamu hebat tadi. Kamu kuat.”

Elena menatap matanya, dan untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa lega. “Terima kasih, Xel. Kalau kamu nggak ada, aku mungkin masih terus bertahan sama sesuatu yang udah mati. Semua orang pasti sedang membicarakan aku. Mereka pasti terkejut setelah mengetahui kalau aku istrinya Aldi."

Axel mengangguk pelan. “Itu lebih baik. Agar semua tahu kalau pasangan Aldi itu kamu bukan Lisa. Sekarang saatnya kamu mulai menata hidupmu lagi. Aku akan pastikan kamu nggak sendirian.”

Elena mengangguk. Dia sudah yakin dengan keputusannya. Mulai hari ini dia akan keluar dari hubungan toxic ini. Dia akan mengambil semua barangnya di apartemen sepulang kerja.

1
Wawan Rustandi
cantik dan ganteng banget elena dan Excel cocok lah
Akun Asni
bikin cerita Aldi dong 🤭
Wirda Wati
terbuka kedoknya lisa😂💪
RatuElla11: Halo kak, mampir juga yuk kekaryaku, "Unwanted Marriage."
total 1 replies
Wirda Wati
cuekin aja
Wirda Wati
kayaknya elena anak kandungnya.
Wirda Wati
Hamidun elena
Wirda Wati
Thor visual Aldy dan lisa🤣
Wirda Wati
Serasi banget 👍🤭
tapi... aldinya mana thort🤣
Naraa 🌻
biasa bgt laki yg bersalah malah berperan tersakiti manipulatif bgt
Wirda Wati
mampus Lo....punya permata diangguri
Wirda Wati
lanjuuut thort
@Al**
/Good/
Ana Akhwat
Hadeeeewww cerita full drama ikan terbang juga pwa
As Lamiah
merapat
As Lamiah: ok ☕ di gercepin
total 2 replies
DIYAH
panggilan mas. tapi nikah ala2 drachin. tp ok lah.
nnk pw
27. dan kalung liontin tetesan air itu di beli axel utk elena di awal pertemuan mrk
Yulia Dhanty
cusss
julius
Kalimat terakhir nya bagus thor
julius
Tanggung Aldi. Semua bukti kejahatanmu sdh ditangan Axel. Kenapa ga sekalian kau bunuh si Axel lalu hancurkan hp dan semua rekamannya? Hasil akhirnya juga sama, tapi kalo Axel mati kau puas 😄🤣
julius
Maaf Thor, agak ga masuk akal bisa mindah pasien segampang itu tanpa Aldi diberitahu. Kan sejak masuk rs kan Aldi yt bertindak sbg penanggung jawab? Btw, koq aldi mau ya harga dirinya diinjak? mestinya dia masuk kamar saat axel tidur dan langsung tusuk lehernya. Kepalang tanggung, tiji tibeh. maaf ini cuma komen pribadi 🙏🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!