NovelToon NovelToon
THE BROTHER'S SECRET DESIRE

THE BROTHER'S SECRET DESIRE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Keluarga / Romansa / Pembantu / Bercocok tanam
Popularitas:294.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Area khusus Dewasa

Di mansion kediaman keluarga Corris terdapat peraturan yang melarang para pelayan bertatapan mata dengan anak majikan, tiga kakak beradik berwajah tampan.

Ansel adalah anak sulung yang mengelola perusahaan fashion terbesar di Paris, terkenal paling menakutkan di antara kedua saudaranya. Basten, putra kedua yang merupakan jaksa terkenal. Memiliki sifat pendiam dan susah di tebak. Dan Pierre, putra bungsu yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sifatnya sombong dan suka main perempuan.

Edelleanor yang tahun ini akan memasuki usia dua puluh tahun memasuki mansion itu sebagai pelayan. Sebenarnya Edel adalah seorang gadis keturunan Indonesia yang diculik dan di jual menjadi wanita penghibur.

Beruntung Edel berhasil kabur namun ia malah kecelakaan dan hilang ingatan, lalu berakhir sebagai pembantu di rumah keluarga Corris.

Saat Edell bertatapan dengan ketiga kakak beradik tersebut, permainan terlarang pun di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lumatan ganas

Praangg!

Tiba-tiba bunyi barang pecah membuat suasana ruang makan yang cukup hening menjadi tegang. Semua kepala sontak menoleh ke arah sumber suara.

Seorang pelayan muda berdiri membeku di dekat meja saji, nampan di tangannya kosong, sementara pecahan piring berserakan di lantai. Wajahnya pucat, matanya membesar seperti baru saja melihat hantu.

Madam Sin, yang biasanya tak pernah menunjukkan ekspresi berlebihan di depan para tamu, kini melangkah cepat dengan tatapan menusuk.

"Apa yang kau lakukan?" suaranya dingin, nyaris berbisik tapi mampu membuat punggung siapa pun menegang.

"S-saya … saya minta maaf, madam. Piringnya … jatuh," jawab pelayan itu terbata, wajahnya menunduk.

Namun Lady Corris menatap pelayan itu lekat-lekat, seperti menilai sesuatu di balik wajah paniknya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya tenang, namun suaranya mengandung tekanan. Tentu sebagai tuan rumah dia merasa malu karena ada pelayan rumahnya bekerja tidak becus padahal mereka ada tamu seorang pangeran terhormat. Sekalipun Xavier masih keluarga mereka, laki-laki itu tetap adalah pangeran. Apa yang keluar dari mulutnya tentu saja memiliki kuasa.

Pelayan itu hanya mengangguk cepat, meski tangannya gemetar.

"Ambil pel dan bersihkan," potong Madam Sin.

"Sekarang."

Dua pelayan lain segera membantu, Edel yang berdiri tak jauh dari situ juga hendak membantu tapi Alice menahannya.

"Tidak usah, sudah ada yang membantu." bisik Alice di telinga Edel. Dengan terpaksa gadis itu mengangguk dan berdiri diam di tempatnya. Ketika ia menatap kembali ke depan, tatapannya bertemu dengan Ansel.

Pria itu menatapnya lekat-lekat. Edel tanpa pikir panjang memberikan senyuman tipis ke tuan muda pertama itu, dan pada saat itu juga Ansel segera membuang muka. Mungkin tidak ingin anggota keluarganya melihat dia saling tatap-tatapan dengan pelayan rumah. Edel juga bisa mengerti. Tapi begitu pandangannya berpindah ke Basten, laki-laki itu juga sedang menatapnya. Tatapan yang tidak biasa, seperti ... Marah?

Edel cepat-cepat membuang muka ke arah lain. Ia merinding tiap kali di tatap laki-laki itu. Tuan muda yang paling berbahaya di antara tuan muda lainnya. Tuan muda yang paling lancang dan sangat berani mengobrak-abrik ... Ah, Edel malu membayangkan apa yang sudah di lakukan si tuan muda kedua terhadapnya.

Apa arti tatapan tadi? Kenapa laki-laki itu kayaknya marah sama dia? Aneh.

Basten masih menatap Edel meski gadis itu sudah memalingkan wajah. Tatapan itu dalam, seakan menembus pikirannya, mencari alasan kenapa ia berani tersenyum pada Ansel. Bibirnya tertarik tipis, tapi bukan senyum, lebih mirip peringatan.

Suasana di ruang makan kembali seperti semula setelah pecahan piring dibersihkan. Namun Edel merasa seolah duduk di atas bara. Setiap langkahnya untuk menuangkan minuman atau mengganti piring seperti berada dalam sorotan tak kasat mata.

Makan siang akhirnya berakhir. Pangeran Xavier beserta para tuan muda dan tuan besar Hart beranjak ke ruang duduk, sementara para pelayan sibuk membereskan meja sebelum Lady Corris memanggil pelayan yang memecahkan piring tadi dan memarahinya habis-habisan karena bikin malu di depan pangeran Xavier.

Pelayan itu berdiri di depan Lady Corris dengan kepala tertunduk dalam, wajahnya pucat pasi. Nada suara Lady Corris terdengar tajam, meski ia berusaha tetap menjaga volume agar tidak terdengar ke ruang duduk.

"Berapa kali aku sudah bilang? Jangan pernah membuat kesalahan di hadapan tamu! Apalagi pangeran Xavier! Kau tahu berapa harga piring itu? Dan yang lebih mahal dari piring itu adalah harga diri keluarga ini!"

Pelayan itu hanya menggigit bibir, tidak berani membela diri.

Lady Corris menambahkan dengan suara dingin,

"Kalau ini terulang lagi, kau tidak perlu mengemasi barangmu. Aku sendiri yang akan menyeretmu keluar."

Pelayan itu menunduk semakin dalam, mengucapkan maaf berulang kali sambil menangis. Madam Sin sebagai ketua pelayan tidak bicara apa pun, tidak bisa membela juga karena dia pun hanya pelayan. Lady Corris mengembuskan napas panjang, lalu pergi dengan dagu terangkat menunjukkan keangkuhannya sebagai nyonya besar di rumah ini.

Beberapa pelayan segera menghibur si pelayan yang masih menangis itu, termasuk Edel. Begitulah nasib pembantu. Mereka hanyalah seorang budak yang harus patuh pada majikan.

Beberapa jam kemudian, ketika semua piring sudah bersih dan meja kembali rapi, Edel keluar ke dari dapur untuk mengantar nampan kosong ke ruang persediaan. Langkahnya terhenti ketika dari kejauhan ia melihat Basten berdiri di sudut lorong, bersandar santai dengan tangan terlipat di dada.

Edel menelan ludah. Ia tak bisa mundur karena sudah terlanjur di lihat. Mana tidak ada siapa-siapa lagi di lorong ini. Lorong yang hanya di lewati oleh pembantu yang bertugas mengantar barang-barang. Kebetulan hari ini adalah tugasnya Edel.

Tatapan laki-laki itu langsung mengunci pandangannya. Tidak ada senyum, hanya ekspresi datar yang membuat udara di sekitar Edel terasa menipis.

"Ke sini," ucapnya pelan tapi tegas.

Edel menelan ludah lagi, mendekat dengan langkah hati-hati. Begitu berdiri di depan Basten, pria itu langsung menariknya ke lorong kecil yang lebih gelap dan mendorongnya ke tembok, menguncinya dengan tubuh jangkungnya. Nampan di tangan Edel hampir jatuh tapi sekuat tenaga ia pegang agar tidak jatuh.

Basten mengambil nampan tersebut dari tangan Edel, meletakkan sebentar ke lantai lalu langsung menyerang Edel dengan lumatan ganas di bibir gadis itu.

Edel terperanjat. Napasnya terhenti, tubuhnya kaku menahan kejutan. Basten tidak memberi jeda, tangannya mencengkeram pinggang Edel erat, menahannya agar tak bisa bergerak ke mana pun. Ciumannya kasar, penuh tuntutan.

Edel meronta kecil, mencoba mendorong dada Basten.

"Tu-tuan muda, mmph ..." suaranya terputus saat pria itu kembali menekan bibirnya, kali ini lebih dalam, seperti ingin mengukir tanda kepemilikan.

Ketika akhirnya ia melepaskannya, Basten menunduk, wajahnya hanya beberapa senti dari Edel. Napasnya berat, matanya berkilat seperti bara yang baru ditiup angin.

"Jangan pernah lagi tersenyum seperti itu… pada pria lain." katanya pelan, namun nada ancamannya menusuk seperti pisau dingin di leher. Membuat Edel tidak dapat membantah.

Basten pergi setelah memberikannya ciuman ganas itu. Meninggalkan Edel yang masih bernafas terengah-engah. Bibirnya terasa tebal. Ciuman pria itu masih terasa. Ia mengusap bibirnya lalu menatap kanan kiri, berharap tidak ada yang melihat mereka berciuman. Setelah itu, Edel meraih nampan dengan cepat dari lantai dan berlari kecil ke ruang persediaan.

1
aroem
bagus
Ita rahmawati
ayolah edek,,jgn diem aja,,lebih baik kamu cerita ke basten dn dianpasti akn membantumu
Setetes Embun💝
Jangan samakan edel sama ruby ya kak othor gak sat set menyimpan ketakutan sendirian😉
Sani Srimulyani
harusnya kamu jujur tentang wanita itu, siapa tau dia bisa memecahkan kasusmu. dia kan jaksa yang cerdas
phity
edel cerita sj ke basten klo wanita itu mau membunuhmu biar basten selidiki untukmu ya...spy kmu aman
nyaks 💜
-----
Sleepyhead
Memang Pak Jaksa ini kuar biasa yah, auranya memancarkan aura singin
Sleepyhead
Dan Basten kucing garongnya wkwkkk
Syavira Vira
lanjuy
Syavira Vira
lanjut
Mutia
Ayo Edel ngaku siapa yg ingin membunuhmu
Anonim
Edel percaya tidak percaya kamu mesti cerita sama Basten kalau mau di bunuh sama si penculik Lucinda apa ya namanya
Rita
maju kena mundur kena
Rita
good Basten jgn ksh cela tegas
Rita
😅😅😅😅😅
lestari saja💕
jujur donk....jgn suudzon sulu
lestari saja💕
tikus kone....ragane kucing garong...
nonoyy
kalian cocok tau ansel dan edel
Rina Triningtyas
sangat sangat bagus thor, lanjut
Miss Typo
berharap Edel jujur dgn Basten knpa dia sembunyi, apa blm waktunya semua terbongkar ya, apa msh lama? kasian Edel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!