Aurora, seorang CEO yang merupakan gadis multitalenta harus merenggang nyawa karna keserakahan tangan kanannya sendiri yang berniat merebut perusahaan yang dia bangun sejak dulu.
Ketika sebuah peluru terlepas menembus jantungnya, Dan di detik kemudian gadis itu telah berada di dunia yang berbeda.
Jiwanya menempati tubuh putri dari seorang jendral perang yang terkenal dengan sampah karna tidak mampu berkultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di dalam mimpi yang menyedihkan
Dalam sebuah kilatan tragedi
Tampak seorang wanita tua dengan jubah putih yang dia kenakan tampak berkibar di tiup angin.
Lalu di slide berikutnya tampak seorang pria tampan mendekatinya dengan senyum manis di bibirnya, menatap wanita itu dengan penuh kasih sayang.
Wanita itu menatap bayi mungil dalam dekapan pria itu, begitu cantik dia yakin jika kelak dia besar gadis itu memiliki kecantikan yang bisa meruntuhkan kota.
Slide berikutnya
Tampak wanita tadi menggeram kesakitan dengan tubuhnya dipenuhi dengan luka, beberapa sayatan terlihat jelas di tubuh wanita itu.
Mereka hanya berdua di sebuah gubuk tua yang ada di tengah hutan.
Wanita itu menjatuhkan air matanya, entah sudah ketetes berapa air mata itu terjatuh. Dia menatap nanar bayi mungil di hadapannya beberapa waktu.
Hingga tangannya mulai meraih sebuah gulungan yang ada di balik jubahnya.
Wanita itu lantas mengambil posisi lotus, matanya terpejam dengan mulutnya yang tampak merapalkan sebuah mantra.
Selang beberapa saat, sebuah cahaya menyelimuti mereka, semakin lama cahaya itu semakin bersinar terang, hingga setelah beberapa saat cahaya itu mulai redup.
Uhukkkk
Wanita itu terbatuk, dia mengeluarkan gumpalan darah pekat yang kembali mengenai pakaian putih miliknya.
Di slide berikutnya
Gubuk tempat mereka berdua tadi kini terbakar, ada kobaran api yang begitu menyala disana.
Pria tampak yang hadir di slide sebelumnya tampak menangis dengan berusaha memadamkan api dengan kekuatan miliknya.
Tangan pria itu tampak menggendong sebuah bayi.
Air mata pria itu terus saja mengucur begitu deras, Dengan seluruh kekuatannya berusaha memadamkan api itu yang tak kunjung padam.
Hingga pada akhirnya pria itu kini berlutut di tanah, meraung kearah langit meminta agar menurunkan hujan, namun langit seolah tidak peduli dengan keadaannya.
Pria itu menatap bayi dalam gendongannya, kemudian membawanya dalam pelukannya, memeluknya dengan erat dengan isak tangis yang cukup kuat.
Jendral Bai yang sedang berada di dalam kereta bersama Meilan seketika diserang panik ketika putrinya tiba tiba tidak sadarkan diri.
Tubuh putrinya terasa dingin dengan keringat yang terus mengucur begitu deras, dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Meier bangun, ada apa?"
"Meier ayo buka matamu"
"Meier jangan membuat ayah takut"
Jendral Bai berusaha membangunkan Meilan dengan menepuk pipi gadis itu dengan pelan, namun itu tidak membuahkan hasil hingga membuat pria paruh baya itu semakin panik.
"Hiksss"
"Hikss"
"Hiksss"
Mendengar putrinya yang menangis tanpa membuka matanya membuat Jendral Bai semakin panik.
Untung saja mereka telah tiba di kediaman Bai.
Tampa basa basi, pria itu menggendong tubuh putrinya.
"Cepat panggilkan tabib Liu"
Teriak Jendral Bai ketika mendengar tangisan putrinya semakin tidak terkendali.
Jendral Bai benar benar kalang kabut, dia segera membaringkan tubuh Meilan ke tempat tidur.
"Meier ayo buka matamu"
Jendral Bai kembali mencoba membangunkan putrinya
Selang beberapa saat tabib Liu masuk kedalam kamar Meilan dengan tergesa gesa
"Apa yang terjadi jendral?"
Dia bertanya dengan panik
"Ini terjadi begitu tiba tiba, Meilan tiba tiba saja jatuh tidak sadarkan diri"
Jelas Jendral Bai kemudian, yang kemudian segera memperhatikan pergerakan tabib Liu yang sedang memeriksa keadaan putrinya.
"Ini sangat aneh jendral Bai, tidak ada yang salah dengan tubuh putri Meilan"
Ucap tabib Liu kemudian
"tapi ini akan berakibat buruk jika putri Meilan tidak segera bangun, bisa saja putri terkena koma"
Lanjut tabib Liu
Mendengar itu membuat jendral Bai semakin panik, dia bergerak mendekati putrinya dan melakukan berbagai cara membangunkannya.
"Meier ayo buka matamu, Jangan membuat ayah takut seperti ini"
Ucap jendral Bai dengan mata yang berkaca kaca
"Jangan tinggalkan ayah seperti ibumu meninggalkan ayah nak, ayah tidak sanggup lagi"
Kini air mata jendral Bai yang sejak tadi dia tahan kini telah tumpah, rasa takut benar benar menyelimutinya, membayangkan jika putrinya akan meninggalkannya benar benar membuatnya takut setengah mati.
Sedangkan dalam situasi yang berbeda
Meilan merasakan dadanya yang sesak, gadis itu seolah turut merasakan bagaimana sakitnya ketiga orang itu, seolah keadaan merenggut kebahagiaan mereka.
Entah kenapa kemarahan menyelimuti gadis itu, Tangan Meilan terkepal kuat air matanya jatuh tak terkira.
Hingga slide slide itu kini berubah menjadi kilatan hitam.
"Hah"
"Hah"
"Hah"
Meilan membuka matanya lebar lebar, nafasnya tampak naik turun.
Dia tidak tau apa yang terjadi di sekitarnya saat ini, yang dia ingat hanyalah bayangan slide yang terus berputar di otaknya.
Hingga gadis itu mulai mengalihkan perhatiannya, rupanya jendral Bai ada disana.
Meilan bisa melihat jejak air mata di wajah pria paruh baya itu. Saat dirinya hendak ingin bertanya apa yang terjadi, tiba tiba jendral Bai membawanya dalam pelukannya, memeluknya dengan erat.
"Kau membuat ayah takut Meier"
Ucap jendral Bai dengan suara pelan.
Meier segera tersadar, sepertinya dia telah membuat pria itu khawatir
"Tidak apa apa ayah, aku hanya bermimpi buruk, dan itu cukup membuatku merasa sedih"
Ucap gadis itu yang berusaha menenangkan jendral Bai.
Di sisi lain Meilan merasa heran, dia merasa mimpi itu terasa nyata, bahkan rasa sakit, bahagia dia seolah secara naluriah bisa merasakannya.
Tapi kenapa? Apakah mimpi itu memilih arti?
Semakin di pikirkan semakin membuat Meilan bingung.
"Jendral usahakan untuk saat ini putri Meilan tidak kelelahan".
Sahut tabib Liu kemudian
jendral Bai menganggukkan kepalanya
"Nak, jangan terlalu keras memaksakan, tanpa kau bisa berkultivasi ayah tetap menyayangimu"
Ucap jenderal Bai
Dia jelas tau bagaimana putrinya berjuang dalam berkultivasi akhir akhir ini, itu bisa di lihat dimana kini tingkat kultivasi putrinya meningkat pesat.
Meskipun dia merasa bangga namun dia tidak ingin jika putrinya memaksakan diri dan berakibat buruk pada tubuhnya.
"Aku tidak apa apa ayah, mungkin benar yang tabib Liu katakan, ini terjadi karna aku kelelahan, aku akan beristirahat yang cukup"
Timpal Meilan kemudian
Itu tentu saja bohong, dia tidak akan beristirahat tanpa alasan lagi pula dia merasa tubuhnya baik baik saja, dia juga tidak merasa kelelahan.
"Baiklah kalau begitu istirahatlah, ayah akan meminta zinzin agar membawa makanan untukmu"
Meilan hanya menganggukkan kepalanya setuju, matanya kini menatap ayahnya dan tabib Liu yang bergerak meninggalkan kamar miliknya.
"Hui aku memimpikan sesuatu yang aneh, tapi itu terasa begitu nyata"
Ucap Meilan yang berbicara dengan Hui melalui pikirannya
"Mimpi? Mimpi seperti apa?"
Mendengar pertanyaan Hui membuat Meilan terdiam.
"Lupakan"
Ucap gadis itu kemudian
"Yakk nona berhenti bersikap seperti itu, kau benar benar pandai membuat orang lain penasaran"
Teriak Hui yang merasa nonanya itu mengerjai dirinya.
"Berhenti berteriak, suaramu benar benar mengganggu pendengaran"
Ucap Meilan yang kemudian segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur